Bertemu Kembali

Kedua bola mata Hanna tertuju pada handphone yang diletakkan di atas meja. Laki-laki itu bilang pemotretan Liam akan selesai satu jam lagi, dan seharusnya ini sudah waktunya. Tapi hingga saat ini benda pintar itu belum bergetar juga, pertanda belum ada panggilan masuk ke handphonenya. Sambil menggigit jarinya, Hanna terus menerus memantaunya, seolah-olah benda itu bisa hilang dari pandangan matanya.

“Makan dulu Han. Aku sudah buatkan telur omelet untukmu, mumpung masih hangat.”

Lona mengingatkannya soal jam makan malam yang hampir saja terlewat. Sebenarnya Hanna ingin menolak, tapi dokter bilang mual adalah hal yang lumrah ketika seorang wanita sedang hamil. Itu adalah pertanda bagus, yang berarti bayinya baik-baik saja di dalam. Dan dia dilarang tidak makan sama sekali walau sedang mual agar bayinya tetap mendapat nutrisi.

Hanna beranjak dengan berat hati, sekali lagi menoleh pada benda yang dia letakkan di atas meja. Apa mungkin laki-laki itu lupa memberitahu Liam tentang pesannya?

“Kamu baik-baik saja?”

Lona melihat Hanna yang sedang berjuang menelan makanannya. Hanna tidak menyahut. Dia menutup mulutnya bersamaan dengan matanya ketika dia berusaha menelan makanan yang sedang dikunyahnya. Ya ampun, apa semua wanita seperti ini ketika hamil? Sesakit ini, tapi kenapa dia masih sering melihat berita seorang suami melakukan kekerasan pada istrinya? Bukankah itu tidak adil?

“Aku rasa obat mualnya nggak bekerja.”

Hanna menenggak air minumnya sampai habis. Dia hanya sanggup memakan dua sendok saja, sisanya dia berikan pada Lona dan sahabatnya itu tentu saja tidak akan keberatan. Keduanya sudah seperti itu sejak memutuskan untuk bersahabat.

“Tapi setidaknya kamu nggak bolak balik kamar mandi lagi kan? Jadi aku pikir malah bekerja deh. Toh dokter kan bilang mual itu hal yang wajar, jadi mau minum obat atau nggak, mualnya mungkin nggak akan hilang begitu saja.”

Hanna setuju. “Mungkin hanya untuk meringankan gejalanya sedikit saja.” Sambungnya.

“Aku baca di internet ibu hamil itu harus minum susu khusus kehamilan. Kamu sudah membelinya?”

Hanna menggeleng. Dia belum mempersiapkan apa pun untuk kehamilannya ini karena dia masih dalam proses membangun rasa percaya dirinya lagi. Dia hanya punya vitamin yang diresepkan oleh dokter, itupun Bobby yang ngotot minta langsung diambil dari farmasi rumah sakit padahal dia bisa membeli dari apotek di luar dengan harga yang jauh lebih murah.

Ngomong-ngomong tentang Bobby, Hanna sama sekali belum menemukan cara untuk menghindar dari atasannya itu. Ungkapan perasaannya terasa tiba-tiba dan Hanna sama sekali tidak pernah terpikir jika Bobby akan menyukainya. Masa iya Bobby sudah menyukainya selama bertahun-tahun? Mustahil, bukan? Dari sekian banyak wanita yang kualitasnya pasti jauh di atasnya, kenapa harus dia? Atasannya itu pasti mengada-ada. Ya, ungkapan perasaan itu pasti bukan benar-benar dari hatinya.

Sementara itu, Liam yang sudah menyelesaikan pemotretannya berjalan hilir mudik di dalam ruangan khusus yang disediakan untuknya dan timnya. Dia sudah meminta semua timnya untuk keluar karena dia ingin berbicara dengan leluasa dan lebih privat bersama Hanna. Sebenarnya dia bisa melakukannya ketika kembali ke apartemennya nanti di mana dia tentu saja akan lebih aman dan leluasa melakukan panggilan. Namun Liam sudah menunggu lama dan dia tidak bisa menahan diri lagi.

