Kesurupan Massal

Sang saka merah putih baru naik di pertengahan tiang. Namun pengibar bendera terlihat tak fokus, melihat korban kesurupan yang mulai berjatuhan dari kelas X1. Mereka memang berdiri pada posisi sempurna di depan tiang bendera, namun mata mereka tak henti-hentinya memantau dari kejauhan.

Di hadapan para siswa, nampak raut tegang dari kepala sekolah yang kala itu menjadi pembina upacara. Kelas kami mulai panik, terlebih korban yang kesurupan terus bertambah dan kini merembet ke kelas di sampingnya, X2.

"Gimana nih?" Keluh Maxim panik sambil menatap ke barisan belakang kelas kami. Dari raut wajahnya, aku menangkap kepanikan dan kekhawatiran akan terjadi korban lagi yang merembet ke kelas kami.

"Kenapa gak di hentikan aja sih upacaranya?" Keluh Ciko dengan wajah yang kian memucat. Aku tak heran, karena sejak awal dia memang kelihatan sangat takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan hantu. Tapi aku juga setuju sih, kenapa upacara ini terus berlanjut?

Brak!!

Suara sesuatu jatuh, tak jauh dari tempatku berdiri. Aku langsung menoleh ke belakang, karena asal suaranya dari sana... dan ku lihat, barisan kami yang semulanya rapi, kini berhamburan dan tak beraturan lagi.

"Dara pingsan!!" Pekik salah satu dari teman kelas kami. Aku mengernyit. Dara pingsan? Aku yang semulanya hanya menoleh langsung berbalik, dan ternyata Kun pun melakukan hal yang sama. Ia menatap lurus ke arah keramaian.

Hal tersebut pun terjadi pada kelas X4 di sebelah kami. Korban berjatuhan secara bergilir. Sampai kakak kelas kami pun mendapati hal serupa.

Dan dari arah depan, terdengar suara teriakkan keras. Membuat kami tak kalah menaruh perhatiannya. Kami pun kini memalingkan wajah ke depan, melihat ketiga pengibar bendera oleng, hingga jatuh terjerembab di tanah secara bergiliran.

Sang merah putih yang hendak di kibarkan terlepas begitu saja, membuat talinya yang terik terulur dari gerekkan besi. Merah putih yang semulanya hampir berada di puncak kini terlepas dan melesat jatuh ke bawah.

Aku yang berdiri di barisan depan, tersentak, dan spontan saja segera berlari ke arah tiang bendera. Menangkap sang saka merah putih sebelum jatuh ke atas tanah.

Aku terduduk di atas tanah dengan lutut yang terlebih dahulu mendarat. Sehelai kain pusaka kini terjatuh di kedua tanganku. Namun tak serta merta membuat talinya berhenti terulur.

Grek.. Grek..

Suara tali yang awalnya bergesekkan dengan tiang kini terhenti. Aku pun mendongak, menatap seseorang yang sedang berdiri tegap di hadapanku.

"Good job wakil ketua osis!!" Ucap Maxim seraya tersenyum sinis ke arahku. Ia menahan tali agar tak segera terulur dan terlepas dari besi penggereknya. Aku merunduk dan mendongak, menatap posisiku dan juga dia.

Ck, si*lnya aku jadi terlihat sedang berlutut di hadapannya. Ia tersenyum puas. Tapi setidaknya ia telah membantuku menahan bendera agar tidak jatuh. Jadi, buat apa juga aku marah? Buang-buang tenaga!

Beberapa anggota osis dan murid yang sedang di jemur di dekat tiang bendera karena datang terlambat pun ikut membantu kami. Mengangkat tiga pengibar bendera yang sudah berguling di atas pasir layaknya buaya dan juga ular.

"Benderanya gimana?" Tanya Ciko ikut menghampiri kami.

"Turunin!" Pinta Maxim hingga membuatku mengernyit.

"Naikin lah!" Seruku sambil beranjak dan merebut tali yang ada di tangan Max. Aku segera menggerek tali tersebut dengan cepat, agar bendera itu cepat sampai ke atas.

