Bencana di Mulai

Sayup-sayup aku membuka kedua mataku. Nampak sedikit buram. Aku kembali mengerjapkan mataku untuk mendapatkan penglihatan normalku. Langit-langit berwarna putih?  Dan ada sebuah lampu di sana. Ku alihkan pandanganku ke samping, ada sebuah kipas angin kecil yang di letakkan di atas lemari kayu dengan ketinggian sepinggangku.

Ruangan yang cukup kecil. Hanya pas untuk sebuah tempat tidur dari ranjang yang berderit ketika tubuh ku hendak bergerak. Dan sisa dari space kosongnya hanya mampu menampung sebuah lemari yang kecil dengan sebuah kipas angin kecil di atasnya.

Aku menggerakkan tubuhku yang terasa lumayan sakit dan pegal. Membuat ranjang ini berderit-derit bising. Aku mencoba mendudukkan tubuhku di atasnya.

“Udah bangun?” Tanya seseorang dari balik dinding. Ia pun menampakkan wajahnya dari balik bingkai ruangan yang tidak memiliki pintu. Seorang gadis berwajah jutek dengan rambut yang ia gerai lurus. Ia mengenakan kacamata dengan bingkai tipis, membuatnya terlihat lebih cantik.

Aku hanya terdiam. Tak menjawabnya. Ku lihat kini baju seragam sekolah yang aku kenakan telah terbuka kancingnya. Aku mengernyit dan membenarkan bajuku. Namun ketika aku menundukkan kepala, aku merasa sedikit pusing. Kepalaku berat sekali.

“Kepala gue..” Keluhku sambil  mencengkram rambutku.

“Jangan nunduk-nunduk dulu dong! Lu baru aja sadar.” Ucapnya seperti sedang memarahiku.

“Siapa sih?”

“Lu di UKS.. jadi menurut lu gue siapa?” Balasnya.

Aku pun terdiam. Ku cium aroma minyak angin dari tubuh dan juga dahiku. Ku lihat perempuan ini sedang mengenakan rompi merah, dengan tulisan PMR. Sepertinya dia anggota PMR atau ketuanya.

Lalu aku kembali teringat, sebelum aku berada di sini, aku dan juga teman-temanku sedang berada di gudang untuk melihat tandatanganku di lukisan angker tersebut. Saat tahu bahwa tanda tanganku malah ada di atas cermin, seketika itu juga pandanganku menjadi gelap.

“Oh, tadi gue pingsan di gudang?”

“Terus.. mana temen-temen yang lain?” Tanyaku hingga membuat perempuan ini mengernyit.

“Lu gak sadar apa? Lu kan kesurupan tadi di gudang.” Ucapnya dengan wajah yang serius. Aku langsung menyembur tawa yang tak bisa ku tahan. Geli sekali mendengar kalau barusan aku kesurupan.

“Apaan sih. Ngaco!” Balasku hingga membuat ia mengerucutkan bibirnya.

“Mana mungkin sih gue kesurupan. Nih, denger ya.. seumur-umur, gue tuh gak pernah yang namanya kesurupan. Aneh-aneh aja. Kalau lu bilang gue pingsan, ya pasti gue percaya.” Ia mendengus kesal. Wajah putihnya kian memerah. Sepertinya dia marah pada perkataanku barusan.

“Lu kira gue bohong apa?”

“Gue gak bilang gitu.”

“Eh! Denger ya!! Buat apa juga gue bohong sama lu! Lu emang kesurupan di dalam gudang. Maxim yang bilang dan bawa lu kesini dalam keadaan pingsan! Gue tau Max! Dia gak mungkin bohong sama gue!”

“Udahlah, terserah.” Ucapku sambil beranjak dari atas tempat tidur, dan perempuan itu hanya menatapku dengan heran.

“Mau kemana lu?”

“Ke kelas lah!” Sahutku datar.

“Iih, nyebelin banget sih!! Lu tau gak!! Sebenernya sekarang kelas gue lagi ulangan! Tapi gara-gara lu kesurupan dan pingsan di sini, jadi lu harus di temenin!” Ucapnya kesal. Maksud perempuan ini apa sih? Dia mau apa? Kenapa perempuan suka menggunakan kode-kode yang tak di pahami. Apa dia mau aku mengucapkan terimakasih? Atau apa?

Aku melembutkan pandanganku dan melengkungkan senyumanku. Terdiam menatapnya beberapa saat, hingga ku rasa raut wajah galaknya kini perlahan berubah.

