Bab 10 - Nadine Cemburu

Nadine memegang dadanya yang terasa perih. Makan malam ini harus gagal karena tiba-tiba Hanan membatalkannya.

Nadine menelepon sopir untuk menjemputnya.

Setibanya di apartemen, Nadine berjalan dengan gontai memasuki unit kamarnya. Dua orang wanita yang selalu setia menemaninya kemanapun menoleh ke arah pintu terbuka.

"Nadine!" ucap Nay- manajer.

"Kenapa kamu sudah pulang? Tidak jadi acaranya?" tanya Wuri si asisten manajer.

"Semua gagal!" jawab Nadine menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Kenapa bisa gagal? Tuan Hanan tidak datang?" tanya Nay.

Nadine memeluk wanita itu dan menangis. "Dia membatalkannya, Kak!"

"Kenapa?" tanya Wuri.

Nadine melepaskan pelukannya lalu menjelaskan alasan Hanan membatalkan makan malam mereka.

"Jika memang tidak bisa kenapa tak menolaknya?" tanya Nay.

"Aku pun juga tidak tahu, Kak." Jawab Nadine menghapus air mata yang diberikan Wuri.

"Sudahlah, cukup ini yang terakhir kamu berharap padanya. Jangan membuang waktu untuk mengejarnya," nasehat Nay.

Nadine mengangguk mengiyakan.

"Pergilah tidur. Jangan menangis lagi!" ucap Wuri.

"Iya, Kak."

Nadine mengganti pakaiannya lalu membersihkan sisa riasan wajah sembari menatap cermin.

Air matanya kembali tumpah, mengingat perkataan Hanan tentang seseorang. "Siapa dia? Kenapa Tuan Hanan lebih mementingkannya daripada aku yang mengajaknya?" gumamnya.

"Kenapa nasib percintaan aku selalu gagal?" tanyanya pada cermin.

"Apa aku kurang cantik? Apa aku sangat bodoh? Atau aku terlalu sombong?" bertanya kepada diri sendiri.

Dua tahun lalu dirinya pernah jatuh hati pada seorang pria namun harus patah hati karena calon pujaan hatinya memilih menikah dengan wanita pilihan orang tuanya.

Semasa sekolah dirinya pernah menjalin hubungan dengan pemuda namun harus kandas padahal sudah jalan 1 tahun. Penyebab berakhirnya karena orang tua kekasihnya tidak menyukainya karena seorang model.

Sekarang, Nadine menyukai seorang pria yang tidak lain adalah atasan tempatnya mencari uang.

Nadine mulai menyukai Hanan ketika pertama kali bertemu di perusahaan untuk membicarakan kontrak. Tetapi malam ini dirinya harus disuruh mundur karena lelaki itu memilih tak datang ke acara undangan makan malam demi seseorang tak tahu siapa.

Menaiki ranjang, Nadine mencoba memejamkan matanya menghilangkan rasa kecewanya. Mencoba tenang dan santai meskipun belum saja dimulai namun sudah terasa sakit.

****

Esok harinya, Nadine berangkat ke lokasi syuting tak begitu semangat karena gagalnya rencananya.

Nadine membuka kacamatanya ketika melihat Hanan datang bersama seorang wanita yang tak pernah dikenalnya. "Siapa dia?" batinnya.

Hanan dan wanita itu mendekati Nadine yang berdiri menyambutnya.

Nadine membalas senyuman singkat ketika Hanan dan wanita itu tersenyum menyapanya.

"Nadine, perkenalkan ini Aira!" ucap Hanan.

Kedua wanita itu pun saling berjabatan tangan dan memperkenalkan nama masing-masing.

"Dia sengaja terbang kemari ingin bertemu dengan kamu," ucap Hanan.

Nadine hanya tersenyum tipis.

"Maaf, kalau aku tidak bisa datang. Karena tiba-tiba Aira meneleponku untuk menjemputnya, biasanya Dayna dan Alvan tapi mereka sedang berada di luar kota," ujar Hanan.

Nadine hanya manggut-manggut.

