K.U.N

Aku terperangah membaca pesan di sebuah kertas kosong yang ada di atas meja kamarku. Jam dan buku yang ada di atas meja jadi berantakkan. Mungkinkah ia memberantakkan ini semua agar aku bisa datang ke dalam kamar dan membaca pesan darinya?

Tapi.. apa maksud pesan darinya ini? Dia? Ada bersamaku? Tapi.. tapi di mana? Di mana dia?

Aku langsung mengedarkan pandanganku. Menoleh ke segala sudut kamar untuk mencari keberadaannya. Dan tatapan ku tertuju pada pintu kamar mandi. Tadi pagi pasti ia yang telah memecahkan cerminku, jadi.. mungkin saja sekarang ia ada di sana.

Aku segera berjalan menuju kamar mandi dan membuka pintu kamar mandi itu secara tiba-tiba. Namun tak ku lihat apa pun di dalam sana, kecuali serpihan kaca yang pecah dan belum di bereskan sama sekali. Aku menilik ke atas dan ke dalam bak mandi, seolah mencari sesuatu benda, padahal tentu benda yang ku cari itu tak kasat mata sama sekali.

“Mana? Di mana?” Gumamku sambil terus mencari.

Aku langsung menoleh ke belakang ketika ku lihat sekelabat bayangan putih melintas. Meskipun aku melihat dengan ujung sudut mataku, tapi aku tahu barusan ada yang baru saja lewat.

Aku menarik gagang pintu kamar mandi dan keluar. Dadaku berdetak kencang. Ku kira aku akan melihat sesuatu di balik pintu kamar mandi ini, namun aku masih belum melihat apa pun. Mungkinkah karena aku ini bukan anak indigo jadi aku tidak bisa melihat benda-benda seperti itu, tapi sebenarnya ia ada di dalam sini bersamaku?

Aku terdiam di tempat. Mengawasi setiap sudut kamarku.

Kreeek.. krieeeet.. kreeeek...

Suara sesuatu. Suara apa itu? Aku tidak mungkin salah dengar kan? Karena kondisi rumahku sangat sepi dan aku tidak menyalakan televisi sama sekali, jadi suara sekecil apa pun itu mampu terdengar di telingaku.

Suara goretan? Tidak, ini seperti suara cakaran kuku pada sebuah kayu. Suaranya cukup menyakiti telingaku dan membuat gigi-gigiku ngilu. Aku melangkah perlahan.. sangat perlahan.. hingga akhirnya aku terhenti tepat di depan pintu kamarku.

Aku menempelkan telinga di daun pintu. Tidak salah lagi, suaranya berasal dari balik pintu ini. Apakah aku harus membuka dan melihatnya? Atau aku harus pura-pura tidak tahu saja, dan pergi tidur untuk beristirahat? Tapi mau bagaimana lagi, rasa penasaranku terlalu besar dari pada kegelisahanku.

Aku yang berdiri tepat di depan pintu pun perlahan menggerakkan tanganku dan mengarahkannya pada sebuah gagang pintu. Kini kulit tanganku melekat pada besi tersebut. Merasakan dinginnya besi di genggamanku. Aku terdiam dengan jantung yang berdebar kencang. Tiba-tiba saja badanku rasanya panas, setelah tadi merasakan sensasi dingin yang menggelatak hingga menusuk ke daging dan tulangku.

Krieet.. kreeek..

Suara itu semakin menjadi. Aku mengerjapkan kedua mataku. Gila saja, ini benar-benar membuat sekujur tubuhku merinding. Aku mengumpulkan niat dan keberanian untuk membukakan pintu.

Setelah aku merasa cukup siap dan yakin, dengan cepat aku menarik gagang pintu tersebut dan membukanya. Menampakkan sesosok benda di hadapanku. Saking kagetnya, aku berteriak kencang hingga jatuh terduduk tepat di hadapan benda putih tersebut. Jantungku terasa berhenti seketika, hanya beberapa saat, lalu berdegup dengan begitu kencangnya. Aku bersyukur jantungku tak berhenti, aku rasanya hampir mati.

“Aaaakhh!!!” Pekikku, namun di luar dugaan, benda itu pun ikut berteriak bersamaku. Dia mengejutkanku, tapi kenapa dia juga malah terkejut padaku??