“Apa yang akan ku katakan pertama kali? Kata maaf? Apa aku harus meminta maaf padanya untuk apa yang sudah kami lakukan di hotel? Tapi sepertinya itu agak absurd. Kejadian itu bisa terjadi karena aku dan dia memang sama-sama menginginkannya. Bukan, itu bukan sapaan yang tepat. Tapi apa ya?”

Liam berhenti, berdiri di tempatnya saat Noah diam-diam masuk ke dalam ruangan itu. Tahu dirinya dipelototi, Noah tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya.

“Aku hanya ingin mengambil power bank milikku. Baterai handphoneku mau habis dan aku sedang main game. Jadi kalau kamu nggak keberatan...”

“Cepat!” hardik Liam..

Noah langsung mencari benda yang dia inginkan di antara tumpukan barang yang masih berantakan, belum sempat disusun oleh tim mereka. Setelah menemukannya, Noah kembali tersenyum pada Liam yang masih berdiri terpaku di tempatnya semula.

“Biar ku tebak, kamu nggak berani meneleponnya, iya kan?” Noah masih menyempatkan dirinya mengejek Liam.

Membuat Liam marah karena hal-hal sepele adalah hobby lain dari Noah selain bermain game. Dia suka melihat wajah Liam yang memerah, namun kalau Liam benar-benar marah nyalinya bakal ciut juga.

“Cepat keluar!”

“Iya..iya aku ke luar.”

Noah menutup pintu setelah melemparkan tawa mengejek yang khas pada Liam. Siapa bilang Liam tidak berani menghubungi Hanna? Dia hanya tidak tahu mau mengatakan apa dan basa basi bukan tipenya, jadi dia sama sekali tidak mengerti harus bagaimana. Lagipula, tidak pernah terjadi dalam sejarah kehidupan sisi liarnya jika dia akan mencari kembali perempuan yang sudah dia tiduri. Tidak pernah!

Hanna adalah pengecualian. Sejak awal, dia tidak ingin menghapus kenangan Hanna dari otaknya seperti kenangan-kenangan yang tidak dianggapnya berarti ketika dia meniduri perempuan lain. Hanna seperti menemukan pintu untuk bisa memasuki dirinya dan menguncinya dari dalam dengan rapat. Sulit bagi Liam melupakan pesona Hanna dan entah apa yang merasukinya, dia sangat ingin bertemu Hanna demi apa pun.

Setelah menarik nafas berkali-kali, Liam akhirnya memutuskan untuk segera melakukan panggilan. Mungkin pembicaraan mereka akan bisa mengalir seperti air begitu saja jika mereka sudah berbicara. Semoga saja!

Bunyi getaran yang khas dari handphonenya membuat Hanna langsung melompat, setengah berlari menuju meja.

“Hati-hati Han, kamu nggak boleh lagi lari-lari seperti itu.” Lona mengingatkan.

Hanna menoleh sembari tersenyum. Sebenarnya yang hamil dia atau Lona? Kenapa malah Lona yang punya pengetahuan lebih banyak soal kehamilan dibanding dia?

Mata Hanna mengerjap saat melihat deretan nomor baru yang tertera di layar handphonenya. Dia pasti Liam. Seharusnya aku senang dia meneleponku, tapi alih-alih senang, kenapa aku malah merasa gugup? Apa sebenarnya yang aku rasakan padanya?

“Halo..”

Hanna melangkah menuju pintu samping rumah yang terhubung dengan sebuah taman kecil di samping rumahnya. Bunga-bunga yang tumbuh di sana bukan Hanna yang menanamnya karena dia sama sekali tidak punya bakat bercocok tanam. Itu semua hasil karya Lona di sela-sela sibuknya. Walau diri Lona terlihat berantakan, dia tetap bisa menunjukkan sisi feminimnya lewat semua tumbuhan yang tumbuh subur di tamannya.