"Saya sangat mengidolakan anda. Ketika tahu kalau Nona Nadine adalah brand ambassador tempat Hanan memimpin saya langsung menelepon Dayna menanyakan hal ini. Dan beruntung saya, Hanan mengizinkan saya bertemu dengan anda." Kata Aira.

"Terima kasih sudah menjadi fans saya," ucap Nadine.

"Sama-sama, Nona Nadine!" ucap Aira.

"Panggil saya Nadine saja!" pintanya.

Aira tersenyum mengiyakan.

"Nona Aira, Tuan Hanan, maaf saya tinggal. Karena mau bersiap-siap untuk pengambilan gambar," ucap Nadine.

Hanan dan Aira mengiyakan.

"Ada hubungan apa sebenarnya antara mereka? Kenapa Hanan lebih memilih menjemputnya daripada memenuhi undangan aku?" Nadine membatin ketika menuju ruang ganti artis.

Nadine mulai melakukan pekerjaannya, Hanan dan Aira duduk di bangku yang telah disediakan sembari melempar tawa, keduanya sangat begitu akrab. Membuatnya tidak berkonsentrasi.

"Nadine, tolong fokus!" teriak sutradara.

"Maaf!"

Nadine kembali berakting namun pikiran dan matanya tertuju pada Hanan dan Aira. Akhirnya dirinya meminta untuk sejenak beristirahat dan diizinkan sutradara.

"Nadine, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Nay.

"Entahlah, Kak!" jawab Nadine.

"Apa Tuan Hanan dan wanita itu?" tuding Wuri.

Nadine terdiam.

Nay memperhatikan sekelilingnya. "Din, dengarkan aku. Ingat, kontrak kamu tinggal beberapa bulan lagi. Jadi artinya kamu tidak akan bertemu dengannya. Lupakan dia, jangan berharap apapun padanya. Kamu layak dicintai. Fokuslah pada pekerjaan ini dan bersikap profesional!" nasehatnya.

"Mereka di sini aku tidak dapat berkonsentrasi, Kak!" kata Nadine.

"Anggap saja mereka tidak pernah ada atau bukan siapa-siapa kamu!" ucap Nay.

"Kamu harus menutup hati untuk namanya!" ujar Wuri.

Nadine mengangguk mengiyakan.

Lima belas menit beristirahat, Nadine kembali berakting. Dirinya mengingat pesan Wuri dan Nay.

Hanan dan Aira akhirnya pamit pulang di tengah-tengah syuting berlangsung. Nadine semakin cemburu melihat keduanya.

Sementara, di mobil Hanan dan Aira saling mengobrol.

"Terima kasih 'ya, kamu sudah mempertemukan aku dengannya," ucap Aira.

"Iya, sama-sama. Apapun yang kamu minta akan aku lakukan."

Aira tersenyum mendengarnya.

"Dari kemarin aku ingin bertanya, kenapa tidak ditemani Aldo ke sini?"

"Dia sangat sibuk dua bulan belakangan ini."

"Oh."

"Nan, kamu tidak ingin mencari calon istri?"

Hanan yang sedang menyetir sekilas menoleh lalu fokus kembali menatap depan.

"Nan.."

"Kamu sudah tahu perasaanku padamu?" tanya Hanan.

"Aku tahu setelah kami menikah," jawab Aira.

"Aku yang terlalu lama mengungkapkannya," ucap Hanan.

"Jujur, aku memang mencintaimu, Nan. Tapi kini ku sudah menikah tak mungkin mengkhianatinya," batin Aira.

"Kamu tidak usah merasa bersalah. Kita memang tak berjodoh tetapi masih berteman, masalah mencari calon istri saat ini aku belum sempat memikirkannya," ujar Hanan.

"Segera cari, sebelum aku merasa bersalah," kata Aira.

Hanan tersenyum dan mengangguk pelan.

"Aku belum bisa melupakanmu, Ra. Sangat sulit mencari pengganti kamu dihatiku," Hanan membatin.

Terpopuler

Comments

Ibad Moulay

Ibad Moulay

Cemburu...

2023-10-22

1

Ibad Moulay

Ibad Moulay

Semua Gagal...

2023-10-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!