Saat aku mendongak ke atas, ku lihat Kun sudah melayang di atas sana bersama dengan bendera yang ku tarik. Baju putihnya yang besar berkibar layaknya bendera. Aku langsung terperanjat karena ulahnya.

"Si*lan!! Gue kaget!!" Keluhku dalam hati. Siapa sih yang tidak terkejut, melihat sesuatu yang berbentuk manusia, terbang dan berada di atas sana?!

"Tarik lagi Gam!! Terus... Terus.." Serunya dari atas. Mungkin dia sedang latihan jadi tukang parkir.

"Pak, gimana ini?" Ku dengar suara Bu Yuyun, ia telah menghampiri kepala sekolah di tengah lapangan.

Ngiiing.. Ngiiing..

Suara dengungan mic ketika kepala sekolah mengangkat dari penyanggahnya. Ia mengetuk mic dengan jari telunjuknya, memeriksa apakah mic tersebut menyala atau tidak.

"Semua siswa dan siswi berserta guru-guru!! Upacara di bubarkan, dan bantu siswa dan siswi yang kesurupan." Pinta kepala sekolah ketika mic di dekatkan ke mulutnya. Membuat kami semua dapat mendengar suaranya. Bendera telah sampai ke atas, dan aku segera mengikatnya.

"Perhatian untuk seluruh siswa, balik kanan bubar.. Jalan!!" Sambungnya lagi.

Kami semua pun mulai membubarkan barisan. Ku lihat di deretan kelasku, sudah banyak yang kesurupan dan berjatuhan. Bahkan di antaranya ada siswa laki-laki juga.

Aku pun mengedarkan pandangan keseluruh lapangan. Melihat kepanikan yang tercipta diiringi suara bising yang memekikkan telinga. Ku rasa suaraku tak akan mampu terdengar, saking ramainya situasi ini.

Kun menghampiriku. Ku lihat ia menatap lurus ke arah korban-korban yang berjatuhan itu. Aku mengernyit tepat ketika ia kembali tersenyum.

"Ada yang lucu?" Tanyaku hingga membuatnya merubah mimik wajahnya. Ia menatapku dingin, hanya secepat kilat, lalu mengalihkan wajahnya dariku. Ia terbang ke arah kerumunan kelasku, dan tentu saja aku mengikutinya.

"Lu tau sesuatu kan?" Ucapku sambil berjalan cepat, agar mampu berjalan beriringan dengannya.

"Kamu lupa ya.. Apa yang saya katakan kemarin-kemarin?" Aku mengernyit, dan tiba-tiba saja aku tersentak ketika sebuah memori masuk ke ingatanku. Aku terbelalak sambil menatapnya yang terhenti di dekatku.

"Hari senin..."

"Akan ada badai?" Gumamku. Kun menatapku penuh arti. Begitu pula aku membalas tatapannya. Layaknya satu orang yang sedang bercermin. Kami saling meniru raut wajah satu sama lain.

"Jadi.. Badainya ini?"

"Ya."

"Dan ini gara-gara kamu!" Aku mengernyit bingung. Membiarkan kedua alisku bertautan.

"Kenapa gue?"

"Itu karena kamu..."

"Gam, bantuin ibu angkat Rara ke uks!!" Pinta ibu Yuyun padaku. Aku terpaku beberapa saat. Di satu sisi aku masih ingin mendengarkan alasan Kun. Tapi di sisi lain ibu Yuyun meminta bantuanku.

Ah! Si*l!! Aku bingung!!

Namun kakiku langsung melangkah gontai menuju bu Yuyun. Ia sedang berjongkok di atas tanah, sambil menahan kepala perempuan yang bernama Rara tadi.

"Ini siapa bu?" Tanyaku heran, sambil memandang perempuan berkulit kecoklatan dengan hidung bangirnya nan indah. Bibirnya terlihat unik, ia terdiam seraya menggeram dengan bibirnya yang terkatup rapat, matanya menatapku. Penuh benci nampaknya.