Aku terdiam dengan napas yang terengah-engah. Aku yang terduduk ini menatapnya yang sedang berdiri. Ia pun menatapku yang berada di bawah kakinya. Aku pun ikut menoleh ke arah kakinya, dan betapa mengerikannya, kakinya pucat pasi.. tak di aliri darah.. berbeda sekali dengan warna kaki manusia pada umumnya. Kakinya putih pucat pasi kebiruan. Kuku kakinya membiru, bahkan hampir berwarna ungu. Dan yang lebih mengerikannya lagi, kakinya melayang. Tidak menapak di atas lantai. Oh tidak! Dia benar-benar hantu? Aku melihat hantu untuk pertama kalinya dalam hidupku?

Aku yang masih menengadahkan kepalaku ke atas pun perlahan mundur dengan menyeret tubuhku yang masih terduduk di atas lantai. Apa ini? Apa yang ada di hadapanku ini? Tubuhku gemetaran.. rasanya aku ingin segera berlari dari tempat ini, namun sialnya tubuhku terlalu kaku. Alhasil, aku hanya dapat menggerakan sedikit saja tubuhku. Menggeser tubuhku sedikit saja menjauhinya.

Ah, apa-apaan ini? Tubuhku mati rasa?! Kelu dan aku tak dapat merasakan apa pun. Menggerakkannya saja aku tak mampu. Apalagi memerintahkan tubuhku untuk lari. Baru kali ini tubuhku tak menuruti apa yang otakku perintahkan.

Dia ini.. dia ini yang ada di dalam lukisan itu kan? Matanya hijau, rambutnya putih, dengan  lingkaran hitam di kantung matanya. Ia memakai baju putih yang menutupi lehernya, baju kaos putih yang cukup besar untuk ukuran tubuhnya. Dan lagi.. celana pendek? Hantu pakai celana pendek?

Ia menatapku tak berkedip sama seperti tatapanku padanya kini. Aku bingung, aku tak bisa membaca arti dari wajahnya itu.

“Sial.. badan gue gak bisa gerak!” Gumamku dalam hati sambil terus berusaha menggerakkan tubuhku yang mati rasa ini. Benda itu berjalan mendekatiku bahkan itu bukan berjalan, tapi melayang, mungkinkah ia ingin membunuhku? Atau merasukiku lagi?

“Jangan dekat-dekat!!” Pekikku hingga membuatnya berhenti. Ia memiringkan kepalanya dan menatapku dengan heran, sepertinya.

“Kamu...” Gumam suaranya yang terdengar serak.

“Kamu bisa melihat saya?” Tanyanya hingga membuatku kebingungan. Aku mengernyitkan dahiku sambil menunduk, lalu kembali membalas tatapannya.

“Kenapa..”Gumamku. Ia mengernyit.

“Kenapa lu nyakar pintu?” Tanyaku. Entah kenapa, aku malah menanyakan hal seperti itu padanya. Padahal ada banyak hal yang ingin ku tanyakan. Lebih dari itu.. Dan aku tak perlu bertanya dia ini hantu atau bukan, karena itu sudah jelas kan. Mana ada manusia yang kakinya melayang.

“Mmm.. saya suka aja. Kenapa? Tidak boleh?”

“Suka nyakar pintu?” Ia mengangguk.

“Kami suka melakukan itu.”

“Kami?” Ia kembali mengangguk.

“Memangnya lu ini apa?”

“Saya??”

“Kuntilanak..” Ucapnya lempeng hingga membuatku tersentak kaget di sertai dengan merinding di sekujur tubuhku. Apa katanya barusan??

“Ku.. kunti?” Ia mengangguk.

“Me.. memangnya ada kunti yang laki-laki?” Ia mengernyit heran.

“Jangan-jangan, elu...."

"kunti bencong!” Sambungku lagi sambil terperangah.

“Sembarangan!!” Bentaknya.

“Tapi, emang enggak ada kan?”

“Kenapa enggak? Manusia juga ada yang laki-laki kan?”

“Bukan.. tapi yang ada di novel horor, atau film horor.. mereka itu perempuan kan?? Semuanya perempuan..”

“Sok tahu kamu, manusia!!”

“Emang begitu kan.. dia, kuntilanak itu, rambutnya panjang terus kusut.. mukanya putih, terus eyelinernya luntur-luntur gitu di mata.. bajunya panjang, terus warna putih. Dia terbang-terbang, tinggalnya di pohon.”

