Hanan mengantarkan Aira ke rumah Paman Alpha setelah itu dirinya lanjut kembali ke kantor.
Hanan duduk di kursi mengingat ucapan Aira selama di mobil. Jujur dirinya belum mampu melupakan sosok wanita yang menjadi cinta pertamanya.
Meskipun mereka belum pernah menjalin hubungan tapi nyatanya tak berjodoh walaupun saling mencintai.
Lamunan Hanan terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia pun mempersilakan masuk.
Andra masuk dan berkata, "Permisi, Tuan. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan."
"Silahkan!"
"Penjualan produk kita pagi ini menurun dua puluh persen."
"Apa penyebabnya?"
"Postingan Nona Nadine, Tuan."
Dahi Hanan berkerut.
"Kemarin malam Nona Nadine menulis postingan tentang kegalauan hatinya. Para penggemarnya berbondong-bondong mengomentarinya. Beberapa akun menyinggung keterlibatan antara Tuan dan Nona Nadine."
"Kenapa mereka jadi menyinggung saya?" tanya Hanan.
"Gosip beberapa waktu lalu yang mengatakan jika Tuan memiliki hubungan asmara dengan Nona Nadine."
"Kenapa mereka malah membahas yang sudah berlalu?"
"Entahlah, Tuan. Saya juga tidak tahu."
"Memangnya apa yang ditulis Nadine di akun media sosialnya?"
Andra mendekat dan membuka layar ponselnya.
Hanan kemudian membacanya dalam hati, "Mencintai tak harus memiliki. Sakit tentunya, mau dikatakan apa lagi. Berharap sesuatu yang tak pasti begitu menyakitkan."
Hanan melihat postingan yang diunggah Nadine 13 jam lalu.
Hanan kemudian mengarahkan pandangannya pada arlojinya yang telah menunjukkan pukul 11 siang. Artinya, Nadine mengunggah sekitar pukul 10 malam. Dua jam setelah dirinya membatalkan kedatangannya.
"Untuk siapa sindiran ini?" Hanan membatin.
"Apa kita harus meminta Nona Nadine untuk mengklarifikasi postingannya, Tuan?"
"Kenapa para penggemarnya menganggap kata-kata itu ditujukan untukku?"
"Saya juga tidak tahu, lebih baik Tuan tanyakan saja kepada Nona Nadine. Karena para penggemar pasti banyak menerka-nerka. Jangan sampai hal ini membuat Tuan Besar memanggil dan mengintrogasi Nona Nadine, Tuan." Saran Andra.
"Telepon manajer Nadine, jam berapa syuting berakhir. Saya ingin bertemu dengannya," ucap Andra.
"Baik, Tuan."
Andra kemudian pamit meninggalkan ruangan.
Sepuluh menit kemudian, Andra kembali masuk dan mengatakan jika syuting akan berakhir sekitar 3 jam lagi.
Hanan meminta Andra menghubungi asisten Nadine mengatur jadwal pertemuan mereka.
Dan Andra mengiyakan.
-
Nadine tiba pukul 8 malam, selepas menghadiri sebuah acara talk show di salah satu televisi nasional.
Nadine duduk dengan wajah datar, meskipun Hanan melemparkan senyuman kepadanya.
Seorang pelayan datang dan menanyakan pesanan kepada keduanya, mereka pun memesannya.
"Apa kamu sedang sakit?" tanya Hanan.
"Tidak," jawab Nadine.
"Kamu tak seceria biasanya," ucap Hanan.
Nadine membalasnya dengan senyuman tipis.
"Saya mengajak bertemu kamu di sini karena postingan kemarin malam."
"Oh."
Dua cangkir teh hangat tersaji di meja, tanpa permisi Nadine meraihnya dan menyeruputnya.
"Kamu memiliki masalah dengan seseorang?" tanya Hanan.
"Anda pikirkan saja sendiri," jawab Nadine dingin.
"Nadine, ada apa denganmu?"
"Tidak ada." Nadine meletakkan cangkir teh di meja.
"Kamu masih kesal karena aku tidak datang?"
"Tidak."
"Kenapa sikapmu begitu cuek padaku?" tanya Hanan.
"Lalu apa yang harus saya lakukan?" Nadine balik bertanya.
Hanan terdiam, dirinya menatap Nadine yang selalu menghindari kontak mata.
"Tuan, memanggil saya kemari hanya untuk menanyakan postingan itu buat siapa," ucap Nadine.
"Iya. Beberapa komentar menyudutkan saya," ujar Hanan.
"Apa ada di antara mereka yang menyebut nama Tuan?" tanya Nadine santai.
Hanan tak bisa menjawab.
"Tidak ada, 'kan. Apa yang harus ditakutkan," kata Nadine.
"Penjualan menurun hari ini."
"Bukankah itu hal wajar dalam dunia bisnis?"
"Perusahaan membayar mahal kamu untuk menaikkan penjualan."
"Lalu saya harus apa? Membalas komentar mereka satu persatu untuk mengklarifikasi? Atau saya hapus postingannya?"
