Kun WeekEnd

(Flashback)

*Author Pov

Kejadian sebelum Kun menghampiri Agam ke kamar.

Kun melihat Agam masuk ke dalam kamar setelah bertegur sapa dengan ibunya. Kun hendak menyusul Agam, tetapi ia melihat ibu Dinda duduk sendiri sambil menonton televisi.

"Kasian juga ibu sendiri.. Apa saya temani?" Gumam Kun sambil melayang ke dekat ibu Dinda.

Tiba-tiba saja ibu Dinda tersentak, tepat setelah ku semakin mendekatinya. Ia melihat ke sekeliling sambil beberapa kali mengusap tengkuknya, dan memperhatikan bulu-bulu yang ada di tangannya.

"Kok tiba-tiba merinding gini ya?" Gumam Ibu Dinda. Ia pun bergidik sambil menggelengkan kepalanya dan mengernyit. Ia pun membesarkan volume tv-nya karena merasa sedikit takut dan tubuhnya terasa tidak enak. Ia pun meletakkan remote ke sampingnya.

"Permisiii, ada setan buk." Ucap Kun sambil duduk di samping ibu Dinda. Tanpa sengaja, Kun menjatuhkan remot yang ada di dekatnya ke bawah.

"Astaghfirullah!! Naga bunting!! Naga buntung!!" Tekak ibu sambil tersentak kaget. Ia terdiam sambil menatap benda apa yang baru saja jatuh.

"Kok remote tv bisa jatuh? Kan gak ada yang senggol?" Gumam Ibu Dinda sambil melihat keberadaan remot yang telah tergeletak di lantai. Kun langsung tersentak kaget dan menatap ibu Dinda dengan wajah bersalahnya.

"Saya yang senggol, tidak sengaja bu." Timpal Kun meskipun suaranya tidak akan terdengar oleh ibu Dinda.

Ibu Dinda pun mengambil remote tersebut dan menggenggamnya. Ia kembali fokus pada televisi di depannya. Namun wajahnya masih terlihat panik dan ketakutan. Terlihat dari ibu yang sejak tadi mengubah posisi duduknya. Ia merasa sangat gelisah.

[Dasar ya lo!! Baperan banget jadi orang!! Lu kira dia naksir sama lo?]

"Baper? Apa itu?" Keluh Kun sambil menyimak siaran di tv.

"Saya tidak pernah dengar kata-kata itu? Apa itu bahasa Indonesia yang baru?"

[Jadi lu kepo sama gue selama ini?! Lancang banget ya lo!!]

"Ah?! Ke.. kepo?" Kun mengernyit panik.

[Dasar Julid!! Minggir lo!!]

"Julid lagi? Apa lagi itu?? Ini masih di Indonesia kan ya?" Keluh Kun gemetaran.

"Jangan-jangan saya mati sudah lebih dari enam belas tahun. Bahasa Indonesia jadi seaneh ini? Saya tidak paham!" Gumam Kun dengan mata yang terbelalak.

[Perempuan tadi mendorong temannya ke jalan raya. Dan dari arah yang berlawanan, datang sebuah mobil besar menuju perempuan yang sedang terjatuh di tengah jalan tersebut.]

"LARI!!!" Pekik Kun sambil menutup kedua telinga dengan tangannya. Ia benar-benar terbawa suasana ketika menontonnya. Sementara ibu Dinda terlihat tegang dengan raut wajah nya yang sangat serius. Tak satupun dari alisnya yang bergerak.

[Aaaaaaaaaaaa!!!] Pekik perempuan di dalam tv.

"Ah?! Kenapa kamu teriak, bukannya lari?" Protes Kun yang merasa kesal.

*15 menit kemudian

[Aaaaaa!!!]

[Bersambung.]

"Udah habis lagi... Kan penasaran, nanti siapa yang nolongin!" Gumam ibu Dinda sambil mengganti channel tv-nya.

Kun hanya terdiam dengan wajah yang mengernyit, lalu menatap malas ke arah tv. Hanya menonton siaran itu beberapa menit, ia bisa merasa sekesal dan sesetres ini.

