Episode 3

Seperti semangat dan tekad yang telah Elang tanamkan dalam hati untuk mencari rezeki di tempat yang belum pernah ia pijaki, maka esok adalah hari keberangkatannya bersama sahabatnya, Malik.

Bayangan hidup jauh dengan keluarganya sudah terbayang masuk ke dalam pikirannya. Selama ini dirinya tidak pernah pergi kemanapun. Elang hanya senantiasa terus berada di desa kawah gunung membantu ibunya juga kedua kakaknya. Kalaupun jauh, itu karena dulu ia sekolah di desa lain yang tentunya juga lumayan jauh dengan desa tempat tinggalnya. tapi waktu itu dirinya selalu pulang bersama Malik, dan untuk kali ini sepertinya ia akan pulang dalam waktu yang lama.

Di dalam kamarnya, di jendela kamar yang masih terbuka, Elang merenungkan nasibnya nanti.

"kira-kira susah tidak ya mencari pekerjaan di kota. ijazah aku hanya sebatas ijazah SMA" tatapannya menatap bulan yang lumayan terang malam ini.

Elang menguap dan memutuskan untuk tidur. ia menutup pintu jendela kamarnya kemudian berjalan ke arah ranjang kecil yang muat hanya untuk satu badan saja. Tubuhnya ia baringkan di kasur dan memakai selimutnya. belum juga memejamkan mata, suara lemparan benda terdengar mengenai jendela kamarnya.

"loh apaan tuh" batinnya.

belum ada pergerakan dari Elang, ia masih menunggu lemparan berikutnya namun sampai beberapa menit tidak terjadi apapun lagi.

kedua matanya yang sudah tidak bisa menahan kantuk mulai perlahan-lahan akan terpejam. Akan tetapi lagi-lagi tidurnya terganggu karena mendengar ketukan pelan di jendela kamar.

ketukan itu semakin cepat dan sungguh membuat Elang kesal dan terganggu. Dengan rasa jengkel, ia turun dari ranjangnya melangkah pelan ke arah jendela. Sebelum itu, ia mencari sesuatu yang bisa dijadikan senjata, barangkali di luar itu adalah pencuri.

dirinya hanya menemukan sapu ijuk, alhasil benda itulah yang ia ambil dan dipegang dengan erat.

"El... Elang" terdengar suara seseorang memanggil namanya.

Begitu penasarannya, Elang membuka jendela kamar dan terlihat seseorang berdiri di dekat jendela kamarnya dengan kelapa yang tertutup. Sosok itu membuka penutup kepalanya, betapa terkejutnya Elang melihat siapa yang datang malam-malam kepadanya, dengan cara sembunyi-sembunyi pula.

"Ai...k-kamu...."

belum sempat selesai dengan ucapannya, Ainun mendorong tubuh Elang kemudian gadis itu melompat masuk ke dalam kamar dan menutup jendela.

"Ai...apa yang kamu lakukan di sini...?"

Ainun membalikkan tubuhnya dan dengan cepat memeluk tubuh Elang. Gerakan yang tidak disangka itu, hampir membuat keduanya terjungkal. Untung saja Elang dapan menahan tubuh keduanya.

"Ai...jangan seperti ini" Elang ingin melepaskan pelukan Ainun namun gadis itu malah semakin mempererat pelukannya.

"sebentar saja El, sebentar saja seperti ini. Aku ingin seperti ini, memeluk kamu sebelum kita berjauhan" Ainun menggeleng kepala tidak ingin melepaskan pelukannya.

Pada akhirnya Elang mengalah dan membiarkan Ainun memeluknya, akan tetapi ia tidak membalas pelukan gadis itu. Hanya saja jantungnya kini tidak karuan. Berduaan dengan seorang gadis di dalam kamar, siapa yang tidak belingsatan terlebih lagi gadis itu adalah kembang desa kawah gunung. Gadis yang disukai oleh Ibrahim namun ternyata gadis itu malah menyukai seorang Elang Al-Fatih.

"El"

"humm"

"apa benar kamu akan pergi merantau besok...?" kepala Ainun ia dongakkan ke atas, namun kedua tangannya tetap melingkar di pinggang Elang.

wajah cantik Ainun begitu jelas dilihat oleh Elang. Kedua manik mata mereka saling beradu pandang dengan tatapan yang begitu dekat.

Cup

Tiba-tiba tanpa aba-aba, Ainun menempelkan bibirnya di bibir Elang. Tentu saja Elang kaget dengan kedua mata yang membulat. Bibir mereka masih saling bersentuhan, ketika itu Ainun mencoba ******* lembut bibir Elang, pemuda itu tidak membalas namun juga tidak menjauh, Elang hanya mematung dengan detak jantung yang semakin menjadi.

