Pertukaran Ludah

Pemandangan rumahku tampak hening dari luar. Ku dengar suara ibu-ibu yang bergosip sambil berbelanja sayur di sekitar halaman luar rumahku seperti hari-hari biasanya. Tukang sayur suka sekali berhenti dan mangkal di depan rumahku. Aku yang tengah memandang ke arah luar jendela pun menatap kembali penampakkan yang ada di hadapanku.

“Mau tidak?” Tanyanya lagi.

“Jelaskan.” Singkatku. Aku juga penasaran dengan tuan dan senjata yang ia maksud.

“Hn.. kamu tahu kan apa itu benda keramat?” Aku mengangguk.

“Benda keramat itu, adalah benda yang memiliki penunggunya."

"Biasa di bilang orang-orang sebagai benda yang angker...” Kun menoleh ke arah luar jendela. Mungkin karena sejak tadi aku memandang ke sana.

“Dan gudang itu adalah tempat saya di bunuh.. jadi tempat itu juga menjadi angker. Karena saya lah penunggunya.” lanjutnya.

“Angker apanya? Penunggunya gak serem sama sekali.” Gumamku dalam hati. Ia mulai berdiri dan melayang ke arah jendela.

“Tempat angker itu adalah kediaman saya, jadi ketika ada orang lain masuk, saya akan merasa terganggu.. sama hal nya juga dengan para manusia. Jika ada tamu yang datang dan berbuat seenaknya, kalian juga pasti akan merasa terganggu kan?” Aku mengangguk, karena perkataannya itu benar.

“Saya ingat, waktu itu kamu datang sendiri, jam dua belas malam. Awalnya mau saya bunuh, tapi saya ingin lihat apa yang kamu lakukan.” Aku menenggak ludah mendengarnya. Jadi dia ini akan membunuh siapa saja yang mengganggunya ya? Beruntungnya aku, dia tidak bisa membunuhku. Entah itu benar atau tidak, setidaknya dia tak membunuh atau mencoba menyerangku ketika pertama kali bertemu.

“Saya lihat kamu menandatangani lukisan saya dengan tinta darah, lalu kamu juga bersiul dengan lagu yang biasa saya siulkan semasa hidup dulu. Lagu wajib nasional ‘syukur’. Kebetulan sekali, cuma itu lagu yang saya suka dan saya tahu.” Aku mengernyit. Aku memang bersiul lagu itu, karena cuma lagu itu yang tiba-tiba terlintas di pikiranku. Tak ada yang khusus. Apa siulan itu juga yang menyelamatkanku?

“Saya pikir kamu mengerti saya. Lalu saya biarkan kamu menandatanganinya. Saya ingin lihat apa lagi yang kamu inginkan.”

“Besoknya kamu datang lagi, saya pikir kamu mau mengambil saya.. karena kamu sudah mengadakan perjanjian tertulis dengan saya. Tapi ternyata, kamu membawa banyak orang.. tertawa dan berisik.. saya terganggu.. saya masuk ke badan kamu, tentunya untuk membunuhmu.. Kamu lancang dan kurang ajar!!” Geramnya. Aku bergidik mendengarnya, namun Kun tiba-tiba saja terdiam.

“Tapi tidak bisa.” Lanjutnya lemas.

“Saya tiba-tiba saja bisa keluar dan menempel padamu. Selama enam belas tahun saya terkunci dan terbelenggu. Ketika saya terlepas, saya ikuti kamu sampai pulang ke rumah.”

“Jadi kamu tuan saya. Kamu telah mengadakan perjanjian dengan saya. Saya bisa ikut kamu kemana pun.” Terangnya sambil berbalik menatapku.

“Kamu bisa gunakan kekuatan saya...”

“Tapi dengan satu syarat.” Aku tertegun mendengarnya. Lambat-lambat ku kernyitkan alis hingga bertautan.

“Syarat apa?”

“.... Kita,

Harus menyatu.” Aku terperangah mendengarnya. Kedua mataku terbelalak dan terbuka lebar. Aku kaget bukan kepalang.

“Apa maksudnya itu?”

“Me.. menyatu apanya?” Aku memundurkan langkahku darinya.

“Jangan-jangan.. lu ini beneran jelmaan Lucinta luna.” Ia mengernyit bingung.