"Bisa-bisanya dia teriak 15 menit, tapi mobilnya tidak sampai-sampai!" Keluh Kun sambil beranjak.

"Ternyata manusia suka buang-buang waktu dengan siaran yang tidak mendidik dan tidak berfaedah sama sekali! Nilai baik yang bisa di ambil apa? Mereka malah rebutan cowok!" Gumam Kun lagi.

"Oh iya! Ada kalimat baru yang bisa saya pelajari, tadi apa ya kata-katanya?"

"Baper.. Kepo, sama.." Kun meletakkan jari telunjuk ke dagunya. Ia berpikir sejenak, mencari kalimat yang tadi sempat ia dengar.

"Nah! Julid.. Artinya apa ya??" Ia kembali terdiam.

"Tanya Agam aah!!" Kun mulai melayang.

"Baper kepo julid, baper kepo julid, baper kepo julid." Gumam Kun berulang-ulang layaknya anak kecil yang di suruh ke warung untuk jajan. Ia pun melewati ibu Dinda dan menghilang. Ibu Dinda tersentak, dan menoleh ke arah Kun.

"Perasaan kayak ada bayangan putih lewat sekelabat? Tapi kok gak ada apa-apa ya?" Keluh Ibu Dinda sambil kembali mengusap tengkuknya.

(End Of Flashback)

*Author Pov end

.

Aku terdiam mendengar kisah Kun. Aku mengernyit menatap Kun yang mulai menyoret cermin dengan jari telunjuknya.

"Lu nakutin ibu tau!" Protesku.

"Memangnya saya menakutkan?" Tanya Kun hingga membuatku menatapnya. Kalau di lihat dari atas kebawah sih, tidak menakutkan sama sekali.

"Gam, ini belum hari minggu ya?" Todongnya padaku. Padahal baru saja aku menyampaikan itikad baikku, untuk mengajaknya besok. Masih saja dia tagih hari ini.

"Belum!"

"Kapan hari minggunya?" Desaknya lagi.

"Besok!"

"Masih lama tidak?"

"Lama!! Sana makan melati di kebun ibu! Lu berisik tahu!!" Keluhku. Dia benar-benar mengganggu waktu belajarku.

"Yasudah.." ku lihat Kun melayang ke arah jendela.

"Ayahmu pulang tuh." Gumamnya sambil menatap ke arah luar.

"Kenapa emangnya?"

"Masa' kamu masih tidak percaya?" Ia mengernyit sambil menoleh ke arahku.

"Percaya apa?"

"Dia bau wanita." Singkat Kun lagi. Aku terdiam sambil menggeleng, dan tersenyum sinis.

"Emang bau wanita tuh kayak gimana?"

"Hmm, saya tidak bisa menjelaskannya, tapi kami bisa membedakan jenis manusia..

dari bau darah." Ucap Kun hingga seketika membuat ujung pensil rancung yang ku tekan ke kertas ini patah. Mataku terbelalak disertai bulu kudukku yang kian berdiri. Aku terkejut ketika mendengar bahwa ia membedakan jenis manusia dari bau darahnya. Mereka seperti predator kah?

Tapi apa yang ku harapkan? Tentu saja mereka akan melakukan itu kan? Melihat manusia bagaikan mangsa yang kapan pun siap untuk mereka lahap. Mereka bukanlah manusia sepertiku. Apa sebaiknya aku tak perlu terlalu dekat dengan Kun? Dia berbahaya?!

"Saya bisa cium bau darah ibumu, ayahmu.. dan yang paling nikmat...

adalah bau darahmu." Ucap Kun yang membuat jantungku tercekat, terasa hampir berhenti berdetak.

Sayup-sayup tubuhku mulai lemas dan jemariku mendingin. Tengkukku mulai panas, dan aku merasa sedikit mual dan pusing. Aku menatap Kun yang kini menatapku datar namun tajam. Kenapa aku ini? Apa aku sedang merasa ketakutan?

