Dikejar Cinta Si Model Cantik
Seorang gadis cantik mendekap erat Hanan dengan wajah penuh kepanikan dan ketakutan. "Jangan tinggalkan saya, Tuan!"
"Tenanglah, ini takkan lama!"
"Tapi, saya benar-benar takut!" ucapnya dengan bibir bergetar.
Hanan berusaha menenangkan gadis cantik yang berada dalam pelukannya itu. Tak menunggu lama, lampu di lift menyala.
Dengan cepat, Nadine melepaskan pelukannya. Mundur selangkah ke samping menjaga jarak diantara mereka. Pipinya tampak memerah dan ia membuang wajahnya.
"Kamu tidak ingin mengucapkan terima kasih kepada saya?" Hanan membuka percakapan pasca padamnya listrik di dalam lift.
Dengan ragu dan gugup Nadine mengucapkan terima kasih.
Hanan mengangguk mengiyakan.
Pintu lift terbuka, keduanya melangkah bersama keluar dari tempat itu.
Nadine terus mengikuti Hanan ke parkiran hotel.
"Kenapa kamu mengikuti saya?" tanya Hanan menoleh.
"Bukankah Tuan yang menawarkan diri untuk mengantarkan saya pulang?" Nadine balik bertanya.
"Astaga, aku lupa!" Hanan menepuk jidatnya.
"Ayo naik!" ajak Hanan.
Nadine tersenyum senang dengan cepat memasuki mobil atasannya itu.
Hanan mengendarai kendaraannya menuju apartemen Nadine. Tak ada pembicaraan di antara keduanya hanya keheningan yang tercipta.
Sesampainya, sebelum turun Nadine mengucapkan terima kasih.
Hanan menggerakkan dagunya pelan.
Nadine dengan wajah tersenyum melangkah riang menuju lantai kamarnya. Hanan belum beranjak dari parkiran apartemen karena sedang berbicara di telepon dengan seseorang.
Tak lama kemudian, pintu mobil Hanan digedor. Sontak, sang pemiliknya menoleh lalu membuka jendela.
"Tuan, cepat buka pintunya!" desak Nadine.
Hanan gegas membuka pintu dan Nadine kembali masuk tak lupa memasang safety belt.
"Hei, mau ke mana? Ini apartemen kamu!"
"Kita ke hotel sekarang, Tuan!" titah Nadine.
"Apa? Hotel? Kamu mengajak aku ke tempat itu," ucap Hanan tak percaya.
"Tuan, kenapa kamu cerewet sekali sih'? Sekarang antarkan saja saya ke hotel, nanti di jalan saya jelaskan!"
Hanan menyalakan mesin mobil seraya menggerutu, "Saya ini sebenarnya sopir kamu atau pimpinan perusahaan, sih!"
"Cepat dikit, Tuan!" Nadine menoleh ke kanan dan kirinya.
"Kamu ini kenapa? Seperti di kejar-kejar orang?" tanya Hanan.
"Memang saya lagi di kejar, Tuan. Tadi, para wartawan berkumpul di lobby," jawab Nadine.
"Kamu terlibat masalah, makanya ketakutan melihat wartawan," tukas Hanan.
"Tidak, Tuan. Hanya salah paham saja."
"Kenapa kamu tidak jelaskan pada mereka?"
"Ya ampun, Tuan. Meladeni mereka takkan pernah ada habisnya. Sekarang antarkan saya ke hotel, saya benar-benar ngantuk!"
"Jika memang mau tidur di hotel lebih baik tadi kamu tak usah aku antar pulang," ujar Hanan.
"Saya tidak tahu kejadiannya seperti ini, Tuan."
"Dasar merepotkan!" umpatnya.
"Maaf, Tuan."
Mobil kini memasuki parkiran hotel, jarak antara tempat itu dengan apartemennya Nadine tak terlalu jauh.
"Saya sudah memenuhi permintaan kamu. Silahkan turun!"
"Tuan, tolong pesankan kamar hotel buat saya!" Nadine menangkup kedua tangannya.
"What's!"
"Tuan, please!" Nadine menunjukkan wajah mengiba.
"Oh, sial!" umpatnya.
Hanan membuka safety belt lalu turun dari mobil, berjalan ke meja resepsionis memesan kamar buat model perusahaannya.
Hanan kembali ke kamar lalu memberikan kartu kunci kepada Nadine. "Biaya penginapan malam ini akan aku potong dari gajimu!"
"Iya, Tuan. Tidak masalah yang penting saya malam ini tidur nyenyak!" Nadine meraih kartu tersebut.
"Sudah cepat sana turun!"
Nadine memperhatikan seluruh tubuh Hanan.
"Apa lagi?" tanya Hanan tak suka dipandang.
"Boleh pinjam jas Tuan?"