“Itu siapa? Kuntilanak juga?” sahutnya dengan wajah yang polos.

“Dia mana tahu dengan lucinta luna ya..” Gumamku dalam hati.

“Pokoknya dia lebih horor dari kuntilanak.” Sahutku asal.

“Begitu?”

“Apa kamu sedang berpikiran jorok barusan?” Tanyanya membuatku tersentak. Sedikit sih, sempat kepikiran juga kalau Kun ingin meminta yang tidak-tidak. Apa lagi yang terpikirkan pertama kali kalau mendengar kata dua orang yang harus melakukan penyatuan, kalau bukan hal yang seperti itu kan?

“Ma.. mana mungkin gue berpikiran begitu!” dalihku tergagap.

“Baguslah.”

“Kan baru mau saya jelaskan.. kalau penyatuan yang saya maksud itu adalah...

Pertukaran ludah.” Dan lagi-lagi perkataan Kun membuatku kembali tersedak ludah sendiri. Apa lagi yang ia maksud dan inginkan sih?

“Nah kan bener! Lu ini setan homo ya!!” Ia mengernyit mendengar tuduhanku.

“Kenapa sekarang pikiran manusia seperti setan ya?” Gumamnya hingga membuatku sedikit kesal. Tapi sepertinya dia benar.

“Terus tukaran ludah apanya yang elu maksud? Lu mau kita ciuman kan?” Terka ku, hingga membuatnya mendecakkan lidah tiga kali.

“Memangnya saya pernah bilang ciuman?” Aku tertegun.

“Saya bilang pertukaran ludah, bukan ciuman!!" Sahutnya kesal.

“Bedanya apa?”

“Beda! Kamu sering lihat manusia yang ketempelan hantu kan.. misalnya karena mereka meludah atau pipis sembarangan?”

“Biasanya, ludah dan air seni mereka itu di makan hantu, makanya jangan pipis dan meludah sembarangan! Nanti kalian malah tanpa sengaja jadi menyatu.” Aku mendengus menahan tawa.

“Begitu? Pantas saja, kalau ada yang meludah di tempat angker, biasanya sering kesurupan atau yang macam-macam lah.. seperti ketempelan juga.” Gumamku lagi dalam hati.

“Terus apa untungnya melakukan penyatuan begitu?” ia terdiam mendengar pertanyaanku. Ia menengadahkan kepalanya ke atas sesaat.

“Kalau kamu memakan ludah saya, kamu bisa memiliki kekuatan saya, kalau saya memakan ludahmu, saya bisa merasakan perasaan manusia. Tapi, ada baiknya kalau saling bertukar kan.” Jelasnya.

“Jadi.. ayo sekarang, lakukan.” Ucapnya sambil menghampiriku.

“Berikan saya ludahmu.” Pintanya, terdengar seperti sedikit memaksa padaku. Aku hanya menghela napas panjang. Dan duduk di ujung tempat tidurku sambil menumpu tubuhku dengan kedua tangan yang ku letakkan di belakang.

“Kalau gue gak mau?” Kun terdiam. Ia mengernyit dengan kedua mulutnya yang tertutup rapat.

“Lu tetep sama gue, tapi gue gak mau kita menyatu. Lagian buat apa juga gue punya kekuatan elu, dan apa elu pengen ngerasain jadi manusia? Manusia gak enak kok, setengahnya setan setengahnya siluman.”

“Bukan berarti gue ngusir lu kok.. lu masih bisa ikut gue.” Ucapku hingga membuat Kun mengubah raut wajahnya menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

“Yasudah.” Balasnya mengalah.

....

Setelah bercerita cukup lama padanya, aku pun mengambil ponselku. Harusnya aku istirahat sekarang, tapi ku rasa tubuhku sudah normal dan sehat-sehat saja. Apa karena sudah minum obat? Atau karena tubuhku mulai bersahabat dengan makhluk ini?

Aku berbaring di kamar sambil memainkan ponsel, dan mencari tahu mengenai kuntilanak laki-laki di google. Di sana, aku membaca kalau mereka memang ada. Kalau kuntilanak perempuan menyukai lelaki, ku kira kuntilanak lelaki juga menyukai perempuan, tapi ternyata mereka juga suka dengan lelaki. Apa jangan-jangan karena menyukaiku, jadi Kun ingin ikut denganku?