"Tubuhmu.. minta di rasuki ya?" Tanya Kun dengan nada bicara yang sedikit berbeda dari biasanya. Jantungku berdenyut panjang. Lagi-lagi nyaris terjeda sesaat, namun seketika kembali berdetak tak karuan. Berpacu dengan cepat, seperti habis lari maraton saja.

"A.. Apa maksud lu?" tanyaku sambil terbelalak. Baru kali ini aku merasa Kun seseram itu.

"Tubuh yang seperti ini, mudah untuk di rasuki." Sahut Kun.

Apa karena saat ini aku ketakutan dan tubuhku kian melemah, jadi.. setan mudah untuk merasukinya?

"Ngomong apa sih Kun?" Dalihku, berusaha menghilangkan rasa takutku padanya.

"Jangan takut.. saya tidak akan jahat pada kamu. Hanya pada kamu." Tegasnya sambil berbalik dan memunggungiku. Tak lama Kun menghilang dari hadapanku. Layaknya asap yang tertiup angin. Lenyap seketika.

Aku menghela napas panjang, napas yang sempat tertahan beberapa saat. Namun setelah Kun menghilang, keteganganku berakhir sudah. Aku bersender di kursiku. Melepaskan kecemasan yang menghantuiku tadi.

"Apa gue lupa.. gue lupa kalau dia adalah hantu? Jadi, kapan pun, dia tetaplah berbahaya.." Gumamku sambil menyeka keringatku.

Apa dia sebenarnya, memakan darah manusia juga? Terus terang saja, raut wajahnya tadi sedikit berbeda ketika mengatakan tentang darah.

Dan seketika, dia bener-bener berubah menjadi menakutkan.

.

***

.

Besoknya, aku terbangun pukul sembilan siang setelah tidur lagi saat selesai subuh. Aku membuka paksa mataku yang nyaris tertutup rapat. Tubuhku terlalu lama tidur, jadi rasanya semakin lelah dan pegal.

Aku menduduki tubuhku dan bersender di belakang penyandar tempat tidur. Mengerjapkan mataku yang masih sayup-sayup.

Tok tok tok

Suara pintu kamarku di ketuk.

"Belum bangun Gam?" Tegur ibuku dari balik pintu.

"Udah bu." Singkatku dengan suara yang serak, khas suara orang yang baru bangun tidur.

"Oh, ibu pikir kamu belum bangun dari tadi. Kamu gak makan?"

"Entar Agam makan bu. Mau mandi dulu." Sahutku sambil bergeser ke ujung tempat tidur.

Aku masih duduk di pinggir tempat tidur. Berusaha mengumpulkan nyawaku terlebih dahulu. Setelah beberapa menit, aku pun beranjak, dan mengambil handuk yang ada di samping pintu kamar mandi.

Saat membuka pintu, aku lantas kaget, melihat ada seseorang yang berada di dalam sana. Bukannya dia yang berteriak, melainkan aku.

"Aakhh!!" Pekikku sambil menutup pintu.

"Kenapa Gam?" Tanya ibuku dari balik kamarku. Apa ibu masih disitu?

"Ke.. kecoak terbang buk!!" Dalihku.

"Ya ampun, kirain apaan Gam!!"

Aku menghela napas panjang. Membiarkan suara langkah kaki ibu terdengar menjauh dari kamar. Dan tiba-tiba pintu kamar mandiku kembali terbuka. Menampakkan Kun yang sedang keramas di dalam dengan bajunya yang masih lengkap. Inilah kecoak terbang yang tadi membuatku berteriak.

"Kamu kenapa teriak?" Aku terdiam, tentu saja aku berteriak, karena aku kaget sekali, ada setan yang sedang mandi di kamar mandiku. Inikah yang di namakan setan keramas? Atau kuntilanak keramas??

"Ini tidak ada sampo bau melati ya?" Tanya Kun sambil mengurut kepalanya yang dipenuhi busa seraya menatapku.

"Emang setan mandi?" Tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kuntilanak mandi kok, malahan suka."