“Mm, ada kok yang cantik.. terus pakai rok mini.. kadang gak pakai baju.” Aku mengernyit heran mendengar perkataannya yang seolah lelucon itu.

“Gak pakai baju? Seriusan tuh?”

“Iya.. yang telanjang..” Ia mengangkat-angkat kedua alisnya. Seolah pamer atau minta respon dan pendapatku.

“Lu pernah liat?”

“Sering.”

“Terus.. lu gimana pas liat itu?”

“Biasa aja. Emang harus apa?” Aku menggelengkan kepalaku. Mikir apa sih aku.. lelaki kalau mendengar kata telanjang itu pikirannya jadi kemana-mana. Ia mulai berjongkok dan menatapku yang masih terduduk di lantai. Sepertinya bukan hantu jahat, jadi mungkin dia bisa di jadikan teman.

“Nama lu siapa?” tanyaku ketika ia menatapku.

“Nama saya?” Gumamnya sambil melirikkan bola matanya ke atas sesaat.

“Lupa! Saya udah lama matinya.. jadi lupa.” Ucapnya sambil kembali menatapku. Tentu saja ia lupa, ia kan udah meninggal enam belas tahun yang lalu kira-kira. Kata Maxim sih begitu.

“Jadi.. kalau mau manggil lu, gimana dong.. nama lu aja gue gak tau.”

“Panggil saja kuntila...”

“Stop stop.. gue risih denger kata itu.” Ia terdiam ketika ku potong.

“Gimana.. kalau gue kasih lu nama.”

“Boleh.” jawabnya tanpa pikir.

“Sekarang.. nama lu.."

"Mmm.."

".......KUN.”

“Kun?”

“Nama depan dari jenis lu." Ia masih terdiam, nampaknya takjub.

"Gimana?”

“Bagus juga.” Aku tersenyum. Sepertinya dia bukan hantu yang buruk. Tampangnya juga tidak menyeramkan sama sekali.

“Mm.. gue pengen nanya sama lu.”

“Silahkan.”

“Kenapa... elu bisa ngikutin gue?”

“Kenapa?” Ia tersenyum sinis.

“Kamu yang mengeluarkan saya.. kamu masuk gudang, dan memberikan tanda tanganmu di lukisan saya.”

“Dengan tinta darah..” ucapnya hingga membuatku tertegun. Tinta darah? Apa maksudnya itu spidol warna merah itu? Itu kan bukan tinta darah, tapi tinta merah. Tapi, mungkin mereka gak tau yang namanya tinta itu apa. Jadi, buang-buang nyawa saja menjelaskannya. Anggap saja ia benar.

“Terus, kenapa?”

“Bagi kami, itu adalah sebuah ikatan perjanjian.. artinya, kamu meminta saya untuk menjadi milikmu, dan kamu menjadi milik saya.” Aku terdiam dan terbelalak.

“Jadi.. apa yang kemarin ngerasukin gue itu elu?”

“Iya.”

“Tubuh kita cocok.. karena gak semua hantu bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Tapi saya bisa merasukimu.” Aku terdiam, dan entah kenapa, tiba-tiba aku mengingat cerita Maxim, kalau bocah ini mau membunuhku waktu itu. Lebih baik ku tanyakan itu juga.

“Tapi.. kenapa waktu itu lu bilang mau ngebunuh gue? Elu beneran mau bunuh gue? Gue kan udah ada perjanjian sama lu, apa beneran lu tetep mau bunuh gue?”

“Memangnya itu kelihatan kayak main-main?” aku terdiam.

“Terus.. yang katanya OB mati di dalam sana, elu juga yang bunuh?”

“Iya.”

“Ke.. kenapa lu bunuh dia?” Ia terdiam. Menatapku.

“.....Terserah saya dong.” Sahutnya lempeng dan datar. Aku jadi bingung mau kesal atau takut padanya.

“Harusnya lu gak berbuat kayak gitu kan? Emangnya dia salah apa? Dia Cuma penasaran dan mau ngebuktiin kalau elu itu ada atau enggak kan. Cuma itu.”

“Dia mengusik saya... saya gak suka.” Sahutnya, terdengar begitu kesal dan sinis. Aku terdiam.

“Kalau gak mau mati, jangan dekat-dekat!” Timpalnya lagi.

“Itu udah jadi bukti kan, kalau keberadaan saya itu ada. Jadi jangan main-main!” aku menghela napas panjang.

“Bukannya gue juga main-main, tapi kenapa elu gak bunuh gue?”