Hanan memijit pelipisnya. "Kamu ini benar-benar merepotkan, ya!"
"Maafkan saya, Tuan!"
"Buat apa jas untukmu?"
"Saya tidak mau orang-orang melihat keberadaan saya di tempat ini."
Hanan dengan terpaksa melepas jas lalu diberikannya kepada Nadine. Dengan cepat gadis itu memakainya, mengambil kacamata hitam dari tasnya kemudian dipakainya.
Nadine lantas turun sembari melirik ke kanan dan kiri. Dirasakannya aman, gegas mempercepat langkahnya menuju kamarnya.
"Huh, ternyata sangat repot menjadi artis!" Hanan menggerutu.
****
Pagi harinya, Hanan menikmati sarapan bersama keluarga besarnya. Menyesap segelas susu hangat dan mengunyah roti isi selai kacang dengan lahap.
"Bagaimana acaranya kemarin malam?" tanya Anaya.
"Ya, begitulah, Bu."
"Apa Nadine juga datang?" tanya Hana.
Hanan mengangguk mengiyakan.
"Hanan, semalam kamu pulang dengan Nadine?" tanya Harsya.
"Iya, Yah."
"Kalian menginap di hotel?" tanya Harsya lagi.
Hanan mendelikkan matanya lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Anaya, Hana dan Dennis mengarahkan pandangannya kepadanya.
"Kenapa berita pagi ini mengatakan jika kamu memesan kamar buat Nadine?" Harsya menunjukkan berita online di tabletnya.
"Ini tidak benar, Yah. Aku memang mengantarkan dia ke hotel karena permintaannya. Tapi, tidak tidur sekamar. Setelah itu aku pulang ke rumah," jelas Hanan.
"Lalu foto ini?" Harsya menunjukkan jas yang dikenakan Nadine. Tampak gadis itu masuk ke hotel dengan menundukkan pandangannya.
"Dia hanya meminjamnya," jelas Hanan lagi.
"Beberapa hari ini beritanya selalu tentang kamu dan dia. Sebenarnya kalian ada hubungan apa?" tanya Harsya menatap putranya.
"Aku dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa. Kami hanya rekan bisnis saja, Nadine model perusahaan kita," jawab Hanan.
"Ayah tak suka berita murahan seperti ini selalu muncul. Kamu ingin keluarga kita dikejar-kejar wartawan lalu kehidupan pribadi dijadikan konsumsi publik?" tanya Harsya.
"Maaf, Yah. Aku janji akan menyelesaikan kekisruhan ini!"
Harsya manggut-manggut.
-
Nadine dengan hati was-was memasuki ruangan kerja pimpinan Cantika Fashion. Wajahnya selalu di tundukkannya, dia menebak jika dirinya akan mendapatkan omelan.
"Kenapa jika saya berada di dekatmu selalu saja ada berita aneh yang muncul setiap pagi?" Hanan berdiri di depan Nadine dengan tangan di silang.
"Saya juga tidak tahu, Tuan."
"Apa tidak ada artis lain yang di beritakan mereka? Kenapa selalu kamu dan saya, hah?"
"Entahlah, Tuan."
Hanan mencengkram kedua lengan tangan Nadine. "Kamu sebenarnya artis yang memiliki prestasi atau hanya sensasi saja, hah!"
Nadine menahan sakit di tangannya seraya memejamkan matanya.
"Aku mau kamu menjelaskan kepada mereka kalau diantara kita tidak ada hubungan apa-apa!" ucap Hanan tegas.
"Iya, Tuan."
Hanan melepaskan genggamannya secara kasar.
"Pergilah dan bereskan kekacauan ini segera!" titahnya.
"Tuan, bagaimana dengan jas anda?"
"Aku tidak membutuhkan jas itu lagi, karena kamu yang memakainya pagi ini aku harus di cecar beberapa pertanyaan oleh ayahku."
Nadine mengangguk paham.
"Satu hal lagi, jangan dekat-dekat denganku. Karena aku tak mau berurusan dengan selebriti. Sungguh membuatku repot!"
"Maaf jika kemarin malam saya membuat repot Tuan!"
"Bukan hanya repot, tapi kamu itu sangat menyebalkan!"
Nadine memilih diam daripada memotong ucapan atasannya.
Hanan menggerakkan tangannya, memberikan isyarat agar Nadine keluar dari ruangannya.
Nadine keluar dari ruangan mendengus kesal. "Kenapa dia selalu menyalahkan aku? Ku doakan suatu hari nanti dirinya mendapatkan jodoh seorang artis biar tahu rasanya sulitnya menjadi aku!" batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Berita Gosip
2023-10-22
1
Bundanya Nanda AL
lanjut thor
nanggung bacanya,,😉😉😉
2023-08-12
1