"Ya ampun!! ini mengerikan!!" Gumamku dalam hati.

Pantas saja di film-film horor, kadang mereka mandi juga seperti ini. Beruntungnya gue, wajah Kun lebih baik dari pada yang ada di film-film horor itu.

"Saya mau mandi, habis ini kita pergi kan?" Aku mengangguk.

"Lama gak? Gue juga mau mandi, cepetan lu!!" Ku lihat Kun menyirami rambutnya dengan shower milikku. Membuat rambut putihnya layu dan membentuk kepalanya.

So creepy!

Aku menatapnya datar, namun tiba-tiba dia menghilang dari hadapanku. Menghilang begitu saja, apa dia Naruto? Ah, maksudku apa dia ninja?

Aku langsung tersentak dan mengerjapkan mataku beberapa kali.

"Kemana perginya dia?" Keluhku sambil masuk ke dalam kamar mandi untuk memeriksa keberadaannya.

"Selamat mandi!!" Seru Kun tiba-tiba dari belakangku. Aku langsung tersentak dan berbalik menatapnya yang telah berada di luar kamar mandi.

KLAP!!!

Kun menutup pintu, dan mengurungku di dalam kamar mandi. Si*lan!! Dia selalu mengagetiku begitu, kalau aku punya riwayat sakit jantung, mungkin sudah lama aku pergi ke dunia sana.

.

***

.

Setelah makan dan berpamitan dengan ibu dan ayah, aku pun mengajak Kun pergi ke bioskop untuk menonton film action yang sudah lama ingin ku tonton. Tapi, berhubung aku sibuk dan tidak punya teman dekat, jadi aku malas sekali untuk pergi.

Kalau pergi dengan teman perempuan, tentu mereka akan mengajakku nonton film romantis, padahal aku benar-benar alergi dengan film genre itu.

Aku berbaris untuk mengantri tiket film. Kun terlihat sibuk dengan layar LCD yang besar, yang menampakkan beberapa cuplikan film yang sedang tren tersebut.

Tak lama ia menghampiriku, tepat saat giliranku untuk memilih filmnya.

"Silahkan pilih." Ucap penjaga tiket.

"Mm, film ini." Ucapku sambil menunjuk film action kesukaanku itu. Kun pun ikut melihat pilihanku itu.

"Ini sudah habis untuk hari ini, adanya hari senin, jam delapan pagi dan dua belas siang." Aku mengernyit.

"Si*al!! Filmnya laris banget!! Gue jadi kehabisan tiket, harusnya tadi gue beli online aja!"

"Kalau dua puluh menit lagi adanya film apa ya?"

"Dua puluh menit lagi adanya film ini, dan ini.." Ucap mbak tiket padaku sambil menunjuk film kuntilanak dan dia adalah melonku.

"Gue pilih yang.."

"Ini!!" Seru Kun sambil menunjuk film temannya itu.

"Yang mana?"

"Ah, ini." Aku menunjuk apa yang baru saja di tunjuk oleh Kun. Film kuntilanak.

"Nonton sendirian ya?"

"Berdua!" Sahut Kun.

"Iya, sendiri!" Sahutku.

"Silahkan pilih mau duduk di mana."

"Di sini." Tunjukku random.

"Lima puluh ribu." Aku memberikan uangku. Dan mbak ini memberikan tiketnya padaku.

"Silahkan tunggu di lantai F ya."

"Terimakasih." Ujarku seraya berbalik.

Namun tanpa sengaja, aku menabrak seorang wanita di barisan belakangku. Ia tak sampai jatuh, tapi tak enak rasanya, terlebih dia sudah sedewasa itu. Mungkin umurnya tidak jauh beda dari ibu.

"Ah!! Maaf tante!!" Seruku panik. Ia nampak sedikit kaget begitu bertemu pandang denganku, namun secepat kilat, ia segera mengubah raut wajahnya di depanku.

"Tante yang minta maaf, tante gak liat kamu." ucapnya seraya berjalan ke meja tiket. Aku pun mengangguk  seraya meninggalkannya.