“Han..ini aku, Liam.”

“Mmm, aku tahu.”

Untuk beberapa saat, keduanya diam untuk waktu yang agak lama. Baik Hanna atau Liam, keduanya tidak tahu harus mengatakan apa lagi setelah saling menyapa seperti ini.

“Liam, aku ingin bertemu denganmu. Ada yang ingin ku bicarakan. Apa...kamu punya waktu?”

Hanna akhirnya memberanikan diri setelah dia mengingat jika dia sedang mengandung anak Liam. Dia harus berterus terang, menyampaikan semuanya pada Liam dan setelah itu berdiskusi dengannya mengenai apa yang akan mereka lakukan di masa depan.

Masa depan? Wajah Hanna memerah membayangkan jika dia dan Liam akan tinggal bersama dalam satu rumah. Dia mungkin akan memasak karena skill memasaknya cukup lumayan, lalu Liam akan memandikan anjing peliharaan mereka. Setelah bekerja sama membereskan rumah, mereka akan duduk berdua di teras, memandang pemandangan langit sore yang hangat ditemani segelas teh chamomile. Bayi dalam kandungan Hanna mungkin akan menendang perutnya dan Liam akan membelainya lembut. Astaga, gambaran apa ini? Kenapa otakku bisa menggambarkan pemandangan menyenangkan itu?

“Han..Kamu masih di sana? Kamu mendengarku?”

Suara Liam yang masih tersambung lewat telepon menyadarkan Hanna, membuatnya malu setengah mati pada dirinya sendiri.

“Maaf, pikiranku agak teralihkan. Kamu ngomong apa tadi?”

“Aku bilang dalam dua hari ini aku masih ada pemotretan, lusa sore mungkin aku bisa bertemu denganmu.”

“Ohh...”

Hanna baru ingat jika Liam seorang model. Tentu saja Liam tidak bisa bertemu dengannya begitu mudah tanpa menyusun jadwal terlebih dahulu. Tapi kalau menunggu hingga dua hari lagi, apa tidak masalah? Semoga saja.

“Baiklah. Aku setuju. Di mana kita akan bertemu?”

Tolong jangan bilang di hotel lagi. Rasanya kaki Hanna akan lemah jika Liam mengundangnya ke hotel. Dia khawatir dia tidak bisa menahan dirinya karena pesona Liam yang kuat. Tanpa bertemu dia saja Hanna tidak bisa melupakan cara laki-laki itu menciumnya, memeluknya dan membelainya hingga membuat Hanna nyaris melayang karena semua hal itu begitu memabukkan, lebih memabukkan daripada alkohol mana pun.

“Bagaimana kalau di rumahmu saja?”

“Rumahku?” kening Hanna mengernyit.

“Kamu tahu...profesiku membuatku nggak bisa bergerak dengan bebas. Ada banyak kamera yang mengawasiku jadi kalau kamu nggak keberatan, bisakah kita bertemu di rumahmu saja? Sepertinya itu lebih aman.”

“Bagaimana kalau mereka mengikutimu hingga ke rumahku?” –mereka yang Hanna maksud adalah orang-orang yang menggunakan kamera, yang mengawasi Liam setiap saat.

“Tenang saja, aku akan berkamuflase.”

Hanna tersenyum mendengar kelakar Liam. Dia mengangguk setuju.

“Baiklah. Sampai ketemu di rumahku lusa Liam. Aku akan mengirim alamatku padamu dan tolong pastikan jika nggak ada yang mengikutimu. Aku sudah terbiasa dengan kehidupanku yang tenang, jadi...aku harap kamu tahu maksudku apa.”

“Aku tahu.” Sahut Liam.

“Aku juga nggak akan mengizinkan sesuatu terjadi padamu.” –karena kamu harus tahu, aku sangat sangat menginginkanmu dalam hidupku.

