Berhenti atau Teruskan?

Setelah menyetujui tantangan Maxim, aku berjalan cepat keluar dari dalam ruangan tersebut. Entahlah, aku merasa sangat tidak suka berada di dalam sana. Desakan yang mereka lakukan terus memaksaku untuk menuruti sesuatu yang tidak aku inginkan. Baik di sekolah lama atau pun sekolah yang baru, aku selalu saja mendapatkan musuh meskipun aku tidak pernah melakukan apa-apa dan tidak pernah mencari gara-gara pada mereka.

Aku yang telah berada di luar ruangan di buat kaget ketika seseorang menarik tanganku dari belakang. Ia berusaha memutar paksa tubuhku agar dapat menghadapnya. Aku tak melawan, dan menuruti bahasa tubuh yang ia inginkan. Ku lihat seorang perempuan dengan rambut yang lurus bervolume dan hitam menatapku dalam ketika kami bertemu pandang.

Bibir bawahnya bergetar, terlihat seperti orang yang sedang ketakutan akan sesuatu. Mata bulat besarnya yang indah membuatku merasa iba ketika melihatnya begitu. Aku menundukkan kepalaku, membalas tatapannya.

“Kenapa?”

“Gam.. batalin dong tantangan itu..” Ucapnya tiba-tiba. Membuatku meringis dan seketika mengalihkan pandanganku darinya.

“Siapa ya?”

“Aku Bella, kelas XI ips 3.” Aku terdiam. Dia kakak kelasku? Aah, terlalu cantik dan imut untuk jadi senior.

“Kamu harus batalin ya... yah..” Desaknya sambil terus memandangiku.

“Udah sore..” Ucapku sambil berbalik dan berniat untuk meninggalkannya. Namun lagi-lagi ia segera berlari memutar dan berdiri di hadapanku lagi.

“Please dong, Gam. Ini tuh serius!! Kamu gak boleh ikut tantangan itu.” Aku melipat kedua tangan ke dadaku dan sedikit membungkukkan tubuh untuk menyejajarkan wajah kami. Ku lihat wajahnya nampak memerah. Dia malu?

“Kenapa?”

“Karena di sekolah ini punya pantangan, dan pantangan itu belum ada satu orang pun yang berani melanggarnya.” Ucapnya hingga membuatku sedikit tertarik dengan cerita yang ingin ia sampaikan.

“Tadi Maxim udah jelasin kan, kalau di sekolah ini ada tempat yang angker.. ya! Itu gudang di lantai tiga.”

“Terus di sana juga ada sebuah lukisan keramat yang gak kalah angkernya. Kata OB di sini, setiap ngebersihin gudang, mereka gak pernah berani nyentuh lukisan itu. Apalagi sampai mencoba melakukan sesuatu sama lukisannya.. itu kan ngeri banget..” Aku mengangkat sebelah alisku sambil tetap menatap Bella.

“Dan beberapa tahun yang lalu, gosipnya ada seorang OB yang meninggal di dalam gudang. Bunuh diri katanya, sebelum itu dia sempet penasaran sama lukisan yang ada di dalam sana. Terus sama pantangan yang bilang kalau gak boleh masuk ke dalam gudang malam-malam, apa lagi sekitar jam dua belas malam tepat..”

“Tapi karena OB itu gak percaya gosip, dia mau ngebuktiin dengan masuk ke dalam gudang malam-malam, jam dua belas. Katanya, dia mati di depan lukisan itu, sambil berdiri dengan lidah yang menjulur keluar. Tulang lehernya patah, katanya juga.. dia menyekik lehernya sendiri sampai mati.. dan itu terjadi tiga hari setelah dia utak-atik lukisan itu. Jadi jangan ya Gam, kamu gak boleh pergi ke situ..”

“Gosipnya?” Ucapku hingga membuat Bella mengernyit.

“Iya.. tapi rumor itu bener kok katanya. Cuma di tutupin aja, karena gak mau bikin pelajar dan orang tua pelajar di sini panik.” Aku tersenyum mendengarnya, hingga membuat Bella terlihat sedikit kesal dengan sikapku.

“Kok senyum sih?! Aku kan serius!”

“Lu percaya cuma dengan denger cerita orang aja?” Bella terdiam.

“Bel, cerita yang kayak gitu gue rasa di semua sekolah ada kok.”

“Sekolah ini dulunya bekas mahkam loh, bekas rumah sakit loh.. katanya lagi, ada yang bunuh diri loh. Itu Cuma rumor, udah dari Sd gue denger yang kayak gitu.” Ucapku lagi hingga membuat wajah Bella memerah. Ia langsung saja memukul perutku hingga membuatku terkejut. Ya pukulan dari tangan mungilnya tentu tidak akan menyakitiku. Itu hanya mengagetkanku saja.