“Jadi kamu mau mati?” Aku langsung tersentak panik.

"Dari tadi nanya bunuh-bunuh terus!" Timpalnya ketus.

“Bu.. bukan gitu!! Gue itu Cuma nanya, apa alasan elu gak bunuh gue, sementara OB itu elu bunuh.”

“Sudah saya bilang kan, terserah saya.” Jawabnya lagi, dan ketus. Kenapa juga dia yang marah-marah. Bikin kesal juga lama-lama.

"Oke, elu mulai ngeselin!!" Timpalku hingga membuatnya menaikkan kedua alis.

“Kalau lu gak mau jelasin, gue gak mau lu jadi milik gue. Dan sebaiknya lu pergi aja dari sini, kembali ke rumah lu.. di gudang sekolah.” Ucapku datar hingga membuat ekspresi wajah Kun berubah.

“Gak mau.” Sahutnya seperti sedang ketakutan.

“Saya takut di sana.”

“Takut?”

“Di sana ada kiai.” Ucapnya pelan.

“Siapa kiai?”

“Gak boleh.. kami takut menyebut namanya.”

“Kiai? Perasaan di sekolah gak ada kiai? Apa maksud Kun itu, bapak Budi? Guru pendidikan agama islam kami? Kayaknya bapak itu agamis banget, rajin shalat dan selalu bawa Al Qur’an kemana-mana.” Gumamku dalam hati. Biar ku tanyakan saja ciri-cirinya, pasti emang pak Budi.

“Mm.. Kun, tampang kiai itu kayak apa?” Kun terdiam sesaat dan melirikkan matanya ke atas untuk berpikir.

“Pakai sorban.. kulitnya bersinar-sinar.. ada airnya.. terus ada yang pakai jubah putih-putih di dekatnya. Di atas, di bawah, di kiri, di kanan, di depan dan belakang.”

“Yang pakai jubah itu yang jaga.. badannya besar tinggi, bersinar-sinar juga. Ada sayapnya. Sayapnya ada dua, ada yang tiga, ada juga yang empat.”

“Kiai kayak raja-raja.” Aku mengernyit kembali mendengar penjelasannya. Selama menjelaskan sosok kiai, ia berbicara dengan cara berbisik, seolah takut terdengar seseorang. Padahal tidak mungkin ada yang dengar kan, di rumah ini Cuma ada aku dan dia saja.

“Perasaan, di sekolah gak ada yang kayak gitu deh. Gak ada yang pakai sorban. Terus bersinar-sinar gimananya sih?”

“Tadi subuh kamu juga bersinar-sinar.. ada airnya.” Tambah Kun lagi. Apa yang ia maksud itu.. bersinar-sinar karena air wudhu? Subuh tadi kan aku shalat, perasaanku juga jadi sedikit tenang setelah shalat.. apa karena itu ia tidak berani mengganggu? Karena di tubuhku masih ada air wudhu?

“Jangan pulangin saya ke gudang.. nanti kiai marah, nanti saya di pasung dan di belenggu.” Pintanya setengah memelas. Kasihan juga melihatnya. Padahal kan aku cuma mengancam saja. Tidak sungguh-sungguh.

“Oke.. gue gak bakal pulangin lu ke gudang, tapi lu harus jawab semua pertanyaan dari gue dengan jujur.”

“Oke. Apa?”

“Kenapa.. elu gak jadi bunuh gue?” Ia terdiam sambil menatapku. Sepertinya ia tidak ingin menjawab pertanyaanku yang satu ini. Apa alasannya? Apa mungkin ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan? Atau ia mau membunuhku diam-diam setelah ini? Karena Maxim bilang, waktuku hidup kan satu hari lagi kemarin. Jadi hari ini adalah hari terakhirku kan seharusnya.

Lagi pula, seseorang yang akan mati, jadi bisa melihat sesuatu yang seharusnya gak bisa mereka lihat sebelumnya? Sekarang aku bisa melihat hantu, mungkin beberapa saat lagi, aku bisa melihat malaikat pencabut nyawa atau yang lainnya lagi..

“Saya mau membunuhmu.. tapi gak bisa.” Aku tersentak kaget mendengarnya. Apa maksudnya dengan gak bisa membunuhku? Jadi dia benar-benar ingin membunuhku sebenarnya?

“Kenapa gak bisa?” ia mengendikan bahunya.