“Baiklah. Sampai bertemu lagi nanti.”

Hanna menahan nafasnya ketika panggilannya sudah terputus dengan Liam. Mereka baru akan bertemu, namun jantung Hanna sudah mulai berdebar tidak beraturan. Pertemuan mereka kali ini akan berbeda karena Hanna akan memberitahu Liam jika dalam perutnya ada kehidupan baru karena ulah mereka berdua.

Sembari mengelus perutnya, Hanna menarik nafasnya dalam. Nak, kita akan bertemu Papa mu.

Episodes
1 Club Malam
2 Pertemuan Pertama
3 Ciuman Pertama
4 Malam Yang Panjang
5 Pengagum Rahasia
6 Aku Ingin Bertemu Lagi
7 Bantu Aku Mencarinya
8 Aku Hamil
9 Aku Akan Menjadi Ayah Bayimu
10 Akhirnya Aku Menemukanmu
11 Bertemu Kembali
12 Dia Bukan Anakku
13 Aku Tidak Menyesal
14 Luka Ini Tidak Akan Sembuh
15 Aku Akan Menunggumu
16 Aku Ingin Bertanggung Jawab
17 Kesempatan Kedua
18 Tolong Jauhi Dia
19 Kembali Ke Rencana Awal
20 Apa Kamu Menyukainya?
21 Aku Tidak Mau Pulang
22 Aborsi? Tidak Akan!
23 Dia Adalah Tujuanku
24 Kita Tidak Bisa Bersama
25 Perasaan Yang Mulai Luluh
26 Bagaimana Kalau Tinggal Bersama?
27 Keputusan Tepat
28 Rumah Masa Depan
29 Perempuan Spesial
30 Pendamping Masa Depan
31 Menyukai Wanita Yang Sama
32 Aku Merelakan Dia
33 Kenapa Aku Yang Disalahkan?
34 Tolong Aku
35 Tunangan Orang Lain
36 Rahasia Masa Lalu
37 Seseorang Ingin Mencelakaiku
38 Percaya Seutuhnya
39 Kartu As
40 Takdir Hidup
41 Aku Tidak Menyesal (II)
42 Kecolongan
43 Tidak Ada Petunjuk
44 Kita Pasti Menemukannya
45 Obsesi
46 Wanita Bernyali
47 Team Pengawas
48 Pengalihan Yang Bagus
49 Cemburu
50 Mengklaim Hak
51 Kekecewaan Terbesar
52 Rencana Baru
53 Salah Menilai
54 Bukan Mimpi
55 Terowongan Bawah Tanah
56 Brand Ambassador Perusahaan
57 Percobaan Pembunuhan
58 Rencana Sia-Sia
59 Dia Tidak Boleh Menyentuhku Lagi
60 Ketahuan
61 Apa Kamu Masih Percaya Padaku?
62 Perasaan Yang Beralih
63 Mengembalikan Kepercayaan Itu Sulit
64 Melawan Rasa Takut
65 Menguji Perasaan
66 My Way Back To You
67 Jebakan
68 Alter Ego
69 Di mana Kamu Berada?
70 Menyelamatkan Dirimu
71 Semuanya Sudah Berakhir
72 Menjadi Headline Utama
73 Harga Yang Harus Dibayar
74 Let's Get Married
75 Lahirnya Alter Ego
76 Perasaanku Tidak Akan Berubah
77 Sesi Hipnoterapi
78 Ungkapan Cinta Yang Nyata
79 Tidurlah, Semua Sudah Selesai
80 Kehidupan Yang Kembali Berbalik
81 Munculnya Ibu Kandung
82 Kebenaran Tentang Masa Lalu
83 Menyewa Seorang Detektif
84 Penyesalanmu Terlambat
85 Kebenaran Yang Perlahan Terungkap
86 Ibu, Maafkan Aku
87 Surat Kecil Dari Ibu