“Nyebelin banget sih!!” Bentaknya di hadapanku. Kata-kata itu sudah biasa ku dengarkan dari perempuan yang mendekatiku. Aku tidak bisa melihat wajah perempuan yang kesal, cantik mereka akan semakin bertambah kalau ngambek atau kesal. Aku langsung tertawa sambil membalikkan tubuhku darinya.

“Gam..” Panggilnya pelan. Aku menghentikan langkahku.

“Hn?” Sahutku tanpa menoleh ke arahnya.

“Kalau nanti kamu ngerasa aneh di dalam sana, kamu harus bersiul sepanjang napas.” Ucapnya lirih.

“Hantu itu senang dengan siulan merdu, katanya, dulu dia selalu bersiul semasa hidup kalau lagi ngelukis di sana. Jadi mungkin.. kamu gabakal kenapa-napa.” Sambung Bella lagi. Aku pun menoleh menatapnya.

“Kamu perhatian..” ucapku hingga membuatnya tersenyum dan menunduk malu. Aku pun berlalu dari hadapannya.

***

Bella adalah salah satu dari orang yang perduli dan mengingatkanku untuk membatalkan tantangan itu. Sepanjang perjalanan pulang, beberapa kali aku di cegat oleh teman-teman dari sekolahku. Mereka tentu mengatakan hal yang sama dengan apa yang sudah di sampaikan Bella padaku tadi.

Sebenarnya, kenapa mereka sampai mempercayai dongeng seperti itu? Mereka hanya mendengar katanya saja dari orang lain. Dan mungkin mereka juga tidak tahu benar atau tidaknya cerita itu. Mungkin saja di dalam gudang, kepala sekolah menyimpan harta karun dari istrinya. Yaa, gosip itu di buat biar tidak ada yang berani masuk ke dalam sana. Jadi harta karunnya aman.

Aku lebih mempercayai cerita yang seperti itu ketimbang dongeng bernuansa horor tadi. Tapi, ceritanya bagus juga, mungkin yang buat gosip itu harusnya jadi novelis saja. Bakatnya sudah nampak. Ia juga bisa mempengaruhi orang-orang untuk mempercayai cerita konyolnya itu.

.

.

.

.

Tepat jam sepuluh malam, di koridor sudah ramai berkumpul teman-temanku. Ada Maxim, anggota osis dan juga perwakilan beberapa siswa laki-laki. Mereka berkali-kali melihat jam yang ada di tangan mereka, sambil menatap ke arah pintu, berharap seseorang yang mereka tunggu segera datang.

“Udah jam sepuluh nih, tadi dia bilang stay-nya jam sepuluh, tapi dia sendiri belum dateng..”

“Iya nih.. kita semua udah kumpul di sini.. dia doang yang belum dateng.” Maxim hanya tersenyum sinis mendengarnya.

“Kira-kira jadi dateng gak sih dia? Jangan-jangan kita cuma di kerjain sama dia.. dia nyuruh kita dateng, sementara dia enak-enakan di rumah.”

“Makin malem gue makin merinding nih.. mana udaranya dingin banget lagi.”

“Eh! Jangan ngomong kayak gitu dong. Gue kan jadi takut ini.”

“Max.. gimana dong.. dia dateng gak nih?”

“Iya.. telponin kek.”

“Gue gak punya nomornya.. kita tunggu aja dulu dua puluh menit. Kalau dia masih gak dateng juga, baru kita pulang.”

*Dua puluh menit kemudian.

“Max.. gimana? Udah dua puluh menit ini.” Maxim pun menatap ke jam yang terlilit di pergelangan tangannya.

“Udah.. kita pulang.. dia kayaknya gak berani dateng.”

“Mungkin dia takut setelah denger cerita temen-temen yang lain.” Ucap Maxim sambil mengenakan tas sandangnya kembali.

“Takut? Gak salah?” Mereka semua langsung berbalik menatapku ketika aku sudah berada di belakang mereka.

“Agam.. sampe juga lo..”

“Gue kira lu bakal lari dan gak dateng malem ini.” Aku mendengus mendengarnya.

“Janji lu kan jam sepuluh, tapi lu buat kita semua nunggu hampir dua puluh tiga menit ini.”

“Sorry.. gue gak punya spidol. Semua toko yang ngarah ke sekolah dari rumah gue udah pada tutup. Jadi gue balik ke rumah bentar, cuma dapet satu spidol nih, warna merah.”

"Spidol?? Buat apa?" Tanya Maxim kaku. Aku pun mendengus.

"Yah, lu kan minta gue ninggalin jejak di sana. Kalau gue cuma mindahin lukisannya, bisa aja kan kalian resek dan ngebalikin tu lukisan ke posisi semula. Jadi, mendingan gue tulis sesuatu aja di lukisannya, tanda tangan mungkin." Terangku.