"Rara, anak pramuka!! Kelas X4! Ayo bantu ibu!!"

"Iya bu." Sahutku sambil memapah tubuh Rara kepelukanku. Bu Yuyun menuntunku di depan. Ia berjalan cepat, namun langkahnya tak mantap. Kadang ia terhenti beberapa kali, melihat korban yang sepertinya ingin ia bantu seluruhnya. Tapi apa daya, tubuhnya hanya satu, sementara korbannya terlalu banyak.

Sepanjang perjalanan, ku temui korban kesurupan yang tergeletak hampir di setiap lapangan sekolah. Guru-guru yang lain pun terlalu sibuk dan kewalahan, mengurus korban yang terus bertambah.

Tingkah mereka bermacam-macam. Yang pasti, tidak ada yang normal dari apa yang mereka semua lakukan. Ya, manusia tidak akan mau melakukan semua itu. Menyambak rambutnya sendiri. Menjerit hingga mulutnya terbuka sampai batas maksimal. Berguling di pasir. Menangis, dan lain sebagainya.

Tiap lewat dan menatap mereka, dasar perutku rasanya mulas. Dada ku berdenyut panjang, dan kerongkonganku tercekat. Pundakku terasa berat, bukan karena sedang menggendong gadis ini, tapi karena hawa yang ku rasakan di sekolah seperti ini.

Aku dan bu Yuyun terhenti di depan Uks. Ku lihat di terasnya pun sudah penuh. Apalagi di dalam... Dan lagi, semua yang berseragam PMR ikut menjadi korban kesurupan massal.

Aku merasa Rara menggeliat di dekapanku. Seolah-olah tubuhnya licin dan akan meluncur terlepas dariku. Kun yang sedari tadi menempel padaku menggelengkan kepalanya dengan wajah kecut, seolah melihat sesuatu yang menjijikkan. Apa dia melihat rupa hantu yang sedang merasuki Rara?

"Gam, taruh di sini aja." Pinta bu Yuyun lemah. Aku pun menggeletakkan tubuh Rara di atas teras Uks.

"Kamu bantu anak-anak yang lain ya."

"Iya bu.." Sahutku sambil menuju ke kelas kami.

Namun lagi-lagi aku di hentikan oleh salah seorang guru. Pak Edi! Guru BK kami. Dia minta tolong membawa salah satu murid perempuan. Aku tak pernah melihat gadis ini, sepertinya dia tidak seangkatan denganku. Kakak kelasku?

"Gam, bantu bapak bawa Cinta." Pintanya ketika aku lewat. Aku segera membantu dengan mengangkat tubuh Cinta yang nampak lemah. Tapi sepertinya dia sudah sadar dari kesurupannya. Ia mengernyit sambil memejamkan matanya.

"Ikut bapak ya." Ucap Pak Edi sambil mengangkat tubuh salah satu korban laki-laki yang kesurupan. Aku bersama lima orang yang lainnya mengikuti pak Edi sambil membawa korban.

Dari arah rute yang kami tempuh, aku yakin ini jalan menuju masjid. Di bawa ke masjid? Kenapa? Apa karena Uks sudah penuh?

Dari kejauhan, ku lihat di sepanjang jalan sampai teras masjid pun ramai orang-orang yang tergeletak. Guru-guru nampak kewalahan. Dan aku dapat melihat raut sedih dan khawatir dari wajah pak Edi.

"Pak, kenapa gak manggil ustad aja yang bisa ruqiah?" Tanya ku. Pak Edi sedikit menyelis sekilas padaku.

"Tadi udah di hubungin Gam. Mungkin sekarang udah dalam perjalanan." Aku terdiam.

Setelah membantu pak Edi di teras masjid, aku hendak kembali ke kelasku. Membantu Ciko dan juga Maxim yang ku tinggalkan tadi. Namun ketika sampai, aku benar-benar terkejut, melihat salah satu korban kesurupan yang tengah menangis menggerung adalah Ciko.

