Byuur....
Pakaian Nadine basah di siram air oleh Nay di dalam kamar mandi. Wanita itu begitu kesal dengan sikap artis didikannya.
"Kenapa kamu sebodoh ini, hah?" bentaknya.
Nadine memeluk lututnya hanya tersenyum samar.
"Aku sudah memperingatkan kamu untuk tidak jatuh hati padanya. Tetap saja tak mengindahkannya!" omel Nay.
"Kamu mau karir yang selama ini di bangun hancur dalam sekejap?" sambung Wuri juga.
"Jika itu terbaik, kenapa tidak?" Nadine menarik ujung bibir kanannya.
Nay dan Wuri tak habis pikir dengan ucapan Nadine.
"Aku sangat mencintainya, Kak!"
"Tapi dia tidak menyukaimu, Nadine!" Wuri berkata dengan menekankan kata-katanya.
"Dia berpikir jika kamu hanya menginginkan hartanya saja!" timpal Nay.
"Aku sangat tulus, Kak!"
"Omong kosong dengan semua itu!" sentak Nay.
"Kamu mabuk agar dia kasihan? Tidak 'kan?" tanya Wuri.
"Dia hanya menganggap kamu wanita lemah yang jika ada masalah selalu lari dengan minuman!" ucap Nay.
Nadine diam tak menyangkal.
"Kontrak kamu dan perusahaan Tuan Hanan telah berakhir. Lupakan dia!" mohon Nay.
"Jika kamu patah hati dan melakukan ini, maka kami tak segan untuk pergi darimu!" ancam Nay.
Kedua wanita itu pergi meninggalkan Nadine di dalam kamar mandi.
Nadine lalu bangkit dan berdiri kemudian bergumam, "Mereka seperti tidak pernah jatuh cinta saja."
Sementara itu Hanan di kamarnya terus memikirkan Nadine. "Kenapa dia sebodoh itu? Sudah tahu aku tidak menyukainya. Kenapa harus merendahkan dirinya?"
***
Nadine bangun jam 11 siang, sudah segar karena telah mandi dan akan bersiap untuk melakukan pekerjaan. Menarik kursi lalu duduk dan menikmati mie goreng dan buah apel hijau dan semangka yang dipotong-potong.
Nadine bersikap seperti tak mengingat kejadian semalam. Menikmati sarapan buatan Wuri.
"Apa jadwal aku hari ini?" tanya Nadine.
"Bertemu penggemar di salah satu kafe pukul dua siang. Jam lima sore lanjut wawancara di sebuah salah satu stasiun televisi," jawab Nay.
"Setelah itu?" tanya Nadine lagi.
"Tidak ada lagi," jawab Nay.
"Tapi besok pagi kita harus ke kota sebelah. Ada pertemuan dengan pemerintah sana yang rencananya akan membuat drama tentang daerahnya," lanjut Nay.
Nadine manggut-manggut.
"Urusan kita dengan Cantika Fashion telah berakhir. Jadi tak ada pertemuan kamu dengan pangeran impianmu itu lagi," singgung Nay.
"Hmm, baiklah." Kata Nadine santai.
"Kami tidak mau kamu melakukan tindakan yang dapat merugikan karir," sahut Wuri.
"Kapan aku dapat berlibur panjang? Aku ingin rehat dan mengambil cuti pekerjaan," ucap Nadine.
"Tahun depan kamu baru dapat mengambil cuti," ujar Nay.
"Hingga akhir tahun ini sangat padat. Bahkan esok lusa kamu harus menghadiri acara penghargaan," timpal Wuri.
"Baiklah," ucap Nadine.
"Selesaikan makan siangmu, kita akan bergerak ke Kafe Melodi," ujar Wuri.
"Nama kafenya itu?" tanya Nadine.
"Iya," jawab Wuri.
"Kenapa harus di sana?" tanya Nadine lagi.
"Kafe itu memiliki tempat yang sangat luas dan banyak pengunjungnya. Beberapa penggemarmu sudah membayar mahal untuk ruangan VVIP di sana," jelas Nay.
"Semoga saja dia tidak di sana juga," celetuk Nadine.
"Dia siapa?" tanya Nay yang tadinya berdiri kini duduk di sebelah artisnya.
"Presdir Cantika Fashion," jawab Nadine.
"Walaupun dia di sana, tapi kalian tidak akan bertemu karena kamu berada di ruangan khusus," sahut Wuri.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 1 lewat 30 menit, Nadine dan timnya tiba di kafe yang dituju.
Nadine turun dari mobil dan melambaikan tangannya menyapa penggemarnya yang sebagian sudah datang.
Menggunakan kacamata hitamnya, dirinya melemparkan senyuman kepada orang-orang yang histeris berteriak memanggil namanya.
Ketika di pintu masuk, Nadine berpapasan dengan Hanan kebetulan telah selesai makan siang.
Nadine bersikap cuek dan berjalan lurus tanpa menoleh ke arah samping. Sementara timnya menyapa singkat dan tersenyum.
