Kesurupan?

Aku terdiam. Bukan pasal ketakutan atas apa yang barusan ia katakan, tapi aku tidak mengerti, dan tidak dapat mencerna maksud dari kalimatnya itu. Maksud dari ceritanya itu. Sulit... jalan ceritanya rumit.

“Maksud lu apa sih?” Tanyaku heran.

“Gue rasa lu cukup pinter buat nangkep apa maksud dari ucapan gue tadi.” Balas Maxim padaku. Aku kembali terdiam beberapa saat, sampai akhirnya aku menyembur tawa yang sempat tertahan. Maxim dan yang lainnya hanya mengernyit heran menatapku. Mungkin saja mereka bingung kenapa aku tertawa seperti itu.

“Jadi..”

“Jadi lu percaya cerita begituan?” Balasku lagi padanya, hingga ia sedikit melongo menatapku.

“Max.. Max.. ini udah zaman apa sih? Kok lu masih jadi manusia jahiliyah aja? Percaya yang begituan.” Ucapku lagi sambil kembali tertawa menahan sakit yang ada di perutku. Maxim terlihat geram. Ia mengerekatkan giginya menatapku.

“Jadi menurut lu, luka-luka di wajah dan badan kita ini becandaan juga?” Ucapnya hingga membuatku terbungkam. Benar.. tubuh mereka luka-luka, dan apa penyebabnya?

“Btw, emangnya kalian kenapa?” Maxim langsung berjalan menghampiriku.

“Elu!!” Ia menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

“Tadi kesurupan, dan elu nyerang kita semua!!’” Balasnya dengan penuh amarah yang ia tahan. Seketika aku terdiam. Dari raut wajahnya. Ia benar-benar sangat marah. Ia  pun menurunkan telunjuknya dari hadapanku, sambil membuang wajahnya ke arah lain.

“Kesurupan?” Gumamku. Dan aku kembali teringat dengan perkataan yang di ucapkan Lian padaku di Uks tadi. Berarti dia tidak berbohong mengenai aku yang kesurupan di gudang?

(Flashback)

*Maxim POV

“Jelas-jelas gue nandatanganin lukisan.. bukan cermin.. cowok berambut putih.. matanya hijau, bajunya putih. Dia ngangkat sebelah tangannya yang di lumurin darah.. bukan cermin kok.”

“Buktinya apa dong?” Kami kembali menertawai Agam.

Agam terdiam.

“Pantulan makhluk halus yang sebenarnya.”

“Berarti.. saat bertatapan itu, kami emang lagi...”

“Dia ngomong apa sih Max?” Bisik Ciko padaku. Aku hanya menggeleng pelan sambil terus menatap Agam.

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang aneh. Tubuh Agam seolah tersentak kaget, padahal saat itu tidak ada yang mengagetinya. Aku langsung mengernyit bingung. Aku menyadari ada yang tidak beres pada Agam.

Ku lihat Agam tertunduk. Ia menatap lantai sambil terpejam, dan menggeliatkan tubuhnya. Seperti lelaki yang baru selesai buang air kecil. Aku pun mendekatinya, karena sejak tadi gestur tubuhnya sedikit aneh.

“Gam.. Lu kenapa?” Tanyaku sambil menepuk pundaknya.

Akhirnya Agam mengangkat kepalanya. Ia menatapku, dan mata kami pun bertemu. Ku lihat, mata hitam kecoklatan Agam tiba-tiba saja berubah menghijau. Putih matanya pun kian memerahkan urat-uratnya.

Ia menatapku, tidak.. itu lebih tepat di bilang sedang melotot ke arahku. Aku langsung tersentak dan melepaskan tanganku di pundaknya. Aku terkejut. Tiba-tiba saja aku merasa bulu kudukku berdiri.

Ia langsung menyeringai ketika melihat respon dan wajah ketakutanku. Aku pun memundurkan langkahku menjauh darinya.

“Max.. itu.. itu Agam kah?” Tanya Ciko dengan suara yang kian gemetar. Ku rasa tidak hanya aku yang sedang merasakan sensasi menakutkan dari tatapan Agam, tapi Ciko dan yang lainnya juga, semua orang yang sedang berada di dalam ruangan ini.

Tiba-tiba saja Agam berteriak kencang. Ia menjerit, membuat kami semua menutup telinga karena bisingnya. Suaranya lebih mirip dengan teriakan tirex atau sejenisnya. Menjerit seperti kesakitan.

“Gyaaaaah!! Saya bunuh anak ini!!” Pekik Agam sambil melingkarkan kedua telapak tangan ke lehernya.

Ia bersungguh-sungguh. Ku lihat urat tangannya sampai keluar, ia benar-benar menyekik dirinya sendiri dengan sekuat tenaga. Wajah Agam merah padam, ia kesulitan bernapas nampaknya. Ciko, Zaki dan yang lainnya malah mundur semakin menjauhi Agam. Wajah mereka ketakutan.

Apa? Apa yang harus ku lakukan? Semua ini terjadi karena aku! Karena ulahku yang menantang Agam. Kalau sekarang ku biarkan dan Agam mati, maka aku lah yang di salahkan di sini. Aku tidak mau di salahkan. Tidak!

Tanpa pikir panjang, aku segera berlari menuju Agam dan berdiri di belakangnya. Ku kunci kedua lengannya, agar ia tak bisa melakukan apa-apa lagi. Namun, tubuh Agam yang sepertinya dua cm di bawahku ini memiliki tenaga yang luar biasa. Ia menggeram dan menggertak, melawanku dengan penuh kekuatan.

Aku kewalahan. Benar-benar tak berdaya dibuatnya. Ku kencangkan kuncianku padanya, namun yang terjadi, aku yang semakin melemah dan kehabisan tenaga. Ia menampik tanganku, dan menyikutku. Membuatku terpelanting lumayan jauh dari tempat semula. Aku pun jatuh terhempas menghantam kardus-kardus yang berisi tumpukkan kertas.

“Max!!!” Sayup-sayup ku dengar pekikkan suara Zaki. Sial! Hantaman ini membuat kepalaku pusing. Aku nyaris kehilangan kesadaran.

“Hentiin dia!! Dia bisa mati!!” pekikku semampunya, sekuat tenagaku, membuat Ciko, Zaki dan yang lainnya segera berlari menghampiri Agam. Mereka semua menangkap tubuh Agam dan membaringkannya. Ada yang berusaha menjauhkan tangan Agam dari lehernya, dan ada yang menahan kakinya.

Mereka beramain-ramai terluntang lantung hanya dengan seorang Agam. Tubuh mereka mengikuti hentakkan Agam. Nyaris terpelanting ke sana kemari.

Namun Agam kembali berteriak, membuat semua teman-temanku menutup telinga mereka dan melepaskan kuncian mereka pada Agam. Seketika itu juga Agam memukul dan menendang mereka, membuat mereka terperosok terpisah-pisah dari tempatnya.

Akibat serangan Agam, ku lihat salah satu dari teman kami pingsan. Ia tak bergerak lagi setelah tubuhnya menghantam dinding gudang. Agam kembali berteriak kencang, ia terlihat benar-benar kesakitan.

“Apa!!”

“Apa yang lu mau darinya!!!” pekikku hingga membuat Agam yang berontak terdiam dan menatapku. Ia menatapku lagi dengan tatapan yang benar-benar berbeda. Dan setiap ia menatapku, aku merasakan denyutan panjang di ulu jantungku. Seperti orang yang baru saja di kejutkan sesuatu. Membuat bulu kudukku tak sekedar berdiri, tapi aku merasakan lebih dari itu. Demi apa pun. Aku benar-benar takut.

“Mau apa? Mau membunuhnya!!!” Balas Agam hingga membuatku bergidik. Semua pori-pori tanganku keluar, dan bulu-buluku pun berdiri tiada henti saking merinding mendengar suaranya.

“Panggil!! Panggil siapa aja!!!” Pekik Ciko yang masih merasa kesakitan di sudut ruangan. Ku lihat Ciko menahan perutnya. Sela bibirnya mengeluarkan darah kental.

“Pak guru!! Kepala sekolah!! Pak Wanto!! Siapa aja!!!” Pekik Ciko lagi.

“DIA MILIK SAYA !!!!! MILIK SAYA!!!!”

“SAYA BUNUH KALIAN SEMUA!!!” Pekik Agam lagi, membuat suasana terasa semakin mencekam.

Namun tiba-tiba, ku lihat tubuh Agam kian melemah. Kaki dan tubuhnya lunglai, dan seketika tubuhnya melentik ke belakang dengan mulutnya yang menganga lebar. Ia pun langsung terjatuh ke atas lantai dan tak bergerak lagi.

Jantungku rasanya tiba-tiba saja berhenti. Aku segera merangkak menghampiri tubuhnya. Apakah dia.. sudah mati?

Aku menatapnya terbelalak, namun aku bisa bernapas sedikit lega ketika melihat perut dan dadanya naik turun. Ia masih bernapas! Syukurlah!!!

Agam masih hidup..

(End of Flashback)

*Agam POV

Aku terdiam mendengar cerita Maxim. Benarkah aku kesurupan?? Tapi saat bangun tidur, semua tubuhku memang sakit. Seperti habis di keroyok beramai-ramai. Dan lagi, tubuh mereka luka dan lebam-lebam. Dari cerita Maxim, itu masuk akal, karena mereka memang berusaha untuk menolong dan menyadarkan aku.

Tapi.. apakah benar, umurku satu hari lagi dari sekarang? Rasanya sangat tidak bisa di percaya, tapi kenyataannya sudah ada di depan mata. Apa yang harus ku lakukan? Apa yang harus ku perbuat? Haruskah aku percaya pada ucapan mereka?

Maxim hanya menatap wajahku. Sepertinya ia bingung menangkap reaksi yang ku berikan. Atau mungkin ia sedang berusaha menerka apa yang sedang ku pikirkan?

“Maaf, tapi kami lagi di hukum. Jadi, kami harus nyelesain urusan kami dulu. Kalau mau minta bantu apa pun, kami ada di taman depan.” Ucap Maxim seraya meninggalkanku yang masih saja mematung.

Aku membiarkan mereka pergi. Sejenak aku tertunduk lesu. Bak sedang mengheningkan cipta di hari senin. Rasanya campur aduk.. aku tak mengerti apa isi dari hatiku sendiri.

“Apa gue balik ke gudang lagi ya?”

“Kalau mereka bener, pasti sekarang kondisi gudang lagi acak-acakkan..”

“Tapi kalau enggak, berarti mereka cuma ngerjain gue aja!” Gumamku sambil melangkah menuju gudang.

Saat sampai di sana, ku lihat sudah ramai guru-guru dan juga satpam sekolah. Mereka terlihat sibuk dan panik sekali. Aku pun menghampiri mereka, ingin tahu apa yang sedang terjadi. Terlebih lagi aku melihat pak satpam mulai menggembok pintu gudang dengan rantai yang besar.

Belum sempat aku mendekat, aku sudah di tahan salah satu guru. Aku tak tahu namanya, sepertinya guru ini mengajar kakak kelasku. Dia tak pernah masuk ke kelas kami sebelumnya.

“Tunggu.. mau kemana kamu?”

“Hmm, ini ada apa ya pak?”

“Kamu Agam ya? Siswa yang kesurupan tadi?” Aku terdiam. Ternyata Maxim benar. Aku kesurupan.

“Udah, kamu pergi aja sana! Jangan main-main ke sini lagi! Ini bukan tempat mainan!!”

“Masuk kelas sana!” Ucap mereka hingga membuatku berbalik dan menjauhi mereka. Aku masih penasaran dan menoleh ke arah mereka selagi menjauh.

“Apa benar omongan Max? Kalau benar...”

“Berarti besok...?”

“Gue??”

....

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku segera kembali ke rumah. Sampainya di rumah, aku terdiam memandangi seisi rumahku. Tetap sepi seperti biasanya. Ayah dan ibuku belum pulang kerja. Dan mungkin mereka akan pulang di malam hari seperti biasanya.

Aku segera menuju kamar. Ku buka pintu kamarku, dan ku lemparkan tas yang ku kenakan sembarangan. Aku langsung berbaring dan menghempas tubuhku ke atas kasur.

Lelah.. lelah sekali rasanya! Semua tubuhku sakit. Kepalaku juga. Aku pun memejamkan mataku. Menikmati aroma apel hijau dari pengharum ruangan di kamarku. Aku suka sekali bau ini, membuatku rilex.. meskipun sekarang hati dan kepalaku penuh dengan berbagai pertanyaan yang tidak bisa ku lontarkan pada siapapun. Karena aku yakin, tidak ada seorang pun yang dapat memberikan jawabannya.

Kejadian di sekolah, dari semalam sampai hari ini benar-benar merepotkanku. Apakah sebenarnya aku menyesal karena telah menerima tantangan itu? Dan benarkah, waktuku hidup cuma sampai hari ini saja?

Tapi.. untuk apa aku mempercayai hal itu. Aku kan punya tuhan. Hidup dan matiku ada di tangannya. Bukan di tangan cerita aneh yang beredar kemana-mana itu. Menyebalkan!

Berulang kali aku menghirup napas dan membuangnya, tanpa sadar.. aku ketiduran sepulang sekolah.

***

Tubuhku bergerak menyamping. Tiba-tiba kepalaku terpantuk dinding. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Mengusap keningku dengan cepat. Setelah aku sadar, semua jendela kamar dan tiraiku telah tertutup rapat.

Aku pun menoleh ke arah jam dinding yang ada di atas pintu, dan menoleh ke jam yang ada di atas meja. Masih belum puas, aku pun mengambil ponselku, untuk mengecek jam yang ada di sana juga.

“Gila!! Gue ketiduran sampe malem!!! Jam sepuluh?!” keluhku sambil mendesah kasar. Ku dongakkan kepalaku ke atas sambil menghela napas beberapa kali.

“Gue ngelewatin shalat Ashar sama maghrib?” Keluhku, kemudian aku beranjak dari tempat tidur. Memakai sendalku dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah melaksanakan shalat isya dan meminta ampun karena aku meninggalkan kewajibanku, aku kembali duduk di depan meja belajarku.

Aku melamun. Namun aku tak ingin mengingat apa pun. Tapi tetap saja aku mengingat kejadian di sekolah tadi. Waktu itu,  Max bilang kalau aku kesurupan dengan bola mata yang berubah menjadi berwarna hijau? Bukankah, warna bola mata lelaki yang ku lihat di cermin itu juga berwarna hijau?

Tanganku mulai beranjak ke tumpukkan pena, aku pun mengambil kuas dan mendirikan kanvas milikku di penyanggahnya. Aku terus membayangkan lukisan itu dan mencoba untuk membuatnya juga.

Dengan lihai dan lembut aku menyapu kanvas putih di hadapanku, memoles cat air hingga membuatnya mulai menampakkan sebuah objek karena ulahku. Aku terus melukiskannya, karena wajahnya selalu terngiang-ngiang di kepalaku.

Tanganku tak berhenti. Tak dapat berhenti.. Aku pun tidak mengerti. Ia seolah sejalan dengan otakku. Melukis dengan benar, mungkin meskipun aku menutup mataku. Aku seperti di tuntun. Tanpa sadar aku telah melewati waktu beberapa jam. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah satu lewat lima. Aku mengucek mataku yang tak terasa mengantuk lagi, namun malah terasa perih.

Aku menggambar seperti orang kesurupan.. tak ada hentinya.. dan baru kali ini, aku menyelesaikan lukisan sempurna  hanya dalam waktu beberapa jam saja.

“Sempurna!!” Gumamku sambil berdecak kagum dengan hasilnya.

Yaah, ini lumayan mirip dengan apa yang ku lihat semalam. Bahkan ini terlalu mirip!

Lukisannya masih basah. Aku pun memandanginya tak berkedip. Menatap kedua mata yang seolah sedang melihat ke arahku ini. Benar, ini lukisan yang ku lihat kemarin. Ia memang ada, sampai-sampai aku terus mengingatnya dan tak bisa melupakan bentuk rupanya.

Entah kenapa tanda tanganku bisa berada di atas cermin. Padahal semalam aku tak melihat ada cermin di sana. Dan aku juga tak bisa melihat lukisan yang di buat oleh anak yang mereka ceritakan itu. Tapi, tiba-tiba saja lukisan yang di buat anak itu muncul besoknya. Terang saja aku malah di tertawakan oleh teman-temanku. Padahal aku bersungguh-sungguh tidak melihat lukisan dalam bentuk rumah atau apalah itu..

Aku kesal sekali rasanya. Aku benar-benar menghilangkan rasa takutku dan masuk ke gudang untuk menyelesaikan tantangan itu. Tapi hantu itu seolah membercandai aku. Apa ia ingin merendahkan aku dan membuatku terlihat konyol di depan orang yang meremehkan aku? Aku menarik napas panjang sebelum mulai berbicara..

“Woi,  Mata hijau!! Lu ya yang mindahin tu lukisan, biar gue di ketawain?”

“Sekarang gue udah tau muka lu!! Kira-kira, kalau di sebarin muka anak yang meninggal enam belas tahun lalu itu gimana yaa?”

“Pasti seru kan?” ucapku seraya menantang. Kalau dia memang ada, pasti dia bisa mendengarkan aku kan?

“Dan lagi, mungkin aja pembunuh lu yang udah tua, bisa sakit jantung kalau liat foto lu ada lagi di media sosial. Tapi, emangnya pembunuh lo itu masih idup? jangan-jangan udah mati lagi!” Ucapku seperti orang idiot yang sedang bergumam sendiri.

“Lu mati gara-gara dia kan? Mungkin karena dia masih hidup, makanya lu masih di sini. Karena apa? Karena lu, mau dia mati juga, atau lu, mau dia di tangkep polisi?” Aku berhenti sejenak, menatap ke tirai kamarku yang mulai bergerak meski tak tertiup angin.

“Atau jangan-jangan, lu tau sesuatu.. makanya jadi di bunuh? Terus lu gentayangan, buat ungkapin siapa pembunuh itu?” Tanyaku lagi.

“Kalau gue bener.. dan kalau lu ada di sini.. ayo dong, lakuin sesuatu..”

“Jangan sembunyi di balik cerita mistis itu! Buktiin kalau elu itu ada di sini!” ucapku hingga membuat listrik di rumahku tiba-tiba saja padam, disertai dengan suara benda jatuh. Aku tentu tersentak mendengarnya. Hampir saja aku terperanjat dan melompat saking kagetnya.

“Oh, mati lampu?” gumamku. Aku pun beranjak sambil berjalan meraba-raba untuk mencari penerangan. Aku yang sudah hapal dengan tempat dan lokasi barang-barang di kamarku pun berjalan menuju meja belajarku.

“Nah, ini dia..” ucapku sambil menjangkau ponsel di mejaku.

Aku pun menghidupkan lampu centernya, dan menyoroti benda jatuh yang ada di kamarku. Namun, tiba-tiba saja mataku terbelalak ketika melihat benda yang jatuh tersebut.

“Lukisanku!!” Seruku panik sambil membalikkannya. Cat airnya masih basah, pasti warnanya jadi belepotan. Aku pun menyinari lukisanku untuk melihat cacatnya.

“Loh, kenapa ini?” ucapku sambil terbelalak menatap lukisanku ketika telah membaliknya. Aku mengarahkan ponselku keseluruh lukisan, memastikan kalau aku tak salah lihat.

“Kok, ada tulisan di kanvasnya? Warna merah.. apa ini darah?” Gumamku panik sambil menyinari sekeliling kamarku, memastikan ada atau tidak orang lain yang bersamaku. Tapi.. tidak ada siapa-siapa. Aku pun kembali menatap pesan yang tertulis di kanvas tersebut dan membacanya.

“Ayo.. bunuh sama-sama?”

.

.

.

Bersambung...

***

NOTE

Agam melihat sebuah lukisan lelaki misterius yang ada di gudang, tapi tiba-tiba saat mereka kembali untuk melihat hasil tandatangan Agam, lukisan tersebut menghilang.

Saat tiba di rumah, Agam yang terus mengingat wajah dalam lukisan tersebut pun berinisiatif untuk mengambarnya.

Tiba-tiba terdapat pesan darah di bawahnya sesaat setelah mati lampu, tepat setelah Agam selesai menantang hantu itu untuk merespon perkataannya.

Ini adalah lukisan sekaligus pesan berdarahnya..

Terpopuler

Comments

°RhaiKen™

°RhaiKen™

ganteng itu mah Thor....

2024-04-23

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

astaghfirullah...aku kaget liat penampakannya thor...

2024-02-16

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

jangan mau gam...

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!