Aku pun menoleh ke arah Kun yang sedang duduk bersila, melayang di depan lemari komikku. Ia melihat salah satu koleksiku dan mengambil random. Ku lihat ia memegang komik bajak laut.

Kalau di lihat-lihat sih, dia tidak aneh. Tidak seperti suka lelaki, atau menempel-nempel padaku. Dari tadi dia sibuk sendiri, dan kelihatannya hanya tertarik dengan benda-benda milik manusia, seperti komik, laptop, mp3 player, ps, dan juga tv. Mungkin di zamannya hidup, benda itu belum ada ya?

“Agam..” sapanya hingga membuatku melirik.

“Hn.”

“Ini sambungan bukunya mana?” aku pun beranjak duduk mendengarnya. Menatap komik yang sedang ia pamerkan padaku.

“Oh, itu lu baca yang baru terbit. Palingan edisi terbarunya minggu depan. Tapi kalau lu mau baca sekarang, bisa baca di google kok.”

“Google itu apa?”

“Hah?” aku mendesah mendengarnya. Zaman dia hidup belum ada google kah? Bagaimana cara menjelaskannya?

“Gak penting kok.” Sahutku. Aku benar-benar malas menjelaskannya. Pasti ceritanya akan panjang.

“Cerita bergambar ini bagus ya. Kalau kamu pergi untuk membelinya, saya mau ikut. Mau cari cerita kuntilanak superhero.” Ucapnya gamblang, membuatku tertawa geli saking lucunya.

“Mana ada yang kayak gitu!” Balasku sambil tertawa. Ku lihat ia kembali menaruh komikku ke tempat semula. Sungguh bermartabat sekali setan yang satu ini. Eh, tapi dia kan hantu, bukan setan.

Ia pun kembali melayang ke meja belajarku, dan menatap laptop yang berada di atas sana.

“Ini apa ya? Tv?" tanya Kun sambil menunjuk laptopku.

“Itu laptop.”

“Laptop?” Ia sedikit kaget.

“Sejenis komputer, tapi bisa di bawa kemana-mana. Tahu komputer kan?”

“Woah!! Perasaan waktu itu benda ini sebesar tv tabung.”

“Sekarang komputer juga udah pake LCD, bukan tabung lagi. Jadi lebih tipis.” Ia mengalihkan tatapannya padaku.

“Itu apa?? Yang di tanganmu?”

“Ini?” Tanyaku sambil menatap ponsel yang ada di tanganku.

"Iya, sejak tadi kamu menatapnya. Apanya yang bagus dari benda persegi panjang itu? Terus itu apa?"

“Ini ponsel. Mirip telepon, tapi bisa di bawa kemana-mana juga.”

“Woah, pantesan tidak ada kabel.” Sahutnya takjub.

"Tapi kamu tidak menelepon siapa pun? Atau kamu sedang mengirim pesan pada seseorang?" Aku terdiam mendengarnya. Yaa, zaman dia kan belum ada medsos. Jadi yang dia tahu, fungsi telepon ya untuk menelepon dan mengirim pesan saja.

Tapi gila ya.. dia benar-benar hantu yang lucu. Pertanyaannya unik-unik. Aku yang selalu sendirian karena anak tunggal pun jadi merasa punya adik. Kalau ku tunjukkan cara menyetak gambar dari laptop ke printer, pasti dia kaget sekali. Haha! Kok bisa gambar keluar dari kotak itu.. pasti komentarnya begitu.

Krururuk..

Tiba-tiba saja perutku berbunyi. Lapar sekali. Memangnya sekarang sudah jam berapa sih?

Aku pun melihat jam yang ada di ponselku. Pantas saja lapar, ini sudah hampir jam dua belas siang. Waktunya makan siang, sebelum shalat dzuhur. Aku beranjak dari tempat tidurku, membuat Kun menatap ke arahku.

“Mau kemana?”

“Makan.” Sahutku sambil berjalan keluar. Ia pun mengikutiku keluar kamar. Aku berjalan ke dapur, dan ia menghentakkan kakinya menuruti langkahku. Mungkin seperti ini yang ia lakukan pagi tadi, sampai-sampai aku merasa takut dan risih. Dasar!