Yah, apalagi yang mau ku katakan. Dia memang penakut. Mungkin karena itu setan jadi suka mengganggunya. Sekarang malah merasukinya. Tapi ini jadi susah, karena semakin banyak korban yang berjatuhan, kami-kami yang masih sadar ini akan semakin berkurang untuk membantu mereka.

Tapi.. ngomong-ngomong soal setan.. Kuntilanak pirangku mana ya?

"Gam!! Tadi lu bantu guru-guru, mereka bilang apa? Korbannya makin nambah nih!!" Keluh Maxim sambil menangani Dara. Aku pun menghampiri.

"Mereka udah panggil ustad, bentar lagi sampe kok, lagi otw!"

"Masih lama gak sih? Lelet bener!! Gue kewalahan ni!!" Aku terdiam. Mana ku tahu. Kenapa dia marahnya padaku? Aku duduk di dekat Maxim yang sedang memangku kepala Dara. Menatap perempuan yang sedang menggeram dan mengepalkan tangannya dengan kuat ini.

"Mm.. Mm.." Geram Dara sambil menatapku. Apa yang ia inginkan? Nampaknya ia ingin mengatakan sesuatu.

"AGAM!!" Pekik Kun yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Aku tersentak kaget sampai-sampai jatuh terduduk. Maxim langsung mengernyit heran dan menatapku.

"Apa-apaan sih Gam? Jangan ngelawak gitu deh!! Lagi gak lucu tau!" Bentak Maxim sewot padaku. Lagian siapa juga yang ngelawak? Gue kan bener-bener dikagetin Kun barusan.

Aku kembali berjongkok setelah jatuh terduduk. Menatap Kun dengan sengit. Namun ia hanya diam dan fokus menatap Dara.

.

.

.

*Author POV

Sementara orang-orang sibuk dengan kekacauan yang ada. Beberapa orang tampak mengetuk abu rokok ke sembarangan tempat. Ia duduk santai menikmati keributan sambil menyesap rokoknya yang terasa begitu manis.

"Apa gak apa-apa nih?" Tanya salah satu dari mereka.

"Di dalem banyak yang kesurupan tuh."

"Santai aja. Entar juga guru-guru pasti bertindak. Manggilin dukun misalnya."

"Tapi, elu gak takut?"

"Udahlah.. Lagian cuma gue doang yang lakuin itu! Kalian kan cuma liat aja, jadi kalau ada apa-apa, ya gue yang tanggungjawab." Teman-temannya bungkam.

Lelaki berbadan besar tinggi, berotot dan memiliki tubuh indah ini pun menyundut api rokoknya pada sebuah kertas. Melempar kertas tersebut pada sebuah tampah dari anyaman daun kering. Ia beranjak sambil meludah sembarang.

Ia menyimpan sebuah kertas yang sejak tadi ia kepal dan telah ia remas di saku celananya.

"Kayaknya guru-guru udah sibuk deh. Jadi kita tinggal masuk ke dalam kelas." Ucapnya hingga teman-temannya ikut dengan setia. Namun salah satunya kembali menoleh ke tempat yang mereka tinggal.

"Barang-barang itu gimana?" Lelaki yang merupakan pemimpin mereka pun menoleh.

"Biarin aja. Lagian gak bakalan ada yang tahu kalau kita pelakunya!"

*Author POV End

.

.

.

Tiba-tiba saja Dara menunjukku dengan tangan yang bergetar hebat, saking kuatnya kepalan tangan yang ia lakukan. Aku mengernyit, begitu pula dengan Maxim.

Di arah belakang, korban kesurupan mulai saling berteriak dan menjerit satu sama lain. Mereka terus mengatakan kalimat seperti..

"Beraninya kamu!! Beraninya kamu!!" Ucap Dara sambil menunjukku. Seperti ucapan yang di katakan beberapa teman-teman kami, termasuk Ciko yang sedang menari ular di teras kelas.

Aku hanya terdiam tanpa ekspresi. Tetapi Maxim menatapku dengan raut yang berbeda. Apa dia bermaksud untuk menuduhku atas kejadian ini?