Tidak mendapatkan penolakan, Ainun semakin ******* bibir Elang. pemuda itu akhirnya sadar dan mendorong tubuh Ainun untuk menjauh.

"apa yang kamu lakukan Ai" Elang memegang bibirnya, itu adalah ciuman pertamanya dengan seorang wanita.

"kata Malik kamu dan dia akan pergi jauh dari desa ini. Apa itu benar El...?" Ainun mendekat dan berdiri tepat di hadapan Elang.

Elang menghela nafas panjang, sudah ia beritahu sahabatnya itu agar kepergian mereka tidak diberitahukan kepada siapapun, namun ternyata Malik malah memberitahu Ainun.

"iya, keadaan ekonomi keluargaku sedang tidak baik-baik saja, aku ingin mencari pengalaman di kota"

"kamu akan meninggalkan aku di sini...?" sendu, tatapan Ainun begitu sendu.

"bukankah kamu akan segera menikah, bahkan sudah dilamar. jangan seperti ini Ai, kita bisa terkena masalah"

"aku tidak menerima lamarannya, aku tidak ingin menikah selain dengan dirimu. Bawa aku pergi bersama kamu El, aku tidak ingin kita berjauhan. Aku cinta sama kamu El, aku tidak bisa hidup tanpa kamu" Ainun lagi-lagi memeluk Elang.

Ainun menangis diam saat itu, air matanya membasahi dada Elang. Di rasa bajunya basah, Elang melepaskan pelukannya dan memegang wajah Ainun untuk mengangkat wajah cantik gadis itu.

"sini duduk" Elang membawa Ainun untuk duduk di ranjangnya. "jangan menangis, aku paling tidak bisa melihat seorang wanita menangis apalagi hanya karena aku yang tidak ada apa-apanya ini" Elang dengan lembut menghapus air mata Ainun.

Ainun menggeleng dan memegang kedua tangan Elang yang ada di wajahnya. "kamu berharga bagiku El, aku tidak peduli ayah tidak menyukaimu tapi aku tetap akan mencintaimu"

"Ai...kamu tau bagaimana keluargaku, kita memang tidak bisa untuk bersama. Apa yang dikatakan ayahmu adalah benar, kamu lebih pantas bersanding dengan laki-laki yang derajatnya sama tinggi dengan keluarga mu"

"tidak" Ainun membantah dan semakin mengeleng. "aku tetap maunya sama kamu. kalau kamu pergi, maka aku akan ikut. aku akan ikut kemanapun kamu pergi, bawa aku pergi juga El...aku tidak mau jauh darimu. Bukannya kamu juga mencintaiku kan, iya kan"

"El...kamu juga mencintaiku kan" Ainun mengguncang bahu Elang.

"a-aku..."

"apa benar apa yang dikatakan Malik kalau kamu sebenarnya tidak mempunyai perasaan apapun padaku...?" kedua mata Ainun kembali berkaca-kaca.

Elang menghela nafas berat, ia begitu dilema. Sejujurnya memang dirinya menyukai gadis itu akan tetapi dirinya lebih memilih mundur karena Ibrahim ternyata juga menyukai Ainun. Namun rupanya Ainun malah semakin menjadi ketika Elang menjauhinya bahkan dengan terang-terangan ia mengungkapkan perasaannya kepada pemuda itu.

"jawab El"

"meskipun aku mencintaimu, kita tetap tidak akan bisa bersama Ai. Tembok penghalang antara kita berdua begitu tinggi, sulit untuk menghancurkannya"

"maka kalau begitu kita berusaha berdua, Asal kamu selalu bersamaku" Ainun menggenggam tangan Elang.

"sebaiknya kamu pulang, di sini bukanlah tempat mu. Aku takut ibu dan yang lainnya bangun" Elang bangkit berdiri dan membelakangi Ainun.

"apa kamu tidak ingin memperjuangkan aku...? Kita berjuang sama-sama, kita yakinkan kedua orang tuaku kalau kamu layak untuk aku. Tak apa kamu tidak membawaku pergi, asal kamu berjanji untuk kembali dan memintaku nanti kepada orang tuaku. Selama apapun kamu pergi, aku akan tetap menunggu"

"Ai...aku..." Elang membalikkan tubuhnya.

"aku tidak ingin penolakan El. Aku akan menunggu berapa tahun lamanya, aku tetap akan menunggumu"

Elang akhirnya menarik tangan Ainun dan memeluknya. Dirinya tidak bisa menjanjikan apapun pada gadis itu. Elang mencium pucuk kepala Ainun yang menangis diam di dadanya.

