Hari ini pertemuan Nadine dengan beberapa staf yang menangani dirinya dan produk. Mereka membahas penjualan semakin menurun.
Nadine duduk di seberang, diujung meja ada Hanan yang terus melirik gadis beberapa hari ini terus menjauhinya.
Sepekan ini, Nadine bersikap cuek meskipun mereka saling berpapasan di jalan terkadang Hanan memantau jalannya syuting.
"Kenapa semakin hari semakin menurun?" tanya Hanan.
"Penurunan disebabkan berita yang terus mengiring opini tentang hubungan Tuan dengan Nona Nadine," ucap salah satu karyawan.
"Maaf jika saya lancang, Tuan. Apa sebaiknya Tuan dan Nona Nadine muncul di media lalu mengatakan kalau diantara kalian memang menjalin hubungan agar penjualan semakin tinggi," saran karyawan wanita bertubuh langsing.
"Kamu mau menginginkan jika Tuan Hanan dan Nona Nadine melakukan trik marketing dengan hubungan pura-pura?" tanya karyawan pria lainnya.
Wanita itu mengiyakan.
Nadine dan Hanan mendengarnya geleng-geleng kepala.
"Saya tidak mau dengan cara itu. Sama saja membohongi publik!" ucap Hanan tegas.
"Trik ini sangat ampuh, Tuan. Beberapa selebritis melakukannya untuk mendongkrak salah satu produk dan popularitas," ujar wanita itu.
"Saya tidak setuju. Ini merugikan saya sebagai seorang artis dan wanita," sahut Nadine.
"Pamor anda akan semakin melejit, Nona. Apalagi Tuan Hanan sosok pengusaha muda yang memiliki nama besar," ujar wanita itu lagi.
"Saya tidak akan menjalin hubungan pura-pura. Produk ini tak perlu menjual sensasi," ucap Nadine.
"Saya setuju dengan ucapan Nadine!" timpal Hanan.
Nadine memandang Hanan dengan sinis.
"Apa kalian tidak punya ide lain?" tanya Hanan.
"Ada, Tuan!" jawab karyawan wanita bertubuh gempal.
"Apa?" tanya Hanan.
"Nona Nadine harus melakukan liburan dengan seorang aktor terkenal," jawabnya.
"Liburan?" tanya Hanan mengerutkan keningnya.
"Nona Nadine melakukan liburan dan melakukan foto memakai produk kita bersama seorang aktor," jawabnya lagi.
"Wah, saya setuju banget dengan usulan dia!" seru Nadine semangat.
"Liburan sekaligus kerja dengan aktor tampan pasti begitu menyenangkan," ujar Nadine.
Wanita yang memberikan saran pertama pun setuju. Dia lalu berkata, "Kita memiliki produk topi untuk wanita dan pria."
"Tapi, kita harus bayar mahal itu aktor juga," ucap Hanan.
"Tidak apa, Tuan. Mengeluarkan sedikit uang tapi omset kita melesat!" ujar wanita yang memberikan ide kedua.
"Kita juga punya produk hoodie dan celana jeans," ucap karyawan lainnya.
"Ketika berlibur Nona Nadine memakai produk kita lalu posting di media sosial atau kita pura-pura memotretnya saat sedang menikmati waktu liburan dengan aktor tersebut," usul lainnya lagi.
"Tidak!" tolak Hanan.
"Daripada harus membayar model lagi. Lebih baik aku yang berlibur!" ucap Hanan.
"Tuan ingin melakukan liburan dengan Nona Nadine?" tanya Andra.
"Iya," jawab Hanan.
Nadine seketika terperangah mendengar jawaban pria yang menurutnya menyebalkan itu.
"Minggu depan saya akan melakukan perjalanan bersama Nadine ke luar negeri!" ucap Hanan.
"Baik, Tuan. Kami akan atur apa saja yang harus dilakukan Nona Nadine ketika bersama anda!" ucap wanita yang memberikan ide kedua.
Nadine yang masih belum percaya, menyusul Hanan ke ruangan kantornya tanpa meminta izin kepada pria itu terlebih dahulu.
"Tuan!"
Hanan menoleh ke belakang.
"Kenapa harus Tuan yang pergi berlibur dengan saya?"
"Memangnya kenapa?"
"Saya tidak mau ini menjadi berita gosip lagi."
"Saya tetap pergi denganmu tapi tidak melakukan foto bersama."
"Tuan..."
"Ini adalah keputusan saya, maka kamu tidak berhak mengaturnya!"
Nadine memanyunkan bibirnya.
"Pulanglah. Atur jadwal kamu lagi, Minggu depan kita berangkat ke Eropa!"
Nadine yang kesal membalikkan badannya lalu keluar tanpa mengatakan apa-apa.
Hanan memijit pelipisnya.
"Dia tuh seperti kekasih yang sedang merajuk saja!" gumam Hanan.