“Makasih ya.. Lu udah mau nemenin gue.” Ucapku hingga membuatnya salah tingkah. Ia menggaruk-garukkan kepalanya. Dan seketika ia membuka kaca mata yang sedang ia kenakan. Berpura-pura membersihkan kacanya.

“Ya.. mm.. Yaudah.. Sama-sama.” Ucapnya dengan nada yang lebih lembut di banding sebelumnya. Ia pun menatapku tanpa mengenakan kacamatanya. Benar-benar, apa siswi di Sma ini cantik-cantik semua ya?

“Oh, sampai lupa.. nama lu siapa?”

“Lian.”

“Iya.. Lian. Gue Agam. Gue balik ke kelas dulu ya.. Lian.. maaf kalau gue sampai bikin lu harus ulangan susulan.” Ucapku kembali berbasa-basi. Ibuku selalu mengajariku untuk memperlakukan perempuan dengan baik, dan setiap aku membuat ibu kesal, dia akan dengan mudah memaafkanku jika aku bermulut manis. Ku rasa semua spesies perempuan pasti seperti itu.

“Daaah..” Ucapku lagi dengan nada yang rendah namun terdengar merdu. Ku lihat Lian menahan senyum di wajahnya. Aku keluar dari ruang Uks setelah itu.

***

*Author POV

Maxim, Ciko, Zaki dan yang lainnya di panggil ke ruang Bk untuk memberikan kesaksian atas apa yang terjadi. Seluruh kelas heboh di jam istirahat tadi, pasalnya, anak-anak nakal ini pergi ke gudang bersama dengan anak baru yang bernama Agam.

“Bapak kecewa sekali sama kamu Max.. kamu kan ketua osis, masa’ kamu menggiring temen-temen kamu ke tempat seperti itu. Kalian kan udah tau kalau siswa di larang masuk ke dalam gudang dengan tujuan apa pun!” Ucap guru Bk pada Maxim hingga membuatnya tertunduk.

“Bawa-bawa murid baru lagi! Apa kalian lagi ngerjain dia karena dia gak tahu apa-apa tentang pantangan di sekolah ini?” Maxim tetap terdiam, sementara Ciko dan Zaki saling menyikut satu sama lain.

“Terus kata pak Wanto, semalam ada murid-murid datang ke sekolah di atas jam sepuluh malam.. apa itu kalian juga?” Maxim masih saja terdiam.

“Kenapa sih kalian pakai acara ke situ segala.. kalian liat kan sekarang apa yang terjadi?”

“Maaf pak..” Sahut Maxim yang sedari tadi hanya terdiam.

“Awalnya Max Cuma iseng nantangin, gak nyangka juga dia masih mau nerusin tantangan dari Maxim. Pas malem tadi juga listrik di sekolah mati, dan Max udah minta Agam untuk berenti nerusin tantangan ini, tapi Agam nolak. Dia tetep mau nerusinnya, pak.” Dalih Maxim, mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi. Guru Bk hanya terdiam mendengarnya.

“Huh.. jiwa muda anak-anak emang begitu. Lebih mentingin gengsi dari pada keselamatan!”

“Apa kalian semua yang ada di ruangan ini mau bapak rumahkan tiga hari?” Maxim langsung terbelalak mendengarnya. Pasalnya Maxim bukanlah anak nakal yang suka bolos, ia adalah murid teladan dan pintar. Tentu di rumahkan tiga hari akan membuatnya terpukul, dan ia juga tidak mau kedua orang tuanya tahu akan apa yang telah ia lakukan ini.

“Saya di skorsing, pak?” Tanya Maxim tak percaya.

“Iya!”

Maxim seketika langsung beranjak dari tempat duduknya. Ia segera menghampiri Pak Edi untuk membujuknya.

“Pak, saya mohon pak.. jangan skorsing kita.. kita mau nerima hukuman apa aja kok, pak. Asal jangan itu. Saya gak mau ketinggalan pelajaran pak. Bersihin toilet cowok juga Max mau pak.. asal jangan di skorsing pak.. tolong lah pak..” Desak Maxim hingga membuat pak Edi kelabakan.

“Iya, pak.. bener.. Gimana kalo bunda saya tau.. pasti dia kecewa banget, pak.” Sambung Ciko.

“Zaki juga jangan pak, bapak Zaki galak. Kalau bapak tahu, bisa-bisa Zaki bakal di sambit pakai iket pinggang..” Desak mereka beramai-ramai pada pak Edi.