"berjanjilah kamu akan terus mengingat ku dan kembali kepadaku El. Aku akan tetap bertahan menolak semua laki-laki yang datang melamar ku, hanya untuk bisa bersama kamu. Berjanjilah El" bergetar Ainun mengucapkan itu.

"asal kamu bersedia menunggu" akhirnya Elang mematahkan egonya.

"iya...aku akan terus menunggu bahkan sampai aku mati"

"sssttt... jangan berbicara seperti itu" Elang mengusap punggung Ainun. "aku tidak suka"

"maka dari itu kemanapun kamu pergi, jika kamu sukses nanti maka pulanglah dan lamar aku"

"iya...aku janji, aku janji. Doakan aku baik-baik saja di sana ya"

Ainun menganggukkan kepalanya dan mempererat pelukannya. Ia bahagia saat ini Elang membalas perasaannya.

"sekarang pulanglah" Elang melepaskan pelukannya dan dengan lembut mencium kening Ainun.

gadis itu menutup mata, ciuman Elang mampu membuatnya tenang.

"berjanjilah hatimu hanya akan ada namaku" Ainun mengangkat jari kelingkingnya.

"janji" Elang menautkan jari kelingkingnya di jari kecil Ainun.

kening keduanya saling menyatu. nafas mereka saling memburu, dan entah keberanian darimana, Elang mencium bibir tipis Ainun. Semakin lama semakin meminta yang lebih, Ainun pun membalas ciuman panas itu.

Sadar dengan apa yang dilakukannya, Elang segera mengakhirinya. dirinya tidak ingin bertindak lebih jauh dan merugikan semua orang. Ia harus berusaha dan berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tua gadis yang ia cintai itu. Dengan begitu halal baginya untuk menyentuh Ainun. Hawa nafsu itu harus ia tekan dan lawan.

"pulanglah. nanti kita bisa berkomunikasi lewat surat" Elang mengelus bibir Ainun yang basah karenanya.

"aku punya sesuatu untukmu" Ainun melepas kalungnya yang bertuliskan namanya sendiri kemudian memakaikan kalung itu di leher Elang. "dengan ini aku mengikatmu, Elang Al-Fatih hanya milik Ainun Pratiwi" Ainun tersenyum memegang kalungnya yang sudah ia pasangkan di leher Elang.

"aku akan menjaganya. Sekarang pulanglah"

Ainun menganggukkan kepalanya, ia pun keluar lewat jendela dan kembali ke rumahnya. Sementara Elang, membaringkan tubuhnya di ranjang. Kedua tangannya memegang kalung pemberian Ainun.

"Ai...semoga jalan jodoh kita tidak banyak halangannya" gumamnya

Pagi hari, Elang juga Malik telah bersiap untuk berangkat. Keduanya bersalaman dengan orang tua mereka. kedua orang tua Malik, memilih datang di rumah ibu Fatiyah untuk melepas anak-anak mereka. Malik adalah anak tunggal yang tidak memiliki saudara, karena kegigihannya meyakinkan kedua orang tuanya, ia akhirnya di izinkan untuk merantau.

"hati-hati" Sulaiman memeluk Elang, begitu berat melepaskan adiknya itu.

"jaga diri baik-baik" Ibrahim pun memeluk Elang dan mencium pucuk kepalanya.

Elang mencium kedua kaki ibunya, kedua tangan dan kedua pipinya. Setelah itu, Elang dan Malik menaiki mobil pickup yang digunakan untuk mengangkut hasil panen untuk dibawa ke kota. Mereka menumpang di mobil itu.

"assalamualaikum" ucap keduanya.

"wa alaikumsalam"

Lambaian tangan semua orang, mengantar kepergian mereka.

Di bawah pohon, Ainun bersembunyi memperhatikan mereka. ketika melewati pohon itu, Elang dapat melihat gadis itu melambaikan tangan kepadanya. Elang tersenyum, setidaknya walaupun tidak mengantarnya dengan cara terbuka, ia senang Ainun mengantarnya meskipun secara diam-diam.

Terpopuler

Comments

Rohad™

Rohad™

Jejak dulu 😄

2023-10-07

0

V3

V3

Yaa Allah .... cara Ai mencintai Elang sungguh Perjuangan bgt deh ,, tnpa restu orang tua nya Ai ttp nekad untuk mencintai Elang.
akan kah hubungan mereka berjalan sesuai keinginan mereka. ❓❓❓❓

2023-08-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!