"Bagaimana ini, aku sekarang tidak menggunakan kacamata ku, aku tidak ingin tuan Rayhan melihatku seperti ini," panik Syifa.
Syifa benar - benar panik, dia meremas ujung kaos yang dia kenakan saat ini sambil berpikir bagaimana cara nya bisa menghindar dari Rayhan saat ini.
Dia sedikit mengumpat dalam hati nya kenapa CEO dingin itu bisa terbangun di jam segini.
"Kamu tuli atau bagiamana, apa perlu aku pakai toa masjid biar kamu dengar apa yang aku ucapkan tadi hah, jika berbicara dengan orang itu jangan membelakangi nya, ingat kedudukan kamu sekarang apa di sini!"
"Dasar laki - laki angkuh... Iya aku tahu kedudukan ku apa di sini, hanya seorang pelayan yang gratisan alias tidak mendapat upah layak nya pelayan pada umum nya,"teriak Syifa yang hanya dalam hati pasti nya.
"Aul...." bentak Rayhan yang langsung membuat tubuh Syifa bergetar, karena baru kali ini dia mendengar bentakan Rayhan.
"I ya tuan..." reflek Syifa yang langsung membalikkan badan nya ke arah Rayhan. Dia sudah tidak peduli lagi dengan penampilan nya namun Syifa belum berani mendongakkan wajah nya kepada Rayhan wanita itu masih setia menundukkan wajah nya.
"Hei..sudah aku bilang kalau di ajak bicara itu lihat lawan bicara...." ucapan Rayhan terputus karena tiba-tiba ponsel nya berdering.
Laki - laki tampan itu langsung mengangkat panggilan telepon itu sambil berjalan meninggalkan Syifa. Hal itu menjadi kesempatan untuk Syifa segera pergi ke dapur untuk mengambil kaca mata nya.
"Syukurlah..." lega Syifa.
"Tadi telepon dari siapa ya sampai dia pergi begitu saja, apakah dari Melisa? Heh Syifa kenapa kamu jadi kepo seperti ini sech, mau itu telepon dari Melisa atau siapa pun kamu tidak berhak tahu, ingat kamu itu siapa?" rutuk Syifa pada diri nya sendiri.
Setelah membereskan dapur Syifa berniat untuk pamit pada Rayhan karena dia harus segera bekerja. Sesampai nya di meja makan dia belum melihat Rayhan kembali ke tempat itu. Awal nya Syifa ingin menunggu sampai Rayhan muncul tapi setelah tiga puluh menit di tunggu ternyata Rayhan tidak nampak juga. Syifa kemudian memutuskan untuk pergi tanpa pamit ma tuan nya itu.
Baru saja Syifa melangkahkan kaki nya beberapa langkah dari ruang makan, tubuh nya langsung membeku mendengar suara bariton dari arah belakang nya.
"Mau kemana kamu?"
Syifa langsung membalikkan badan nya, mata Syifa langsung disajikan dengan pemandangan yang luar biasa, bagaimana Syifa tidak terpesona melihat makhluk tuhan yang begitu sempurna di dunia ini, di depan mata nya sekarang ini berdiri seorang laki-laki tampan dengan balutan jas kantor yang sangat pas melekat di tubuh proporsional nya.
"Ya Tuhan...sungguh sempurna ciptaan mu ini," lirih Syifa tanpa sengaja menatap kagum pada ketampanan Rayhan.
Merasa jika dia sedang diperhatikan oleh Syifa, Rayhan sengaja berdehem untuk membuyarkan lamunan gadis itu.
Hemm,,
"Astagfirullah..."Syifa menggelengkan kepala nya untuk menetralkan otak nya kembali.
"Tidak usah mengagumi ketampanan ku, jika tidak ingin sakit hati karena aku tidak akan pernah tertarik pada mu."