“Ya ya ya!! Sudah sudah!! Aduuuh.. pusing bapak!! Berisik!!”

“Jadi gimana, pak? Hukuman yang lain aja ya pak.” Rayu Ciko lagi.

“Yaudah.. kalau begitu, kalian semua, habis ini, harus bersihin taman sekolah. Sampai bersih!! SEKARANG!”

“Oke pak!!!”

"Tapi kalau kalian mengulangi perbuatan kalian lagi, bapak gak akan segan-segan ambil tindakkan tegas ya!"

"Baik pak!!"

“Sana kalian.. keluar!”

“Makasih pak!!!” Seru mereka kegirangan. Mereka pun bergegas keluar dari ruang Bk setelah selesai mencium tangan pak Edi.

*Author POV End

****

Aku keluar dari ruang UKS, bertepatan dengan Maxim dan yang lainnya keluar dari sebuah ruangan juga.  Ku lihat tulisan yang ada di pintu adalah ruang BK. Mungkinkah mereka semua masuk ke ruang BK? Tapi... gara-gara apa? Apa yang di katakan Lian tadi benar? Kalau aku kesurupan di dalam gudang? Tapi.. itu mustahil kan?

Ku lihat Maxim menatapku. Kami saling beradu pandang, hanya sebentar. Dan kulihat ia segera membalikkan wajahnya dariku. Apa ia sedang menghindariku? Tapi kenapa? Apa dia marah karena harus masuk ke ruang Bk gara-gara aku? Tapi memangnya gara-gara aku?

“Max..” Sapaku sambil berlari menghampirinya yang hendak berjalan cepat menjauhiku.

Ku lihat Max tak menoleh sama sekali atas panggilanku. Ia masih saja berjalan cepat. Sepertinya ia memang sedang menghindariku.

“Woi.. Max!! Lu tuli ya?!” Pekikku kesal sambil berusaha mengejarnya. Ku lihat, Ciko dan Zaki menoleh ke arahku. Wajah mereka pucat, tak tahu kenapa. Tapi sepertinya mereka sedang ketakutan padaku. Tapi kenapa?

Buru-buru mereka membalikkan wajah mereka lagi dariku. Kenapa sih? Mereka ngambek? Kok kayak anak cewek sih?

Seketika aku berlari kencang menyusul mereka. Aku pun berdiri tepat di depan ketua mereka, untuk menghadangnya. Karena, kalau aku menghadang lelaki yang satu ini, teman-teman yang lain pun pasti akan ikut berhenti.

“Woi!!” Bentakku ketika telah berada di hadapan Maxim. Maxim langsung terbelalak. wajahnya seketika memucat Ia menghentikan langkahnya. Ku lihat, wajah, leher dan lengannya lebam-lebam. Ciko dan juga Zaki pun demikian. Bahkan di sela bibir Ciko, sedikit berdarah. Apa mereka berkelahi selama aku pingsan? Ia menatapku dari atas ke bawah, dengan tak henti-hentinya mengernyitkan alis.

“Apa?!" balasku kesal.

“Lu...”

“Lu gak apa-apa Gam?” Tanya Maxim lirih. Di luar dari perkiraanku tadi. Ku kira ia akan berperilaku songong seperti biasanya padaku. Aku pun mengernyit.

“Maksud lu?!” Mereka kembali terdiam, dan saling memandangi satu sama lain.

“Ck.. gue Cuma mau tau, apa yang terjadi di dalam gudang tadi? Kok, gue gak sadar apa-apa?” Tanyaku hingga membuat mereka bergidik. Ada raut wajah bersalah dari mereka. kenapa ya kira-kira?

“Maafin kita ya, Gam.. sumpah, kita gak ada niatan kok buat jahilin lu!” Aku kembali mendecakkan lidah mendengarnya.

“Jahilin? Maksud lu apa sih?”

“Tentang pantangan di sekolah kita itu. Harusnya gue gak ngasih tantangan konyol gitu ke elu.. gue gak tau kalau kejadiannya bakal kayak gini.”

“Kayak apa?”

“Sorry, Gam.. kita harus ngejalanin hukuman kita dulu.. Kalau gak, kita bakal di skorsing selama tiga hari sama pak Edi.”