"Kamu!!" Tunjuk Dara lagi padaku. Aku langsung menggenggam tangannya, menurunkan jari telunjuknya ke dalam, dan mengepalkan tangannya dengan genggamanku.

"Diem deh!" Singkatku.

Aku pun menatap Kun yang terdiam. Ia berada di sebelah Dara, tepatnya di hadapanku. Pasti Kun tahu sesuatu. Tapi bagaimana cara untuk mengajaknya bicara? Aku tak mungkin melakukannya di depan Maxim kan? Jelas nanti dia akan curiga padaku.

Aku terus menatap Kun tanpa mengalihkan pandanganku. Namun secara tiba-tiba, bulu kudukku bergidik. Sayup-sayup angin dingin merambat di dekat tengkukku. Aku merasa ada sesuatu yang mencoba masuk dan meresap ke kulit ariku.

Dan secara tiba-tiba, Kun mengalami mimisan di hidung. Ia menatapku datar, apa dia tidak menyadari, darah yang telah mengucur tersebut?

Ia menyekanya kasar. Namun ia terus-terusan menatapku. Dan seketika itu kulit di tengkukku tiba-tiba terasa tercabut saking sakit dan pedasnya. Aku segera mengusapnya karena kepedihan.

Tapi, ini memang benar atau hanya perasaanku? Rasa dingin tadi lantas menghilang dan kembali normal. Bulu kudukku sudah tak berdiri lagi, dan pori-poriku yang tadinya keluar karena merinding, kini telah normal kembali.

Namun lagi-lagi darah kembali menetes dari hidung Kun. Kenapa ini? Apa terjadi sesuatu?? Apa barusan dia melakukan sesuatu? Aku harus bicara padanya. HARUS!

Aku beranjak, membuat Maxim mendongak menatapku.

"Mau kemana lu?"

"Toilet!" Singkatku sambil pergi dan meninggalkan Maxim yang masih mematung. Ku dengar ia kembali mengajak hantu yang berada di dalam tubuh Dara untuk bicara.

Aku berjalan cepat melangkahi selokan untuk segera sampai ke toilet. Di sepanjang jalan dan kelas, siswa dan siswi masih bergelimpangan dengan gaya mereka masing-masing. Ah! Hantu itu ternyata unik-unik. Ada lagi yang bergaya macan, tapi kok mirip kucing?

Tapi.. untuk apa juga aku memperdulikan gaya mereka. Yang seperti itu sejak awal tidak usah di hiraukan saja, nanti makin suka lagi kalau di perhatikan.

Aku mengabaikan mereka semua, melangkah masuk ke dalam toilet, dan tentu saja Kun mengikutiku. Di sini tidak ada siapa-siapa selain aku. Dan juga Kun. Aku menutup pintu toilet dengan rapat.

Aku berbalik menyergapnya yang berada di belakang dengan tatapanku. Ia terenyak, dan menatapku.

"Lu pasti tau kan?"

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyaku hingga membuat Kun terbelalak. Ia terdiam dan memejamkan matanya sesaat, lalu kembali membuka matanya, memperlihatkan sepasang bola mata berwarna hijau.

"Ngomong apa sih? Saya kan, tidak tahu!" Jawabnya sambil melebarkan senyum, membuat pori-poriku mekar dengan bulu-bulu yang kembali berdiri. Ah!! Lagi-lagi aku merinding tiap melihat ekspresi itu.

Entah kenapa, aku merasa ada kebohongan pada ucapannya. Tapi kenapa dia berbohong?

"Padahal ini salah kamu." Ucap Kun sambil menatapku.

"Kamu lah yang membuat semua ini terjadi!"

.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kayaknya ini perbuatan gino

2024-02-19

0

Rahmat Kurniawan

Rahmat Kurniawan

Thor gw baca ini pas janda pirang lagi viral😂

2023-07-09

0

Imas

Imas

ngakak 🤣🤣

2022-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!