Tanpa menunggu persetujuan dari Rayhan, dengan cekatan Syifa mengambil semua sisa makanan yang tersaji di atas meja makan dan memindahkan ke atas piring nya. Namun saat dia akan memasukkan makanan itu ke dalam mulut nya, tiba - tiba Rayhan menarik piring tersebut.
"Makanan sampah seperti ini tidak layak untuk di makan!" ucap Rayhan dengan penuh tatapan tajam.
Laki - laki itu langsung membawa makanan itu ke dapur dan membuangnya di tempat sampah, Syifa yang melihat hal itu hanya pasrah.
Rayhan membuka kulkas dan mengambil sesuatu di sana kemudian dia masak. Tidak perlu waktu lama dia telah selesai mengolah makanan tersebut dan menyajikan ke dalam piring yang sudah ada nasi putih nya.
"Ini makanlah.. setidak nya makanan ini lebih baik dari tadi," Rayhan menyerahkan sepiring nasi dengan telur ceplok di atas nya.
Syifa meraih piring tersebut dengan senyum bahagia tidak lupa dia berterima kasih pada Rayhan.
Sedangkan Rayhan sendiri hanya menanggapi dengan ekspresi datar dan dingin seperti biasa nya.
"Ternyata tuan Rayhan baik juga, walaupun cuma dengan telur ceplok tapi makanan ini lebih layak dari pada makanan yang sering aku dapatkan di rumah Melisa," gumam Syifa sambil menatap piring yang ada di tangan nya.
Gadis itu menghela nafas nya perlahan karena teringat kehidupan nya selama ini di rumah Melisa seperti apa. Memang paman dan bibi nya tidak pernah memperlakukan dia dengan kasar, namun dia tidak pernah mendapatkan makanan layak seperti yang penghuni rumah itu makan selama ini. Dia hanya boleh makan setelah Melisa dan kedua orang tua nya selesai makan. Alhasil Syifa selalu mendapat makanan sisa dari mereka.
Tapi Syifa tidak pernah mengeluh sama sekali dia selalu menerima dengan ikhlas. Bagaimana pun karena kedua orang tua Melisa dia masih bisa hidup sampai sekarang.
Syifa menyantap makanan nya dengan diam, karena di dapur Rayhan tidak ada kursi maka gadis itu duduk di lantai.
Hem...
Syifa mengangkat wajah nya melihat ke arah sumber suara yang tidak jauh dari nya.
"Kenapa kamu makan di situ? di sana kan ada meja dan kursi makan.." tanya Hans.
Hans sengaja ke dapur untuk mengambil minuman dingin, dia tidak sengaja melihat Syifa sedang duduk bersimpuh di lantai dapur Rayhan menikmati makan malam nya. Laki - laki itu merasa simpati pada Syifa, entah mengapa sejak pertama kali dia bertemu dengan Syifa, asisten Rayhan itu merasa ada sesuatu yang menggelitik dalam hati nya. Walaupun pertemuan awal mereka sedikit absurd karena Hans menuduh Syifa wanita aneh, namun terlepas dari itu semua dia merasa seperti ada sesuatu yang ingin dia ketahui lebih tentang Syifa.
"Tidak apa tuan..di sini sudah nyaman kok. Lagian aku sudah terbiasa makan seperti ini," jawab Syifa dengan tersenyum tipis.
"Siapa nama mu? Dan kenapa kamu bisa ada di sini?"
"Aku Syifa tuan, aku sepupu dari Melisa kekasih tuan Rayhan, dan aku di sini ditugaskan Melisa untuk menjadi pelayan tuan Rayhan sampai Melisa kembali ke negara ini."
"Hah...jadi kamu adalah sepupu nya nona Melisa?" tanya Hans dengan ekspresi tidak percaya.
"Iya tuan saya sepupu nya Melisa, kekasih tuan Rayhan."
"Kenapa nona Melisa tidak menyewa ART saja untuk menjadi pelayan di sini, kenapa harus kamu yang bekerja menjadi pelayan di sini?"
"Jika menyewa ART kan harus bayar tuan...kalau saya kan gratis tanpa bayaran,hee.." jawab Syifa sambil tertawa kecil.