Hanan mengerutkan keningnya sempat menoleh melihat Nadine yang memilih diam.
Andra juga tampak heran dengan sikapnya artis perusahaan tempatnya bekerja.
Di dalam mobil Andra lalu bertanya, "Nona Nadine kenapa sangat sombong dengan kita 'ya, Tuan?"
Hanan tak menjawab.
"Biasanya dia..." ucapan Andra terjeda.
"Jangan membahas tentang dia lagi," potong Hanan dengan cepat.
Di kafe, Nay gegas menghampiri Nadine di dalam ruang istirahat artis yang memang khusus di sediakan. "Kenapa kamu tidak tersenyum kepadanya?"
"Buat apa? Bukankah kalian yang meminta aku untuk melupakannya?" Nadine balik bertanya.
"Tapi tidak dengan perlakuan kamu tadi. Bagaimana jika wartawan tahu dan memberitakan buruk tentangmu. Pasti namanya juga ikut terseret," ujar Nay.
"Aku tidak peduli, Kak!" ucap Nadine ketus.
Beberapa menit kemudian jumpa fans pun dilakukan, Nadine menyapa dengan melambaikan tangannya dan tersenyum. Tanya jawab pun berlangsung diiringi canda dan tawa.
"Apa benar kalau Kak Nadine menjalin hubungan dengan Presdir Cantika Fashion?" tanya salah satu fans.
Nadine tertawa kecil lalu menjawab, "Tidak benar. Hubungan kami hanya sekedar pekerjaan saja."
"Tetapi kalian sangat cocok sekali," ucap fans lainnya.
Nadine kembali tertawa, "Jangan bicara begitu. Bagaimana jika kekasihnya mendengarnya?"
"Memangnya dia sudah punya kekasih?" tanya fans yang lainnya lagi.
"Kalau itu saya tidak tahu," jawab Nadine tersenyum.
Hampir 90 menit pertemuan berlangsung, akhirnya Nadine undur pamit kepada para penggemarnya.
Nadine dan tim gegas melesat ke salah satu stasiun televisi. Sebelum dimulai, Nadine menuju ruangan artis untuk sejenak melakukan briefing lanjut berganti pakaian dan berias.
Jam 7 malam lewat 30 menit, Nadine mulai tampil di acara televisi kebetulan disiarkan secara langsung.
Di lain tempat di kediaman keluarga orang tuanya Hanan, Anaya dan Hana yang telah selesai menikmati makan malam bersama. Gegas beranjak berdiri dari kursinya.
"Ayo cepat, Han!" ajak Anaya.
"Iya sebentar, Bu!" Hana mengelap bibirnya menggunakan tisu dengan tergesa-gesa.
"Kalian mau ke mana? Kenapa terburu-buru?" tanya Harsya.
"Ikut kami saja!" jawab Anaya.
Ibu dan anak itu bergegas menuju ruangan santai keluarga.
Hana menyalakan televisi kemudian keduanya duduk di sofa.
"Kamu tahu kenapa mereka cepat pergi dari meja makan?" tanya Harsya pada menantunya.
"Kata Hana, malam ini ada Nadine di televisi," jawab Dennis.
"Kenapa mereka selalu terobsesi dengan itu gadis?" Harsya protes.
Dennis mengendikkan bahunya.
Harsya mengarahkan pandangannya kepada putranya. "Kamu tidak ikut menonton televisi?"
Hanan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Harsya pun mengakhiri makan malamnya kemudian bangkit dan menyusul anak dan istrinya. Sementara Dennis, menghampiri putranya yang sedang berada di kereta dorong bayi tak jauh dari meja dan diawasi perawat.
Hanan ingin nimbrung dengan kedua orang tuanya dan kakaknya, takut nanti akan diledekin dan disindir. Ia pun memilih ke kamarnya.
Hanan yang penasaran apa saja jawaban Nadine ketika ditanya-tanya pembawa acara gegas membuka saluran televisi.
Duduk di atas ranjang memperhatikan Nadine yang wajahnya terpampang jelas di layar televisi.
"Kami hanya sebatas rekan bisnis. Saya jual jasa untuk mengiklankan produknya itu saja. Jadi tak ada hubungan spesial diantara kami berdua. Untuk masalah beliau punya kekasih atau tidak, saya juga tak tahu."
"Jika seandainya ada pria yang mengajak menikah dalam waktu dekat apa kamu akan menerimanya?" tanya pembawa acara perempuan.
"Jika dia baik dan benar-benar serius, kenapa tidak? Bukankah kita tak boleh menolak lamaran seorang pria yang baik dan tulus," jawab Nadine.
"Kamu langsung menerimanya tanpa mencari tahu asal usulnya?" tanya pembawa acara laki-laki.
"Saya akan berkonsultasi kepada keluarga besar dan manajer, apakah pria itu pantas atau tidak," jawab Nadine lagi.
"Meskipun kamu tidak mencintainya?" tanya pembawa acara perempuan lagi.
"Iya," jawab Nadine tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Kenapa...
2023-10-23
1
Ibad Moulay
Cuek
2023-10-23
1