"Kamu tidak bayar tiket saya?" Tagih Kun ketika aku hendak berjalan menuju lift.

"Buat apa? Lagian juga elu gak kelietan!"

"Nanti saya duduk di mana?" Aku langsung menatapnya.

"Di kepala orang, kan bisa." Singkatku sambil meninggalkannya yang masih terbang mematung.

"Jahatnyaaa~ padahal dia yang mengajari saya, tidak boleh duduk di kepala orang!" Gerutu Kun sambil menatap punggungku.

"Ayo!! Bentar lagi filmnya mulai!!" Ajakku. Kun pun menyusulku.

Kami telah sampai di ruang F setelah menaiki lift. Aku membeli popcorn dan juga ice lemon. Kami menunggu beberapa saat, sebelum mbak-mbak datang untuk merobek kertas tiket kami dan memeriksa isi dari tas kami.

Ia juga menyuruh kami masuk dan duduk di bangku masing-masing, sesuai dengan tiket yang kami beli tadi. Menuntun kami masuk ke dalam satu-satu.

Beberapa cuplikan iklan sebelum film di mulai pun di putar. Lampu utamanya masih belum di padamkan. Kun duduk di atas senderan kursi milikku. Aku menunggu sambil memakan popcorn yang tadi ku beli.

Tak berselang lama, lampu utama pun di matikan. Tanda kalau film segera di mulai. Cerita awal mulai di jelaskan, dan seperti biasa, adegan mengejutkan membuat perempuan di dalam bioskop berteriak kencang.

Aku mendongak, melihat bagaimana reaksi Kun terhadap film tersebut. Ku lihat dia sangat tegang, apa dia takut? Itu kan film teman-temannya.

Ada adegan kuntilanak memakan ar*-ari, dan ku lihat Kun meringis. Apa karena dia kuntilanak pemakan bunga, jadi dia merasa adegan pada bagian itu seram? Namun seketika Kun tersentak, matanya terbelalak, diiringi dengan berdenyutnya nadiku. Pori-pori tanganku kembali membesar, menyebabkan bulu-bulunya berdiri.

"Itu, hantu yang di dalam film, ada di sini!!" Ucap Kun hingga membuat jantungku terjeda sesaat. Yang benar hantunya ada di sini?

"Dimana?" Gumamku pelan sambil menoleh ke segala sisi, dan tanpa sengaja aku menampik tangan seseorang yang berada di sampingku.

"Ah, maa.." Perkataanku terhenti, ketika kembali bertemu tatap dengan seorang wanita.

"Oh, maaf! Tidak sengaja." Ucapku sambil menatapnya. Dia adalah wanita yang tadi ku tabrak di meja tiket. Ia hanya terdiam, dan tak begitu memberikan aku respon yang bersahabat seperti sebelumnya. Aku pun mengabaikannya.

"Kamu lihat bangku yang kosong di depan sana?" Tanya Kun. Aku pun mengangguk.

"Sepertinya bangku itu di khususkan untuknya!"

"Yang benar? Kenapa dia menonton di sini juga?"

"Tentu saja, jangankan di buat film, di bicarakan saja, kami akan muncul di dekat kalian!" Aku mengernyit masam.

"Dan kalau kamu bisa melihat, di dalam sini.. Kuntilanaknya ada ratusan, bahkan lebih banyak dari pada jumlah manusia yang menontonnya." Ucap Kun, hingga lagi-lagi membuatku tercekat. Aku jadi kesulitan menenggak ludahku sendiri.

Pantas saja ya, setiap menonton film hantu, pasti merinding deh bawaannya. Ternyata mereka semua juga hadir ya?

Aku mengalihkan pandanganku pada Kun lagi, dan melihat ia sedang menutup telinganya. Ia mendengar suara apa sih?

"Mereka tertawa.. ada juga yang menangis.. berisik!" Keluh Kun sambil mengernyit dan menutup matanya. Ku lihat dari telinganya keluar darah.

Kenapa?

Ada apa?