"Lagian ini spidol permanen, gak akan bisa kalian hapus. Terus tandatangan gue juga susah di tiru, jadi.. gue berencana buat nandatanganin lukisan itu." Tambahku.

“Yaudah deh, gak masalah. Yang penting lu udah dateng aja.”

“Btw, di mana gudangnya?”

“Oh.. iya.. di sana.. koridor paling ujung dari semua ruang.” Tunjuk Ciko padaku.

Yang aku lihat, di ujung sana begitu gelap. Sama sekali tidak kelihatan ujung pangkalnya. Aku menyipitkan kedua mataku, setidaknya untuk berusaha melihat ujung pintu itu.

“Sekarang masih jam sepuluh lewat, kita tunggu sampai jam sebelas lima puluh lima menit, dan lu harus mulai jalan ke sana di jam itu.” Ucap Maxim padaku yang mulai duduk di atas meja.

Hampir satu jam kami menunggu, entah itu perasaanku saja tapi aku rasa ruangan ini nampak sedikit berasap. Apakah kabut malam?

Di tambah lagi semua teman-temanku yang ada di sini hanya saling terdiam satu sama lain. Mereka hanya saling melirik, beberapa kali aku sempat memergokinya. Mereka seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi di tahan.

“Woi.. kalian, ngerasain sesuatu gak?”

“Kayak.. lagi ada yang ngeliatin kita gitu.” Ucap Ciko hingga membuat bulu tanganku tiba-tiba saja berdiri dengan tegaknya.

“Hei, Cik.. jangan bikin parno dong.. lu gak ngerti situasi ya?”

“Ya, sorry sih bro.. tapi, gue ngerasa gak nyaman aja.”

“Halah, penakut lu Cik, gak usah jadi osis aja lu!!”

“Sial*n lu!!”

“Udah diem aja. Kita tunggu sampai jam sebelas lima puluh lima menit. Bentar lagi kok.” Ucap Maxim sambil kembali mengecek jam yang ada ditangannya.

Tiba-tiba saja aku mendengarkan suara langkah kaki. Aku langsung mengernyit sambil menatap ekspresi teman-temanku. Mereka kelihatannya terus menilik dengan penuh tekanan, wajah mereka semua tegang. Jadi ku simpulkan, kalau mereka semua juga sedang mendengarkan apa yang aku dengar barusan.

Tak lama terdengar suara yang sayup-sayup, aku tak bisa menjelaskan suara macam apa itu. Tapi terdengar begitu halus. Saat ini terjadi, aku dapat mendengarkannya dengan jelas, namun saat aku menuliskan cerita ini, aku kebingungan menuliskan seperti apa suara yang ku dengar itu.

“Bro.. lu denger kayak suara-suara gitu gak?”

“Hush!! Diem aja deh!!”

“Apa sebaiknya kita pulang aja bro, gak usah lanjutin aja nih tantangan. Entar pemilihan Agam pakai suara terbanyak aja deh.”

“Berisik lu!!” Bentak Maxim.

“Satu menit lagi jam sebelas lima puluh lima nih.” Sambung Maxim hingga membuatku ikut menatap ke arah jam tangan milikku.

“Oke.. pas! Jam sebelas lima puluh lima menit!!” Ucap Maxim, dan seketika semua lampu di sekolah padam.

“Aaaaaaakkhh!!!” Teriak teman-temanku. Entah siapa itu, aku tak bisa melihat raut ketakutan mereka, tempat ini benar-benar gelap, sampai-sampai aku tak bisa melihat telapak tanganku sendiri. Aku merasa ada yang sedang memeluk lenganku dengan tubuh yang gemetaran.

“Sumpah sumpah sumpah!! Pas banget lagi mati lampunya!!”

“Gue takut bro, sial*n!! Mau kencing rasanya!”

Ku lihat seseorang menyalakan lilin. Membuat cahaya yang memancar tersebut berbinar di wajahnya. Itu Maxim. Ia langsung menyalakan lilin dengan korek gas yang ia bawa. cukup untuk memberikan sedikit penerangan untuk kami. Karena angin begitu kencang meski semua jendela tertutup, lilin yang di nyalakan Maxim pun padam. Maxim kembali berusaha menghidupkan lilin tersebut, namun angin seolah sengaja terus meniupnya sampai padam. Mereka pun mengeluarkan ponsel milik mereka masing-masing untuk membantu penerangan.

Suasana kini bertambah mencekam, terlebih lagi dengan keadaan ruangan yang lebih gelap dari pada sebelum lampu padam. Entah kenapa, benda-benda yang seperti tirai kini lebih terlihat seperti seseorang yang sedang berdiri dan mengenakan baju putih. Ruang kelas yang mendapat sedikit penerangan dari kami seolah memberikan kesan ada seseorang yang sedang duduk di salah satu kursinya. Sekelabat nampak seperti itu, namun jika di lihat dengan sungguh-sungguh, memang tidak ada apa-apa di sana.