88 Aku Merasa Tak Pantas Untuknya
89 Hanya Aku Yang Bisa Menilaimu
90 Ungkapan Rasa Cinta
91 Melepas Masa Lalu Demi Masa Depan
92 Bertemu Calon Mertua
93 Percayalah Padaku
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Club Malam
2
Pertemuan Pertama
3
Ciuman Pertama
4
Malam Yang Panjang
5
Pengagum Rahasia
6
Aku Ingin Bertemu Lagi
7
Bantu Aku Mencarinya
8
Aku Hamil
9
Aku Akan Menjadi Ayah Bayimu
10
Akhirnya Aku Menemukanmu
11
Bertemu Kembali
12
Dia Bukan Anakku
13
Aku Tidak Menyesal
14
Luka Ini Tidak Akan Sembuh
15
Aku Akan Menunggumu
16
Aku Ingin Bertanggung Jawab
17
Kesempatan Kedua
18
Tolong Jauhi Dia
19
Kembali Ke Rencana Awal
20
Apa Kamu Menyukainya?
21
Aku Tidak Mau Pulang
22
Aborsi? Tidak Akan!
23
Dia Adalah Tujuanku
24
Kita Tidak Bisa Bersama
25
Perasaan Yang Mulai Luluh
26
Bagaimana Kalau Tinggal Bersama?
27
Keputusan Tepat
28
Rumah Masa Depan
29
Perempuan Spesial
30
Pendamping Masa Depan
31
Menyukai Wanita Yang Sama
32
Aku Merelakan Dia
33
Kenapa Aku Yang Disalahkan?
34
Tolong Aku
35
Tunangan Orang Lain
36
Rahasia Masa Lalu
37
Seseorang Ingin Mencelakaiku
38
Percaya Seutuhnya
39
Kartu As
40
Takdir Hidup
41
Aku Tidak Menyesal (II)
42
Kecolongan
43
Tidak Ada Petunjuk
44
Kita Pasti Menemukannya
45
Obsesi
46
Wanita Bernyali
47
Team Pengawas
48
Pengalihan Yang Bagus
49
Cemburu
50
Mengklaim Hak
51
Kekecewaan Terbesar
52
Rencana Baru
53
Salah Menilai
54
Bukan Mimpi
55
Terowongan Bawah Tanah
56
Brand Ambassador Perusahaan
57
Percobaan Pembunuhan
58
Rencana Sia-Sia
59
Dia Tidak Boleh Menyentuhku Lagi
60
Ketahuan
61
Apa Kamu Masih Percaya Padaku?
62
Perasaan Yang Beralih
63
Mengembalikan Kepercayaan Itu Sulit
64
Melawan Rasa Takut
65
Menguji Perasaan
66
My Way Back To You
67
Jebakan
68
Alter Ego
69
Di mana Kamu Berada?
70
Menyelamatkan Dirimu
71
Semuanya Sudah Berakhir
72
Menjadi Headline Utama
73
Harga Yang Harus Dibayar
74
Let's Get Married
75
Lahirnya Alter Ego
76
Perasaanku Tidak Akan Berubah
77
Sesi Hipnoterapi
78
Ungkapan Cinta Yang Nyata
79
Tidurlah, Semua Sudah Selesai
80
Kehidupan Yang Kembali Berbalik
81
Munculnya Ibu Kandung
82
Kebenaran Tentang Masa Lalu
83
Menyewa Seorang Detektif
84
Penyesalanmu Terlambat
85
Kebenaran Yang Perlahan Terungkap
86
Ibu, Maafkan Aku
87
Surat Kecil Dari Ibu
88
Aku Merasa Tak Pantas Untuknya
89
Hanya Aku Yang Bisa Menilaimu
90
Ungkapan Rasa Cinta
91
Melepas Masa Lalu Demi Masa Depan
92
Bertemu Calon Mertua
93
Percayalah Padaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!