Aku mengernyit mendengarnya. Di skorsing? Tiga hari? Bukankah kalau sudah menyangkut skorsing seperti itu, artinya kesalahan yang mereka perbuat ini lumayan besar ya? Tapi, memangnya kesalahan apa yang sudah mereka perbuat? Masa’, hanya karena mengerjaiku ke gudang sekolah, mereka harus menjalani skorsing?

“Tunggu!” Ucapku lagi hingga membuat langkah mereka terhenti.

“Sebenernya, sefatal apa kesalahan kalian.. sampai-sampai harus nerima hukuman kayak gitu?” Maxim berbalik menatapku. Ia menatap teman-temannya yang lain, seolah ingin mendapatkan izin mengatakan suatu hal padaku.

“Sejak peristiwa enam belas tahun yang lalu, yang menyebabkan seorang anak menghilang di sekolah ini, gudang itu jadi di tutup. Gak boleh ada yang masuk, kecuali OB atau yang berkepentingan aja.”

“Saat anak itu di kabarkan menghilang, yang di temukan darinya Cuma sebuah lukisan dengan beberapa bercak darah yang ada di atas lantai. Jadi di simpulkan oleh pihak sekolah dan juga kepolisian, kalau anak itu udah tewas, dan mayatnya di buang sampai gak bisa di temukan sama sekali.”

“Mayat anak itu sampai hari ini tidak di temukan juga.. beredar kabar dari keluarga, kalau semasa hidupnya, ia sering ke sekolah di atas pukul sepuluh malam. Ia suka melukis sambil bersiul di sana, karena ia suka kesendirian. Di rumahnya terlalu besar dan megah, serta ramai akan asisten rumah tangga yang akan mengganggunya, sehingga ia suka sekali melukis di dalam sekolah.”

“Tapi setelah pamit pergi ke sekolah dengan membawa alat lukisnya dan sebuah kanvas, selama tiga hari ia tidak pulang ke rumah. Ia juga tidak masuk ke sekolah, jadi.. pihak keluarga segera menghubungi pihak kepolisian untuk menyebarkan poster berisi foto anak itu dan mencarinya. Namun selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, anak itu tidak di temukan. Bukti yang tersisa hanya lah  lukisannya dan juga bercak darahnya.”

“Cerita ini viral pada masanya, dan sejak saat itu, sering terdengar siulan di dalam gudang. Serta suara gesekkan kuas pada kanvas. Orang-orang berkesimpulan, bahwa itu adalah suara hantu dari anak yang meninggal di dalam gudang tersebut. Jadi, gudang itu di tutup.”

“Tapi, beberapa tahun setelah itu, ada seorang OB yang penasaran dengan lukisan dan cerita anak itu. Ia datang ke dalam gudang di atas jam sepuluh malam. Besoknya ia masih bisa selamat, tidak terjadi apa-apa padanya. Namun kejadiannya terjadi setelah ia mengalami kesurupan. Ia di temukan tewas di dalam gudang, tepatnya di hadapan lukisan anak itu, di hari ketiga setelah ia menyentuh lukisan angker itu. Ia mati dalam keadaan berdiri, dan lehernya seolah di patahkan ke sisi kiri.”

Aku terdiam mendengar cerita Maxim yang sepanjang itu. Membuatku mengantuk saja. Entah apa inti dari cerita yang ia maksud ini? Tapi sedari tadi aku melihat wajahnya serius sekali. Sepertinya ia tidak sedang membohongiku. Aku juga kalau tidak salah pernah mendengar cerita ini dari kedua orang tuaku. Tapi saat aku masih kecil. Ku pikir itu hanya cerita bohongan saja.

“Lu mau ngomong apa sebenernya?”

“Lu.. gak bakal selamat setelah ini.” Ucap Maxim hingga membuat bulu kudukku seketika berdiri.

“Gue.. minta maaf kalau sampai terjadi sesuatu sama lu, tapi gue gak bisa bantu apa-apa.” Sambungnya lagi.

“Apaan sih.” Keluhku sambil mengernyitkan dahi. Aku tak mengerti.

“Karena sekarang.. elu udah jadi miliknya.”

“Dan umur lu.. satu hari lagi..”

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

masa iya cuma 3 hari... pengecualian lah

2024-02-15

0

Rahma Hayati

Rahma Hayati

😍

2023-08-19

0

shalsabella

shalsabella

kenapa ya pas baca novelnya jadi berasa ikut ngalamin,tengkuknya jadi panas dingin, dadanya sesak kepala pusing,agak mual juga😌sebenernya takut tapi penasaran🤣

2023-05-17

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!