Hanan terdiam.
"Postingan itu tidak menyebut nama siapapun. Jadi Tuan Hanan tak perlu khawatir," ujar Nadine.
"Lalu postingan itu buat siapa?"
"Buat para pria yang selalu memberikan perhatian kepada wanita tapi akhirnya tidak memilihnya!"
Hanan tertawa kecil mendengarnya.
"Tuan sudah mendengarkan penjelasan dari saya, 'kan?"
Hanan mengangguk pelan.
"Masalah ini tidak terlalu besar, jadi biarkan mereka berkomentar sesuka hatinya," kata Nadine.
"Ya," ucap Hanan terpaksa.
"Kalau begitu saya pamit pulang!" Nadine beranjak berdiri.
"Nadine.."
"Hm.."
"Kamu tidak ingin makan malam denganku?"
"Saya sudah makan tadi. Terima kasih tawarannya. Permisi, selamat malam!" Nadine menenteng tasnya kemudian berlalu.
"Kenapa dengan dia?" Hanan membatin.
***
Nadine makan siang bersama manajer, asisten manajer, sopir dan 2 orang karyawannya di sebuah restoran cukup terkenal.
Restoran tersebut milik orang tuanya Ryder yang dulunya adalah juru masak Harsya.
Berjarak beberapa meja tampak berkumpul beberapa orang. Nadine mengenal mereka namun tak berniat menyapanya karena ada Hanan yang duduk di samping Aira.
"Nan, bukankah itu Nadine?" Dayna mengarahkan pandangannya ke arah kursi yang di duduki sang artis.
Hanan pun mengikuti arah pandangan Dayna.
"Ajak saja dia makan bersama kita!" ucap Aira.
"Sebentar lagi mereka selesai makan," sahut Ryder.
"Dari tadi mereka di sini? Kenapa kita tidak tahu, 'ya?" tanya Dayna.
Ryder mengendikkan bahunya.
Beberapa menit berlalu, Nadine berjalan ke meja tempat rombongan Hanan dan lainnya. Dirinya berpamitan dan menyapa satu persatu mereka dengan senyuman kecuali Hanan.
Nadine berusaha menghindari bertatapan mata pada pria itu.
"Semoga lain waktu kita dapat mengobrol dan makan bersama, Nona." Kata Dayna.
"Saya akan usahakan, Nona Dayna. Saya permisi!" pamit Nadine kemudian berlalu.
Selepas Nadine dan rombongannya pergi, Dayna lalu mengarahkan pandangannya kepada sepupunya.
"Kamu lagi ada masalah dengannya?" tanya Dayna.
"Tidak," jawab Hanan.
"Kenapa wajahnya sangat ketus begitu?" tanya Dayna.
Pertanyaan Dayna disetujui Bryan, Ryder dan Alvan.
"Aku tidak tahu," jawab Hanan.
"Apa sikapnya Nona Nadine karena postingannya 2 hari lalu?" celetuk Alana.
Seluruh mata tertuju pada gadis itu.
"Postingan patah hati di medsos Nona Nadine?" tanya Aira.
"Kamu berteman di media sosial dengannya?" tanya Hanan pada wanita di sebelahnya.
"Iya. Karena dia idolaku," jawab Aira.
"Komentar para fans yang menyinggung seseorang," Dayna melirik Hanan.
"Iya, Kak." Kata Alana. "Dan aku tahu siapa yang mereka maksud," lanjutnya.
"Memangnya siapa?" tanya Aira.
"Kak Hanan!" ceplos Alana.
Pandangan kini pindah ke arah adiknya Hana itu.
"Aku dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa. Dia sudah menjelaskan postingan itu buat siapa," tutur Hanan.
"Memangnya buat siapa?" tanya Dayna.
"Seseorang tapi tidak tahu siapa karena dia tak memberitahunya," jawab Hanan.
"Aku curiga jika seseorang itu Kak Hanan," tuding Alana.
"Aku juga yakin!" timpal Ryder.
"Aku juga!" sahut Dayna.
"Terserah kalian sajalah!" ucap Hanan kesal.
Selesai makan siang, Hanan kembali mengantarkan Aira pulang ke rumah Paman Alpha.
Aira pun bertanya, "Apa Nona Nadine menyukaimu?"
"Entahlah."
"Kamu tidak memiliki perasaan sedikitpun kepadanya?"
"Aku tidak tahu."
"Dari sikapnya tadi di restoran, dia sepertinya sangat cemburu dengan kedekatan kita."
"Aku dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa. Kami hanya sekedar rekan kerja," ujar Hanan.
"Apa Nona Nadine sudah memiliki kekasih?" tanya Aira.
Hanan menaiki kedua bahunya.
"Bisa jadi...."
"Kamu mau mengatakan kalau postingan yang ditulisnya itu buat aku?" tanya Hanan menoleh.
Aira mengangguk pelan.
"Kamu dan mereka sama saja!" kesalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Meskipun...
2023-10-22
1
Ibad Moulay
Postingan...
2023-10-22
1