Apa seberisik itu kah suara mereka? Untung saja aku tidak punya kemampuan indigo, jadi tidak bisa mendengar suara mereka meskipun aku bisa merasakannya. Bulu kudukku berdiri sejak tadi.

...

Film pun berakhir. Beberapa orang mulai meninggalkan ruangan ini. Ku lihat Kun hanya terdiam sambil menunjukkan wajah yang masam beberapa kali.

"Lihat!! Si bintang filmnya sombong!!" Keluh Kun. Apa maksudnya adalah si kuntilanak itu?

"Dia bilang dia populer di kalangan kami!!"

"Hah?" Aku melongo mendengarnya.

"Kenapa sih tidak bikin cerita kuntilanak lelaki saja?"

"Mana gue tahu, penulis filmnya udah bikin yang kayak gitu!"

"Kalau gitu nanti kamu yang buat cerita tentang saya, saya kan ada! Biar orang tahu!"

"Gue kan bukan penulis! Mana bisa buat cerita begitu!"

"Bisa!!"

"Lu cemburu ya?? Mau ngetop juga kayak mbak kunti?"

"Tidak tuh," Balas Kun, padahal aku tahu dia cemburu.

"Udah keluar semua nih orang-orangnya.. Ayo balik!" Ucapku seraya beranjak dari kursiku.

"Duluan aja ya!! Saya mau minta tandatangan mbak kunti dulu!" Ucap Kun seraya terbang ke arah depan. Ia meniruku memanggil temannya dengan nama mbak kunti.

"Kelihatan cemburu, tapi mau minta tanda tangan juga! Dasar setan!!"

.

***

.

Aku berada di lift bersama beberapa orang. Aku sejak tadi gelisah, di mana kini Kun berada? Apa dia sedang antri minta tanda tangan? Tapi lama sekali ya..

"Agam!!" Kejutnya padaku. Aku kian tersentak mendengar suara dan melihat Kun datang secara tiba-tiba di hadapanku. Aku melotot, menatapnya dengan sengit.

"Tanda-tangan!" Ucapnya sambil memamerkan sebuah kain putih dengan bekas cakaran berupa bercak darah di atasnya.

"Ini baju mbak kunti! Jadi tidak akan terlihat manusia!" pamer Kun dengan bangganya padaku. Ia pun menyimpan kain tersebut di antara bajunya.

Tiba-tiba saja Kun tersentak dan raut wajahnya berubah.

"Bau ayahmu!" Ucap Kun sambil melihat ke arah pintu lift yang terbuka. Seseorang segera keluar dari dalam lift tersebut sebelum pintunya tertutup.

"Bau ayahmu, memudar?!" Singkatnya lagi bertepatan dengan menolehnya wanita yang baru saja keluar tadi. Pintu lift pun tertutup, seolah menahan pandanganku dari wajah wanita itu.

Tapi tunggu dulu.. wanita itu kan??

Yang ku tabrak di meja tiket? Yang ku senggol di sampingku saat di dalam bioskop? Dan sekarang, ia satu lift denganku, padahal sejak tadi aku menunggu lumayan lama di dalam sana bersama Kun.

Apa jangan-jangan, wanita ini....

.

"Kun.." Bisikku.

"Ya?"

"Gue mau nanya.."

"Apa?"

"Lu bisa baca isi hati orang lain kan?"

"Kenapa?"

"Apa dari tadi, ada yang ngikutin gue?"

Ku lihat Kun hanya terdiam. Ia memutar bola matanya perlahan, dan terhenti tepat padaku.

"Ada!"

Ternyata benar.

"Dia itu.. sudah mengikutimu,"

"sejak aku ada bersamamu!"

"Apa?!" Aku tersentak dan mataku terbelalak.

Maksud Kun... apa?

.

.

.

Bersambung..

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

apa tuh perempuan selingkuhan nya bapak Agam

2024-02-18

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

🤣🤣🤣🤣🤭

2024-02-18

0

Regina Kimmie

Regina Kimmie

anjay sopan sekali s kun,sampe permisi segala🤣

2024-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!