***

Kun menatapku tak berkedip. Ia melihatku makan dengan lahapnya. Apa ia juga mau makan? Apa ia juga bisa merasakan lapar? Dari pada penasaran, sebaiknya aku cari saja di google, apa makanan dari hantu ini.

“Saya lapar juga.” Ucapnya tiba-tiba hingga membuatku tersedak.

“Hantu makan juga?”

“Memangnya kamu pikir sesajen itu buat apa? Buat kasih makan curut?" Sahutnya ketus.

“Yaudah, makan sama-sama.” Ucapku hingga membuatnya meringis melihat makananku. Ekspresi apa itu? Jijik atau tidak nafsu? Padahal makanan mereka lebih seram dan menjijikkan dari pada makanan manusia kan? Dasar, setan!

“Saya tidak makan itu. Terus itu apa lagi? Yang kotak-kotak?” tanyanya penasaran sambil menunjuk ke arah tempe goreng di atas piring.

“Ini juga, kenapa ayamnya di buat begitu? Keras? Ayam mentah yang masih hidup kan enak, tapi saya gak makan itu.”

“Ini namanya ayam goreng! Lagian tau ayam mentah enak dari mana? Lu aja gak makan itu!” Ia tertawa mendengar ocehanku. Apa dia kira aku bercanda? Aku kan sedang serius.

“Memangnya lu mau makan apa?” Tanyaku kesal. Ia terus mengomentari makananku dari tadi. Menghilangkan selera makan saja!

Belum sempat ia menjawab, aku sudah mendapatkan jawabannya di google. Ponselku langsung terjatuh saking kagetnya, ketika membaca makanan dari jenis Kun ini. Di sini tertulis, kalau mereka memakan buah zak*r. Buah zak*r itu kan? Telorku? Gila.. gak salah? Dengan gemetaran, ku ambil ponsel yang ku jatuhkan di atas meja dan menatapnya.

“Saya suka makan bu...”

"Bu apa?!” Sergapku hingga membuatnya terdiam dan sepertinya sedikit terkejut.

“Buah z*kar kah? Apa bentar lagi dia mau makan punya gue?” Gumamku panik dalam hati.

“....Bunga melati.. mawar juga boleh. Ada?” ucapnya hingga membuatku menghela napas lega. Dasar, ku kira ia mau minta buahku.

“Beneran lu makan itu?” Ia mengangguk.

“Kenapa?”

“Bukannya lu makan buah z*kar ya?”

“Apa itu buah zak*r?”

“Eh, ni hantu pura-pura **** apa gimana sih?”

"Ini loh, telor yang disini!!” Ucapku sambil menunjuk ke arah bawah selangkanganku. Ia mengernyit lalu kembali mendatarkan wajahnya.

“Ada yang makan itu, tapi saya tidak. Lagian dari mana kamu tahu?”

“Bohong ya lu.. entar pas gue tidur, lu makanin juga!”

“Enggak! Manusia kan ada yang vegetarian, nah itu saya, tapi versi hantunya.” Aku menghela napas kasar.

“Yaudah, kalau lu mau makan itu.. kayaknya ada deh di taman.” Ucapku sambil mengajaknya pergi ke taman bersama. Ku lihat dia bisa menyentuh benda-benda manusia, jadi ku suruh dia bantu buat metik makanan dia sendiri. Emangnya dia pangeran di sini, minta di sediain.

“Bunganya banyak.. ibu yang tanam?” Ucapnya seolah sudah benar-benar dekat dengan keluargaku. Padahal baru satu hari dia membuntuti ku.

“Menurut lu? Yakali gue yang tanam.” Balasku sambil memetik bunga dan meletakkannya di atas piring.

“Mawarnya dikit aja, saya lebih suka melati.”

Aku terdiam. Sejak tadi memang ku lihat dia lebih banyak memetik bunga melati ibu ketimbang mawar. Baguslah, kalau mawarnya hilang, pasti bakal ketahuan karena dia berbunga satu satu dalam setiap batang. Kalau melati, ibu pasti gak bakalan tau, karena ada banyak.

“Ini udah?” tanyaku sambil menyodorkan sepiring penuh bunga melati dan beberapa bunga mawar. Ia hanya mengangkat jari jempolnya ke hadapanku.