“Gak tahu.. gak bisa di bunuh.”

“Lu gak bohong kan?” ia hanya diam.

“Untuk apa?”

“Siapa tau lu bohong, biar bisa ngebunuh gue diem-diem abis ini.”

“Buat apa? Kalau mau, sekarang juga saya bunuh. Tapi gak bisa.”

“Memang gak bisa membunuh kamu.”

“Saya juga penasaran.”

“Makanya lu ngikutin gue?”

“Enggak.”

“Saya ngikutin kamu, karena sebuah perjanjian.”

“Kalau tidak mau diikuti, kenapa tanda tangan segala?” protesnya padaku.

“Gue tanda tangan itu karena tantangan dari temen gue.”

“Saya tidak perduli.” Balasnya hingga membuatku sedikit kesal. Apa ini perasaan yang di rasain cewek-cewek kalau ngomong sama gue? Mereka selalu bilang kalau gue menyebalkan. Tapi, makhluk satu ini kayaknya menyebalkan juga deh.

“Yang saya tahu, kamu sudah tanda tangan. Jadi kamu gak bisa nolak saya. Saya harus bersama kamu.”

“Oke.. gak masalah.. tapi, ngomong-ngomong.. mengenai pesan lu kemarin, kenapa lu ngajak gue buat ngebunuh pelaku yang ngebunuh elu?” Kun hanya terdiam.

“Kalau lu tau siapa pelakunya, sekarang lu kasih tahu ke gue, biar gue cari buktinya. Dan bisa nangkep tu pelaku secepat mungkin.”

“Mana boleh.. kami tidak boleh melakukan itu.”

“Urusan dunia, bukan urusan kami.”

“Tapi ini urusan elu juga dong, kan elu Cuma mau nyari siapa pembunuh elu? Tinggal bilang aja kan.”

“Kami ada hanya untuk berbaur dengan manusia tanpa di lihat oleh mereka, tapi tidak berhak untuk ikut campur urusan makhluk hidup. Kalau tidak, kami akan di hukum nantinya.” Aku terdiam mendengarnya.

“Yang bener? Tapi kadang ada kok, hantu yang muncul dan nakutin manusia.”

“Mereka itu melanggar, nanti juga dapat sial atau dapat hukuman.” Sahutnya membuatku menggaruk-garukkan kepalaku. Jadi apa yang harus gue lakuin sekarang? Apa ku tanya random aja lagi?

“Mmm, terus, yang mecahin kaca kamar mandi gue itu elu juga?” Kun hanya mengangguk sambil tertawa.

“Saya tulis pakai tangan, tapi malah pecah.” Ucapnya sambil terkikik.

“Pas udah jadi, yang baca malah ayahmu. Untung pesannya sudah hilang.” Aku mengernyit.

“Emangnya lu nulis apa?”

“Itu..” Kun menunjuk sebuah kertas di atas meja yang aku temukan tadi.

“Cuma mau bilang itu kenapa harus pakai pesan-pesan segala sih?”

“Kan biar serem.”

“Biar serem nulisnya pakai darah gitu?”

“Itu cat airmu. Warna merah saya campuri dengan hitam.”

“Anjeeey, kok lu bisa nyampurin warna gitu sih?”

“Saya kan pelukis dulunya.”

Aku terdiam. Ya benar, dari cerita Maxim, anak ini waktu masih hidup itu suka melukis kan.

“Lagi pula, sekarang kamu bisa menggunakan saya.”

“Kayak senjata..” ucapnya.

“Makanya saya gak bisa bunuh.. mungkin begitu kan ya?”

“Kamu tuan, dan saya.. senjata milik tuan.”

“Apa.. maksudnya sih? Senjata apanya?”

"Senjata itu, gak bisa membunuh tuannya."

"Kata siapa? Ada kok peribahasa, senjata makan tuan." balasku.

"Mm, saya belum lapar. Belum mau makan." Sahutnya bak pelawak. Padahal maksudku adalah peribahasa.

"Tapi.. apa maksud dari senjata? Hantu sama dengan senjata?"

"Mau saya jelaskan?"

"Apa arti dari tuan dan senjata?" Tanyanya sambil menyeringai, dan entah kenapa, ekspresi itu membuatku bergidik.

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

mungkinkah kiai yang di maksud penjaga sekolah

2024-02-16

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kena air wudhu

2024-02-16

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kayak malaikat aja ada sayapnya...

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!