"Kenapa kamu tidak menolak saja saat Melisa menjadikan mu pelayan di sini?"
"Jika aku bisa menolak nya, pasti dengan senang hati aku akan menolaknya tuan. Terkadang ada hal yang membuat kita tidak bisa berbuat apa - apa dan pasrah karena kata balas budi tuan," jawab Syifa dengan tersenyum getir.
Hans mengerti dengan apa yang Syifa katakan barusan, walaupun dia belum tahu banyak tentang gadis berkacamata di depan nya ini, namun dia bisa merasakan posisi gadis itu saat ini.
"Hans..." panggil Rayhan yang entah sejak kapan berada di dekat mereka berdua. Entah Rayhan mendengar atau tidak apa yang mereka berdua bicarakan baik Syifa atau Hans tidak tahu.
"Iya tuan.. Maaf," Hans langsung berlalu meninggalkan Syifa yang masih menikmati makanan nya.
Laki - laki yang usianya dua tahun lebih tua dari Rayhan langsung menuju ke ruang tengah di mana Rayhan berada saat ini.
"Hans... bagaimana bisa desain produk baru kita bisa hancur seperti ini hasil nya, bukan kah bagian grafis biasa nya bisa di andalkan."
"Maaf tuan...bagian grafis yang biasa menggarap semua desain produk kita orang nya sudah mengundurkan diri tuan," terang Hans.
"Emang di bagian grafis hanya dia saja yang bisa di andalkan! Kalau seperti ini mau tidak mau aku harus turun tangan sendiri, kamu tahu sendiri tuan Willy seperti apa, dia orang yang sangat teliti tidak mentolerir kesalahan sedikitpun. Apa lagi ini proyek yang tidak sedikit nilai nya, jelas dia ingin desain produk ini sempurna."
Setelah mengatakan hal itu Rayhan langsung fokus ke layar laptop nya mengotak - ngatik desain produk yang hancur berantakan, sesekali Rayhan mengusap wajah nya dengan kasar. Entah mengapa seolah - olah otak nya menjadi buntu tidak ada ide sama sekali.
Sedangkan Hans sendiri sejak tadi mengerjakan proposal dari proyek tersebut dengan sesekali melirik ke arah bos nya. Dia sudah ketar ketir melihat ekspresi sang bos nya yang sudah mengkhawatirkan. Bisa - bisa dia nanti jadi korban pelampiasan amarah Rayhan.
"Maaf tuan ini kopi nya," tiba - tiba Syifa datang membawa dua cangkir kopi.
"Siapa yang menyuruhmu membuat kopi," kata Rayhan dengan nada yang dingin jangan di tanya sorot mata nya saat menatap Syifa seperti apa sudah seperti orang yang akan memakannya hidup - hidup.
Syifa menelan ludah nya dengan susah payah, niat hati membuat kopi sebagai ucapan terimakasih karena tadi telah di buatkan telor ceplok oleh Rayhan namun seperti nya momentum nya tidak pas dengan situasi di ruang itu.
"Ehmm...anu tuan, saya sengaja membuat kan kopi untuk tuan sebagai ucapan terimakasih karena tadi tuan sudah membuatkan saya makanan," ucap Syifa dengan penuh hati - hati.
"Lain kali jangan sok peduli seperti ini, apa pun yang kamu lakukan harus menunggu perintah ku terlebih dahulu."
"Iya tuan maaf...." Syifa langsung mengambil kembali dua cangkir kopi itu kembali. Namun saat dia akan kembali ke dapur tiba - tiba terdengar suara Rayhan kembali.
"Mau dibawa kemana kopi itu?"
"Mau aku bawa ke dapur tuan, bukan kah tuan tidak menginginkan kopi ini?"
"Taruh lagi kopi itu di meja, aku tidak mau kamu membuang - buang makanan atau minuman di apartemen ku ini."
"Baik tuan..." Syifa kembali menaruh dua cangkir kopi itu kembali.
"Ini orang benar - benar ya titisan Fir'aun," gerutu Syifa dalam hati.
"Tidak usah mengumpat seperti itu dalam hati."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments