Diikuti

Trek..

Bunyi suara pintu berderit. Seseorang membuka pintu kamarku. Aku yang masih terduduk di depan meja belajar dan menghadap komputer langsung menoleh ke arah pintu. Ku dapati ibuku sedang menatapku dengan ragu. Ia hanya menjulurkan kepalanya saja, dengan tubuh yang masih berada di balik pintu.

“Kenapa bu?” Tanyaku heran dengan raut wajah tegang.

“Mmmm..” Ibuku mengernyit sambil melirikkan matanya ke sisi samping sesaat, lalu kembali menatapku sambil membuka pintu kamarku seluruhnya. Ia masuk lalu menghampiriku.

“Kamu mandi air panas ya.. udah ibu siapin.” Aku mengernyit, menatap ibu yang membawa ceret berisi air panas ke kamar mandiku.

“Kok tumben?”

“Udah ibu siapin.. tinggal mandi aja. Ya..” Aku pun mengangguk. Ibu tersenyum cepat lalu pergi dari dalam kamarku. Jujur, aku melihat tatapan ibu lebih kepada sebuah kekhawatiran padaku.

Ada sesuatu yang tidak ku sadari. Aku pun menoleh ke arah jendela kamar, dan mendapati hari masih gelap. Ku alihkan tatapanku pada jam di meja belajarku. Ternyata sudah masuk waktu subuh. Jadi semalaman aku tidak tertidur dan terjaga. Beberapa menit setelah lukisanku tumbang disertai dengan padamnya listrik di rumahku, aku segera menyembunyikan kanvas berisi pesan tertulis itu. Tak lama setelahnya lampu kembali menyala.

Bagaimana aku bisa terlelap, aku terus kepikiran pesan yang langsung tertulis setelah aku melukis dan mengajaknya berbicara. Jadi.. apakah Dia itu benar-benar ada? Sepertinya dia memang ada.. dan apa maksud pesan darinya? Kenapa dia mengajakku untuk sama-sama membunuh pelakunya?

Dan satu hal lagi yang membuatku tak bisa tidur adalah.. apakah hari ini adalah hari kematianku? Bukankah Max bilang, kalau hidupku tinggal satu hari lagi? Setelah aku mengalami kejadian nyata ini sendiri, aku jadi tidak bisa menganggap perkataan Max sebagai hal yang remeh belaka.

Trek...

Pintu kamarku kembali terbuka. Dan lagi-lagi ibu mendatangiku.

"Belum shalat subuh, nak?" Aku terdiam meskipun tak sedang melamun.

"Habis mandi, bu." sahutku.

“Belum mandi juga?” Aku terkesiap. Dengan segera aku beranjak dari tempat dudukku dan mengambil handuk yang berada di dekat samping pintu toilet kamar. Aku masuk ke dalam kamar mandi tanpa menghiraukan lagi ibuku yang masih menatapku dengan raut bingung dan khawatir.

Aku berjalan perlahan ke kamar mandi, dan menggantung handukku di cantelan dinding. Aku terdiam cukup lama, menatap uap air panas yang membuat cerminku berembun. Harusnya aku segera memandikannya, sebelum air itu kembali dingin. Di sela-sela menggosok gigi, aku memandangi wajahku sendiri di dalam cermin.

Pernah tidak kalian terus-menerus memandangi wajahmu sendiri di cermin? Tanpa berkedip? Apa yang kalian lihat? Apa yang kalian rasakan? Kenapa semakin lama aku menatap wajahku sendiri, rasanya wajahku berubah tua dan mengerikan. Tatapan mata yang mengerikan. Seperti orang lain...

Saat sedang asik saling tatap dengan diriku sendiri, cermin di kamar mandiku tiba-tiba saja retak. Padahal tidak ku sentuh sama sekali. Aku terkesiap kaget dan mundur beberapa langkah. Aku mengernyit. Aku bingung, kenapa juga cerminku tiba-tiba saja pecah? Aku menelisik, menatap cerminku lekat-lekat dalam jarak beberapa langkah. Takut serpihan kaca tersebut akan mengenaiku.

Segera aku berkumur dan menyirami tubuhku dengan air hangat. Menyikat tubuhku dengan sabun dan keramas. Setelah menghilangkan semua busa di tubuh, aku segera mengeringkan tubuhku dengan handuk dan tidak lupa mengambil wudhu sebelum keluar dari kamar mandi. Aku menarik gagang pintu dan membukanya.

“Suara apa itu Gam?” Tanya seseorang yang telah berdiri di depan pintu kamar mandi hingga membuatku terperanjat kaget. Jantungku hampir melompat ke luar. Aku terkejut sekali melihat ayahku telah berdiri di depan pintu. Aku mengusap dadaku yang berdegup kencang, menatap ayahku dengan mata yang terbelalak sambil bernapas terengah-engah.

“Kenapa kamu? Kaget Gam sama ayah?” Tanya ayahku heran. Kakiku tiba-tiba saja lemas saking kagetnya.

“Ayah kok tiba-tiba muncul gitu?!”

“Tadi ayah masuk ke kamar kamu, tapi gak sengaja denger suara benda pecah di dalam sana.. kamu ngapain sih?” Aku tercekat mendengarnya.

“Mandi lah yah.” Singkatku.

“Gak nganeh-nganeh kan?” Aku mengernyit.

“Maksud ayah?”

“Minggir, ayah mau cek kamu abis ngapain!” Ucap ayahku sambil mendorong pelan tubuhku menjauhi pintu. Aku pun menatap ayah yang mulai masuk ke dalam kamar mandiku.

“Gam.. Agam!” Panggil ayah dari dalam.

“Hn?”

“Kamu nulis apa di dalam sini?” Tanya ayahku hingga membuatku mengernyit dan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk melihatnya.

“Apa yah?” Tanyaku sambil menatap ayah.

“Udah hilang, tapi kayaknya kamu nulis sesuatu pas kacanya berembun.” Gumam ayahku sambil menahan satu tangannya di dinding dan memperhatikan cerminku lekat-lekat.

“Nulis? Agam gak nulis kok yah.”

"Masa' sih.. Tapi ini apa?" Tunjuk ayahku pada sebuah bekas sidik jari yang telah memudar karena uap yang kian menghilang. Aku mengernyit, berusaha mengartikan guratan yang nampakknya membentuk sebuah tulisan.

"Kok bisa retak ya?" Gumam ayahku ketika tak mendapat jawaban.

"Ini berembun?"

“Kamu mandi air panas ya?”

“Ibu yang suruh.”

“Oh, mungkin aja kacanya udah lama dan tipis, jadi pas kena uap panas jadi pecah.”

“Nanti ayah ganti yang baru.” Ucap ayahku sambil keluar dari kamar mandiku.

“Cepetan ganti baju trus shalat, ibu udah siapin sarapan di dapur.”

“Oke, yah.” Ayahku pun keluar dari dalam kamar.

Karena penasaran, aku kembali masuk ke dalam kamar mandiku. Menatap cermin yang sudah retak, namun masih tetap tertempel di dinding. Aku menilik, memang seperti ada bekas sidik jari.. tapi tulisannya tidak tahu apa.. Aku mengernyi dalam.

Aku pun mendekat ke arah kaca, namun tiba-tiba tubuhku nyaris terpelanting ke belakang karena reflek menghindar dari kaca yang pecah. Aku terkejut dengan serpihan cermin yang terlepas dari dinding.

Hampir saja itu menghantam wajah dan kepalaku, kalau seandainya aku tidak sigap dan menghindar. Mungkin sudah ada darah yang berceceran dari wajahku. Aku melihat pecahan cermin itu di atas lantai. Apa dia benar-benar mau membunuhku?? Ini pasti ulahnya kan?

“Gam.. apa lagi itu?” Teriak ibuku dari arah dapur. Mungkin saja ia kedengaran suara pecahan kaca ini.

“Gak, bu..” Ucapku sambil keluar dari dalam kamar mandi. Aku segera melaksanakan shalat subuh, dan mengaji.

Buru-buru aku memakai seragam sekolah dan bergegas ke dapur. Sepertinya ayah dan ibu sudah menungguku sejak tadi di situ.

Dan benar saja, ku lihat mereka duduk berdua dengan wajah yang tegang, membiarkan makanan yang ada di hadapan mereka menjadi dingin. Aku menggerek kursi dan duduk di hadapan mereka.

“Semalam mati lampu bu.” Ucapku berbasa-basi sambil mengambil piring. Ibu menatapku datar sambil menyedokkan nasi ke atas piringku dan piring ayah.

“Iya.. ibu tau.” Aku terdiam sambil menyomot beberapa tempe goreng di atas meja. Dan menyirami nasiku dengan kuah sayur bayam.

“Kamu semalaman gak tidur kan?” Ucapan ibu membuat tubuhku mematung. Aku melirikkan mataku memandangnya.

“Makanya ibu suruh kamu mandi air panas.. kalau enggak, nanti kamu bisa demam.”

Keheningan tercipta di dapur kami. Aku menenggak ludah sebelum melanjutkan.

“Ibu.. tahu dari mana Agam gak tidur?” Ibu menghela napas. Menatap nasi yang ada di hadapannya.

“Semalam ibu keluar kamar buat nyalain lilin di kamar ibu, di ruang tengah, sama di kamar kamu. Tapi...” Perkataan ibu menggantung, membuatku penasaran saja.

“Tapi kenapa bu?”

“Apa kamu gak ngerasa ada sesuatu yang aneh di dekat kamu gitu?” Aku menggeleng.

“Enggak.”

“Tapi kok, ibu kayak ngeliat sesuatu di depan pintu kamar kamu..” Ucap ibu hingga membuat tubuhku merinding seketika. Mimik wajahku langsung berubah, dan ku harap.. ibu dan ayah tak menyadarinya.

“Maksud ibu?”

“Iya.. maksud ibu, ibu liat sesuatu di depan pintu kamar kamu pas ibu mau bawain lilin. Ibu kira, ibu salah lihat.. tapi, pas ibu ngeliatnya dengan seksama, dia bergerak, dan masuk ke dalam kamar kamu..” Aku tersentak, nyaris tersedak ludahku sendiri.

“Ibu coba ngedeket ke kamar kamu, ibu liat.. ada penerangan di dalam kamar kamu. Lampu hp.. jadi pasti kamu belum tidur kan?” Aku terdiam. Tentu saja aku belum tidur, karena waktu itu.. aku kan sedang melukis anak yang meninggal itu.

“Tapi.. badan ibu waktu itu rasanya jadi gak enak. Panas dingin.. ibu juga merinding, jadi ibu takut banget buat masuk ke dalam kamar kamu.” Terang ibu lagi.

Aku menghela napas lega. Setidaknya ibu jadi tidak tahu pesan yang tertulis di atas kanvas. Kalau saat itu ibu langsung masuk, pasti dia juga akan terkejut melihat lukisanku di lumuri pesan darah seperti itu.

“Kok kamu kayak lega gitu, Gam?” Tanya ayah hingga membuatku tersentak. Ternyata sejak tadi ayah diam sambil memperhatikan ekspresiku.

“Lega apanya yah? Gak kok.”

“Ibu.. salah liat kali karena terlalu takut.. Agam gak ngerasa apa-apa tuh.”

“Ibu gak salah liat kok.” Timpal ayahku.

“Pas pulang kerja, dan kamu masih tidur di kamar.. ayah juga liat apa yang ibu kamu liat..” Aku mengernyit.

“Dia berdiri di depan pintu kamar kamu.”

“Ayah lihat juga?” Tanya ibuku takjub.

“Emangnya.. kalian liat apa sih?” ibu dan ayah terdiam. Mereka saling menatap satu sama lain, kemudian kembali menatapku.

“Laki-laki pakai baju putih.. rambutnya juga putih.” Ucap ayah dan ibu serentak.

“Kakinya gak napak.” Tambah mereka lagi. Jujur, perasaan aneh tiba-tiba menyeruak dalam diriku. Membuat sekujur tubuhku menggigil dan gemetaran. Aku terdiam, dan ku rasa darah kesulitan mengalir di wajahku. Ku mohon jangan buat wajahku pucat pasi. Kedua tanganku dingin, tapi tengkukku malah panas dingin.

Laki-laki berambut putih? Berbaju putih? Itu kan.. itu kan.. itu kan lukisan yang ku gambar semalam? Apa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku kesini?

Aku pun mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan dengan cepat, tanpa menghiraukan ekspresi heran dari kedua orang tuaku yang tengah duduk di depanku. keringat dingin mulai mengucur dari pelipisku, hingga tanpa sadar membasahi poni depanku. Aku menyeka keringatku sendiri sambil bernapas terengah-engah. Sesak sekali rasanya. Jantungku juga berdenyut-denyut diselingi dengan rasa panas dalam sudut perutku. Si*l, aku merasa mual, dan hampir memuntahkan makanan yang baru saja aku makan.

“Kamu kenapa, nak?” Tanya ibu hingga membuyarkan lamunanku.

“Muka kamu kok tiba-tiba pucat gitu? Kamu sakit?” tanya ibu lagi.

Ayah hendak menyentuh dahiku, namun tanpa sadar aku malah menepis tangan ayah sebelum sampai pada tubuhku. Tentu saja hal ini membuat ayahku terkejut, apalagi aku. Karena aku tak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya, kecuali ketika aku dalam keadaan panik dan takut.

“Maaf, yah..” Ucapku ketika menyadari ketidak sopananku padanya.

“Kamu sakit ya?” tanya ibu sambil menempelkan tangannya ke dahiku. Seketika ia menarik tangannya lagi dengan cepat dengan raut wajah kaget.

“Panas banget!!” Keluh ibu sambil mengusap punggung tangannya.

“Wah.. kalau kayak gini, ibu gak jadi ke kantor deh. Mau nemenin kamu di rumah. Atau kamu mau ibu antar ke rumah sakit?” Aku menggeleng.

“Agam gak apa-apa kok bu.”

“Tapi kamu panas loh.. muka kamu pucat.. kayaknya kamu udah sakit dari kemarin deh.”

“Gak.. Agam cuma gak enak badan aja.. mungkin karena semaleman gak tidur sampai pagi.” Ibu menatapku khawatir.

“Ibu berangkat aja ke kantor. Agam bisa jaga diri kok. Ibu izinin aja Agam ke wali kelas, biar hari ini gak usah sekolah.” Ibu terdiam sesaat.

“Beneran?” Aku hanya mengangguk lemah.

“Lagian ini juga udah hampir jam kerja.. kita harus berangkat.” Ucap ayah seraya beranjak dan menaruh piring bekas makannya ke wastafel. Ibu masih saja menatapku.

“Beneran bu, gak apa-apa.” Ucapku berusaha meyakinkan ibu lagi. Ibu pun tersenyum seraya ikut membereskan piring bekas makanku dan juga piringnya.

“Kalau kamu ngerasa gak kuat lagi, kamu telpon ibu ya.. biar ibu bisa izin, terus nemenin kamu.”

“Gak usah bu.. ibu fokus kerja aja.” Sahutku lagi.

“Bu.. Ayah udah mau berangkat nih..” kata ayah yang sudah berdiri di depan pintu keluar.

“Baik-baik ya nak.. Jangan lupa istirahat dan minum obat. nant ibu telpon lagi.” Ucap ibu seraya mengusap kepalaku sesaat dan pergi menyusul ayah.

Aku mengantar mereka berdua sampai ke depan rumah. Dan melambaikan tangan ketika mereka hendak pergi keluar dari halaman rumah. Di dalam mobil, ibu masih saja menatapku dengan tatapan penuh kekhawatiran. Terkadang ibu lupa umurku sudah berapa, ia masih saja menganggapku seorang anak kecil yang harus di jaga, di rawat dan di temani ketika sedang sakit.

Setelah ku rasa mobil mereka menjauh dan tak terlihat lagi, aku pun masuk kembali ke dalam rumah dan menutup pintu. Entah kenapa, kesendirianku ini rasanya benar-benar mencekam dan sangat menggangguku.

Terlebih ku rasa tubuhku benar-benar merasa tidak enak, apalagi saat ayah dan ibu membicarakan sosok yang mereka lihat di depan pintu kamarku semalam. Apa hal yang ku lakukan semalam malah membuatku memanggilnya? Atau, aku sudah memanggilnya sejak awal, saat aku datang ke gudang?

Sudah dari pagi juga tidak enak.. di tambah cermin di kamar mandiku harus retak dan pecah, padahal tidak ku sentuh sama sekali. Aneh sekali... aku sedikit merasa tenang pagi tadi ketika selesai shalat subuh, apa itu tanda kalau aku harus lebih banyak berdoa? Mungkin saja ibadahku akhir-akhir ini berkurang.. terlebih kemarin aku malah meninggalkan dua shalat wajibku karena ketiduran. Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu.. aku juga tidak menyangka kalau aku harus tertidur sampai bangun larut..

Aku berjalan ke arah dapur, menghampiri kotak p3k yang ada di rumah. Aku sudah selesai makan, dan waktunya sekarang untuk meminum obat penurun panas dan demam. Aku pun mengambil satu pil sebesar kuku jempolku. Mengambil segelas air putih dan meminumnya.

Aku harus banyak istirahat sepertinya.. tubuhku lelah beberapa hari ini. Aku menutup keran dispenser setelah menuangkan segelas air tadi. Namun kenapa tubuhku terasa kaku. Mataku mulai melirik sekitar, tanpa membuat kepalaku ikut bergerak.

Rasanya.. rasanya seperti sedang di tatap.. sedang di lihat dan di awasi.. Tapi di mana? Di kanan? Di kiri? Di bawah? Atau di atas? Dengan perlahan aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan rumahku yang lumayan besar. Bahkan aku sampai melirik ke bawah dan juga atas langit-langit..

Sepertinya karena terlalu lelah, aku jadi banyak berkhayal.. sebaiknya aku beristirahat dulu.

Aku berjalan menuju kamar, namun seketika aku langsung menoleh ke sisi belakang. Karena perasaanku tidak enak, dan sepertinya aku baru saja menangkap sesuatu yang ada di belakangku. Tapi saat aku berbalik, tidak ada apa pun di sana.

Salah lihat kah??

Tapi kenapa rasanya tidak tenang begini? Aku juga lihat seperti ada sesosok yang sedang berdiri tadi. Segumpal besar, warna putih.

“Si.. Siapa ya?” Gumamku pelan. Yang terdengar hanya suara detikkan jam dinding, deru mesin kulkas dan juga oksigen dari akuarium.

Aku menggelengkan kepalaku sambil menghela napas. Melangkahkan kakiku kembali menuju kamar.

Tap.. tap.. tap...

Suara langkah kakiku, tapi kenapa terdengar suara langkah susulan setelah aku? Aku kembali menggelengkan kepalaku. Suasana di rumah ini entah sejak kapan menjadi sedikit panas sepagi ini. Padahal kelihatannya udara di luar benar-benar sejuk.

Ketika aku melangkahkan kakiku, dan aku kembali tersentak dengan suara benda jatuh dari dalam kamarku. Aku pun bergegas berlari dan membuka pintu kamar.. dan aku terbelalak, melihat apa yang ada di dalam kamarku.. Lagi-lagi sebuah pesan? Bertuliskan..

“Aku bersamamu?”

.

.

.

.

.

Bersambung..

.

.

.

.

Hai readersku tersayang..

aku mau kasih tau pengalaman nyata yang aku alami pas lagi nulis novel K.U.N ini

Kalian tau kan bab bukan lukisan itu? Dimana Agam salah menandatangani cermin yang ia kira lukisan

Aku udah nulis chapter ini jauh2 hari di laptop aku, tanggal 20-06-2020 tepatnya bulan lalu, jadi cerita di mana Agam melihat hantu di cermin sudah ku tulis pada bulan lalu

 

dan pada tanggal 30-06-2020, aku iseng-iseng chat sama temen aku, karena kami pakai bahasa daerah, jadi chatnya udah aku translate ke bahasa Indonesia, isi chatnya kayak gini

 

Aku nanya dia ada di kamar ato gak pas malem, tanggal 30-06-2020

niatnya cuma mau nakutin dengan bilang, "Liat cermin deh, ada hantu!"

Tapi gajadi, karena keinget lagi di rumah kakak dan tidur sendirian. Dari pada abis nakutin org malah takut sendiri kan gak lucu ya!

Tapi besoknya, tiba-tiba dia ngirim foto cermin dong, dan ada bayangan serem di foto itu.

Langsung keinget sama bab yang udah aku tulis tentang hantu yang ada di cermin..

Padahal temen aku gak tau sama sekali tentang cerita yg ku tulis..

dan update bab-nya pun bulan ini, tepatnya tanggal 07-07-2020,

sumpah kaget banget sama kebetulan ini!!

dan lagi, tiba-tiba foto yang ke save di memo aku jadi blur, padahal sebelumnya enggak sama sekali, bagus2 aja gambarnya..

tapi pas mau speak tentang ini, dan mau up gambarnya, malah blur kayak gini

temenku udah gak ngesave foto ini lagi, jadi gak bisa minta foto yang kualitas baik tanpa blur T,T

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

gambarnya tak skip...takut baca malem2

2024-02-16

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

serem...

2024-02-16

0

Sri Dewi Sri

Sri Dewi Sri

bahasa mu kyk bhsa melayu sambas

2023-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!