Entah kenapa, aku merasakan hal lain. Panas dingin di bagian tengkukku mulai menyeruak. Bulu-bulu tanganku tak hentinya berdiri sejak tadi. Pori-pori kulitku menyemul dan membulat besar.

Ku pandangi satu persatu wajah teman-temanku. Ya, mereka juga kelihatannya sedang ketakutan. Terlebih lagi Ciko, aku baru tahu kalau ia sepenakut itu pada hal-hal yang seperti ini.

“Bro.. pulang yuk. Badan gue rasanya gak enak. Kayak mau demam menggigil gitu.” Ucap Ciko sambil memeluk tangannya.

“Tanggung. Udah mau jam dua belas bentar lagi.” Ucapku datar.

Ku lihat Ciko mulai menggigil kedinginan. Bibir bawahnya menggeletak. Ia terus menerus melihat ke sekeliling. Sejujurnya aku juga merasakan apa yang sedang Ciko rasakan. Tubuhku panas dingin seolah menggigil. Tapi aku berusaha menahannya. Sensasi macam apa ini? Mungkin saja karena cuacanya sedang dingin. Padahal di luar gedung sekolah tadi lumayan panas.

Tiba-tiba saja aku melihat bayangan sekelabat melesat di sisi kami. Saking terasanya, aku bisa mendengar suara angin yang ia ciptakan. Terdengar seperti bunyi “wush” ketika ia lewat. Benar-benar terasa. Ku lihat semua temanku menoleh ke arah yang sama seperti yang sedang aku lihat. Mereka juga melihat kah?

Tak lama dari itu, terdengar suara dentuman keras dari dalam kelas. Seperti suara nampan atau suara panci yang jatuh. Dentumannya begitu keras “DUM!” dan seketika itu juga ku lihat teman-temanku berteriak karena terkejut.

Aku juga melihat Maxim yang awalnya duduk di atas meja langsung beranjak. Ia segera berdiri dan menatapku. Apa ia sedang meminta pendapatku? Ia terlihat tak tenang dan gelisah. Ia berkeringat di tempat sedingin ini.

“Gam.. gue cabut tantangan gue.” Ucap Maxim dengan suara yang bergetar padaku.

“Akhirnya.. ayo kita pulang.. tantangan ini gak usah di terusin aja.”

“Bener, firasat gue buruk rasanya.”

“Dari awal kayaknya kita emang udah di suruh pulang deh. Pertama Agam yang ketinggalan spidolnya. Terus, lampu mati, sekarang suara benda jatuh pas benda putih lewat. Ayo kita pulang.”

“Ayo..” Ucap mereka menyetujuinya.

“Penakut banget sih.” Ucapku hingga membuat mereka menatapku.

“Yang ke gudang kan gue. Kalian tunggu aja di sini sampe gue kelar nandatanganinnya.” Ku lihat Maxim mendekatiku setelah aku selesai dengan ucapanku. Ia langsung menarik kerah bajuku dengan  kuat, dan menatapku dengan tajam.

“Gue tau Gam, lu pasti ngeyel karena gak suka gue ngatain lu banci kan sore tadi? Tapi sekarang situasinya beda! Lu ngertilah! Gue tau lu juga ngerasain kan?” Aku langsung menepis kasar tangan Maxim di leherku.

“Gue tau situasi! Yang gak ngerti situasi karena takut itu elu! Laki-laki itu, gak pengecut, dan gak pernah ngelanggar janji!”

“Dan elu, elu yang udah bikin tantangan, dan sekarang elu yang narik tantangan itu?” Aku menggelengkan kepalaku.

“Yang di pegang dari lelaki itu adalah ucapannya, kalau lu narik ucapan lu sendiri, jangan pernah ngaku kalau lu itu laki-laki!” Ucapku hingga membuat mata Maxim terbelalak.

“Tantangan ini, biar gue yang selesain. Malam ini juga..” Ucapku sambil berjalan menuju gudang. Namun di satu sisi, aku merasa ada sesuatu yang terus menatapku tanpa permisi. Dari arah yang jauh namun terasa dekat. Mengikuti ke mana aku pergi. Apa di atas, sedang ada yang merayap mengikutiku? atau, berjalan di belakangku tanpa spasi sedikit pun?

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

°RhaiKen™

°RhaiKen™

aaaaa...ikut tegang 😱😱😰🥶🥶🥶

2024-04-23

0

Amelia

Amelia

❤️❤️👍

2024-02-26

1

Amelia

Amelia

nice ❤️❤️.... minta dukungan juga untuk karyaku 🙏

2024-02-17

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!