Nadine menaiki mobil dengan wajah cemberut dan melipat tangannya.
"Apa ada masalah serius?" tanya Nay.
"Minggu depan aku dan Tuan Hanan akan melakukan perjalanan ke luar negeri," jawab Nadine.
"Kalian ingin liburan bersama?" tanya Nay.
"Bukan hanya kami saja, Kak. Tapi ada beberapa karyawan juga," jawab Nadine lagi.
"Apa kami boleh ikut?" tanya Wuri.
"Boleh. Tapi baya sendiri," jawab Nadine.
"Kalau bayar sendiri, bisa-bisa sebulan aku tidak makan," celetuk Wuri.
"Kalau begitu Kak Nay saja yang ikut," ucap Nadine.
"Terpaksa aku harus ikut dengan kalian. Karena siapa yang akan membantumu di sana," ujar Nay.
"Tapi kenapa Tuan Hanan ingin pergi berlibur denganmu?" tanya Nay.
"Aku di sana juga sambil bekerja, Kak. Dia tak mau rugi karena sudah membayar mahal," jawab Nadine.
Nay dan Wuri manggut-manggut paham.
***
Seminggu berlalu...
Rombongan Hanan sudah berada di bandara, pria itu terus menatap arlojinya. Nadine dan Nay yang ditunggu belum juga datang padahal sudah lewat 15 menit dari janjinya.
Nay berlari-lari kecil sembari menarik tangan Nadine.
"Kak, tanganku sakit!" ucap Nadine.
"Lihatlah di sana, Tuan Hanan sudah menunggu kita!" ujar Nay.
Sesampainya di dekat Hanan, Nay dengan napas ngos-ngosan berkata, "Maaf, Tuan!" menundukkan kepalanya.
"Kenapa kalian terlambat?" tanya Hanan.
"Eh..."
"Pesawatnya belum terbang, 'kan?" Nadine memotong ucapan manajernya.
"Saya 'kan sudah bilang...."
"Jangan cerewet, Tuan. Yang penting kita tidak ketinggalan pesawat!" potong Nadine dengan cepat.
Hanan tak mau memperpanjang masalah malu dilihatin karyawan dan orang-orang yang melintas.
Dua jam kemudian, mereka kini sudah berada di dalam pesawat. Nadine duduk di sebelah Hanan yang menatap jendela.
Beberapa menit kemudian, pesawat pun mengudara. Nadine yang sangat mengantuk akhirnya memejamkan matanya.
Dia tak peduli jika Hanan mengomel. Matanya butuh istirahat begitu juga dengan anggota tubuh yang lainnya. Kalau tidak berangkat ke luar negeri tentu dirinya masih nyaman di atas kasur empuk.
Hanan yang sedang membaca buku, terkejut ketika bahunya tersentuh. Dirinya menoleh ke samping, tampak Nadine terlelap tidurnya.
Nay menepuk jidatnya, menyesali tingkah konyol artisnya.
Nay ingin membangunkan Nadine tapi dilarang oleh Hanan.
Nadine yang sangat mengantuk tanpa sadar memeluk Hanan.
Pria itu lagi-lagi dibuat terkejut, "Dia benar tidur atau hanya pura-pura?" batin Hanan sembari menatap wajah Nadine dengan riasan tipis.
Beberapa helai rambut Nadine lepas dari ikatan sehingga menutupi wajahnya yang lembut. Hanan memperhatikan sedari tadi, tanpa sadar menggerakkan tangannya menyelipkan helaian rambut di belakang telinga gadis itu.
Lagi-lagi tangan Hanan bergerak menyentuh wajah Nadine kali ini ke arah bibir.
Dengan cepat Hanan segera menurunkan tangannya dan menatap ke depan. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat wajah polosnya Nadine.
Hanan menepuk kepalanya dengan tangan kirinya, "Aku mikirin apa 'sih?"
Nadine bergeliat, dekapannya semakin erat. Apalagi kini bibirnya hampir menyentuh telinga Hanan.
Sehingga Hanan sangat jelas mendengar dengkuran halus di telinganya.
Hanan yang merasa pegal karena tubuhnya tak dapat leluasa bergerak, mengarahkan wajahnya ke arah Nadine.
Tanpa sengaja bibirnya menyentuh bibir Nadine. Seketika matanya membulat, gegas ia memalingkan wajahnya.
Dengan hati-hati, Hanan mendorong lembut kepala Nadine dari bahunya karena mulai terasa berat.
Hanan menyandarkan kepala Nadine di kursi lalu menarik selimut menutup tubuhnya.
Hanan memegang bahunya yang terasa sakit dan mengingat kejadian beberapa detik lalu. Beruntung para penumpang pada tidur, jadi tak mengetahuinya.
"Bisa hancur reputasi jika mereka tahu diam-diam aku menyentuh bibirnya," Hanan membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Sepekan ini ..
2023-10-22
1
Ibad Moulay
Liburan...
2023-10-22
1