Kami pun kembali ke dapur dan makan bersama. Ku lihat ia makan dengan lahapnya. Sepertinya makanan Kun memang bunga melati. Baguslah. Kalau yang datang padaku kunti jenis lain yang makan buah z*kar, ****** deh aku. Masak buahku nanti tinggal satu karena habis di makan satu.

.

.

.

*Author POV

“Kok pulang cepet sih Din, kan baru jam lima. Biasanya juga kamu ambil lembur sampe malam.” Ucap salah satu teman kantor bu Dinda, Ibu Agam.

“Yah, mau gimana lagi Jeng, anak saya lagi sakit.”

“Anakmu? Si ganteng Agam?”

“Iya.. dari kemarin mukanya pucet. Kalau di tanya jawabnya pasti gak apa-apa. Mau di anterin ke rumah sakit juga dia gak mau.”

“Ya iyalah Din. Anak udah gede kok mau di temenin gitu. Risih lah dia. Entar di ejek temen-temennya loh, kalau Agam anak mama.”

“Iya sih.. tapi yang namanya orang tua, mau gimana pun juga pasti tetep nganggep anak bujangnya masih kecil.”

“Aduh Din, anak ku udah nikah semua sih, jadi pengen punya anak remaja tanggung lagi.”

“Ya bikin aja dong Jeng.”

“Eiih, kamu Din.. Gak lah, dua anak juga cukup.” Ibu Dinda hanya tertawa mendengarnya.

“Yaudah, aku balik duluan ya Jeng.”

“Hati-hati Din.”

*Author POV End

.

.

.

Aku berada di depan meja komputerku. Seperti biasa, meskipun aku tidak sekolah, aku harus tetap belajar. Aku yang sedang belajar tiba-tiba saja mendapat telepon dari Maxim. Tumben-tumbenan dia meneleponku. Biasanya tidak pernah.

“Males juga ngangkatnya, mana pas gue lagi belajar lagi.” Gumamku sambil mengecilkan volume ponsel milikku.

Tak lama kemudian, dari arah luar terdengar suara teriakkan ibu. Aku pun mengernyit dan dengan sigap keluar dari dalam kamarku untuk menemuinya. Apa yang ia lihat sampai berteriak sekencang itu? Lihat ular masuk pekarangan rumah kah?

“AGAM!! GAM!!” Pekik ibuku, terdengar begitu panik.

“Kenapa bu?” Tanyaku sigap ketika telah berada di depan rumah.

“Ini loh Gam, kok bunga ibu jadi gini?” Tanya ibuku panik sambil terus memperhatikan dan mengelus bunga-bunga miliknya. Ku lihat, Kun menyusulku dari belakang. Apa dia kaget juga karena ibu teriak-teriak?

“Emang bunganya kenapa bu?”

“Ini loh.. mawarnya hilang lima, melatinya juga pada kemana? Pagi tadi di sebelah sini masih banyak!” Kata ibu hingga membuatku tersedak. Gila, sampai jumlah dan letaknya pun ibu tau. Memang, manusia yang bernama ibu ini serba tahu ya, jadi susah untuk dibohongi.

“Perasaan emang kayak gitu deh bu dari kemarin. Gak hilang.”

“HILANG!!”

“Ibu tahu kok. Ibu yang siram tiap hari, jadi ibu tahu kalau ini hilang.” Aku mengernyit sambil menoleh ke arah Kun, dan kembali menatap ibu.

“Agam.. gak tahu bu.”

“Hah!! Jangan-jangaaaan...” Wajah ibu seketika berubah panik.

“Ibu tahu!! Ibu tahu siapa pelakunya!!” ucap ibu dengan kedua mata yang terbuka lebar.

“Yang makan ini, pasti hantu lelaki putih yang semalam ada di depan kamarmu!” aku terkesiap kaget mendengarnya. Aku langsung menoleh ke arah Kun yang sedang memasang wajah datar ke arah kami.

“Da.. dari mana ibu bisa tahu?”

“Kalau yang makan bunga-bunga ibu, adalah Kun?” Gumamku dalam hati.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

🤣🤣🤣di kira jeruk minum jeruk

2024-02-16

0

Khalifatinadhwa Adhwa

Khalifatinadhwa Adhwa

gammm 😭 ngakak

2024-02-15

0

IG: _anipri

IG: _anipri

aku ngakak astaga

2023-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!