Syifa yang mendengar ucapan Rayhan tiba - tiba mengepal kan kedua tangan nya, entah dapat keberanian dari mana sampai wanita berkacamata tebal itu mengucapkan sebuah kalimat yang menohok pada Rayhan," aku yakin suatu saat nanti kamu akan mengemis cinta dari ku saat kamu sudah tahu siapa aku yang sebenarnya, dan saat itu aku pastikan hanya penolakan yang akan aku berikan," ucap Syifa dengan begitu lantang dan berlalu pergi begitu saja dari hadapan Rayhan.
Rayhan di buat melongo dengan ucapan Syifa barusan. Beberapa kali dia mendesis karena menurut laki - laki dingin itu ucapan Syifa sangat lah konyol.
"Cih...mana sudi gue ngemis cinta dengan perempuan yang berpenampilan aneh seperti itu!"
Ya bagi Rayhan penampilan Syifa sangat lah aneh, mungkin tidak hanya Rayhan saja yang mempunyai pemikiran seperti itu, bahkan orang - orang yang melihat Syifa pasti akan memikirkan hal yang sama.
Bagiamana Rayhan tidak beranggapan seperti itu, setiap hari nya Syifa selalu menggunakan kaos oblong yang kedodoran dan celana jeans yang kedodoran juga, rambut nya selalu dia ikat dan tidak lupa kacamata bulat besar yang selalu bertengger di hidung nya yang membuat mata Rayhan menjadi risih saat memandang nya.
"Apa dia tidak risih setiap hari berpenampilan seperti boneka Mampang seperti itu," gumam Rayhan sambil duduk di kursi makan.
Rayhan mengernyit kan dahi nya melihat hidangan yang ada di depan mata nya itu.
"Auuuullll......." teriak Rayhan
"Astagfirullah...." ucap Syifa tiba - tiba setelah mendengar suara menggelegar yang memanggil nama nya.
Wanita itu sampai terlonjak kaget saat akan memegang handel pintu apartemen Rayhan
"Ada apa lagi sech....masih kurang apa dia yang ngomel-ngomel tadi."
Dengan langkah yang gontai Syifa kembali lagi ke arah sumber suara tersebut.
"Ada apa lagi tuan?" tanya Syifa dengan malas.
"Ini apa?" tunjuk Rayhan pada piring yang berisi omlet telur yang Syifa buat tadi.
"Omlet telur tuan?"
"Apa kamu tidak waras hah, memberi aku makanan seperti ini!"
"Aku masih waras tuan...lagian itu juga makanan yang masih bisa di makan dan masih hangat? Rasa nya juga pasti enak," jawab Syifa santai.
"Makanan apa ini, makanan tidak layak di makan seperti ini kamu bilang enak! Ganti! Aku tidak Sudi memakan makanan recehan seperti ini!"
"Tuan ini harusnya bersyukur masih bisa makan pagi ini walaupun dengan menu sederhana seperti ini. Coba tuan lihat orang - orang di luar sana hanya untuk makan menggunakan telur saja harus kerja keras sampai satu Minggu atau bahkan satu bulan tuan baru mereka bisa menikmati makan dengan telur. Lagian mau di ganti dengan menu makanan apa lagi, di kulkas saja tidak ada bahan makanan apa pun ada nya cuma telur itu pun tinggal dua biji doang."
Rayhan menatap tajam ke arah Syifa karena telah berani memberikan ceramah untuk nya.
"Apa kamu bilang di kulkas tidak ada bahan makanan apa pun? Tidak usah ngarang kamu ya, aku tidak pernah membiarkan kulkas ku sampai kosong seperti itu," kata Rayhan sambil berjalan ke arah kulkas untuk mengecek apakah yang diucapkan Syifa benar atau tidak.
Sesampai nya di depan kulkas, Rayhan langsung membuka kulkas tersebut dan mata nya langsung membola setelah melihat isi kulkas tersebut yang tidak ada satu pun bahan makanan yang tersisa, di sana cuma ada sebotol minuman air dingin.
"Bagiamana bisa kulkas ku sampai kosong seperti ini, memalukan sekali. Ini pasti perbuatan Hans yang tidak becus!" gerutu Rayhan dalam hati.
"Bagaimana tuan? Benar kan yang aku katakan tadi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments