Senjataku Berfungsi

Aku pun terdiam di sudut kelas, tepatnya di bangku tempat aku duduk setiap hari. Mataku terdiam pada satu titik fokus, ya.. Aku terdiam menatap Kun yang baru saja mengatakan rasa irinya padaku.

Apa sebaiknya, ia tak perlu di ajak ke sekolah, biar ia tidak merasa sesedih ini? Jujur, baru sehari ia bersamaku, tapi aku tak pernah melihat raut sedih dan memelasnya seperti tadi. Nampaknya hal ini cukup mengusik perasaannya. Aku tak cukup paham apa yang tengah ia rasakan, karena aku tak pernah meninggal sebelumnya.

"Mm, Kun.. gimana kalau besok, elu gak usah ikut.."

"Tapi terimakasih yaa.." Ucapnya memotong tiba-tiba.

"Karena ikut denganmu, saya jadi bisa merasakan suasana di sekolah lagi. Yaa, walaupun guru dan teman-teman disini tidak bisa melihat saya." Ucapnya sambil duduk bersila dan melayang tepat di hadapanku. Ia tersenyum, setelah memotong ucapanku.

Padahal baru saja aku ingin melarangnya ikut ke sekolah denganku, tapi sepertinya aku tak perlu mengatakan hal seperti itu. Tadinya ku kira ia akan bersedih, ternyata dia malah berterimakasih.

Aku menghela napas lega, disertai dengan benda yang tiba-tiba jatuh ke pundakku.

"Gam! Lu udah sekolah lagi?" Tanya seseorang yang rupanya sedang menepuk pundakku. Aku pun menoleh ke arahnya.

"Udah Max." Sahutku datar sambil menatap lelaki yang ternyata adalah Maxim itu. Ia mengusap dada dan menghela napas lega. Ku lihat Ciko dan Zaki ikut menghampiriku.

"Kemarin lu gak masuk, kata wali kelas lu sakit." Aku mengangguk, itu ibu yang mengabari bu Yuyun. Memangnya ada masalah dengan itu?

"Kemarin harusnya hari terakhir lu, jadi kita khawatir banget selepas peristiwa tanda tangan di gudang dan pas elu kesurupan. Tapi untungnya elu gak kenapa-napa, gue sampai nelfonin elu kemarin sore. Tapi gak lu angkat.."

"Iya, kita kira kemarin lu udah.." Aku mengenyit tajam membalas tatapan mereka. Membuat mereka terdiam seketika.

"Udah mati?" singkatku. Mereka tampak menenggak ludah sambil saling melemparkan pandangan satu sama lain. Menatap Maxim yang sepertinya mampu menjelaskan maksud mereka tanpa menyinggungku.

"Bukan gitu Gam, kita gak bermaksud buat nyumpahin elu kok. Kita cuma khawatir dan merasa bertanggungjawab aja atas apa yang udah terjadi ama lu, lagian lu juga murid baru di sini, jadi emang lu gak tau apa-apa."

"Terus kalau dari peristiwa yang udah-udah, siapa pun yang masuk gudang, dan mengganggu lukisan angker itu, tiga hari kemudian pasti.." Maxim menggantung kalimatnya. Ia tahu kata-kata itu cukup kasar untuk di ucapkan.

"Yaa, gue gak mau nerusin. Yang penting elu gak apa-apa sampe hari ini." Tambahnya.

"Kalau seandainya Kun gak mau ikut gue, pasti kemarin hantu ini emang bener-bener ngebunuh gue deh." Gumamku dalam hati sambil menatap Kun yang terdiam dengan pupil mata yang melebar ketika menatap Maxim dan teman-temanku ini. Seperti kucing yang melihat mainan yang bergerak, lagi pula kenapa dia memasang wajah lucu begitu??

Kriiiiiiiing...

Suara bel tanda masuk telah berdering keras. Teman-teman yang sebelumnya berada di luar untuk nongkrong pun segera masuk kembali ke dalam kelas. Yang masih sibuk duduk di bangku orang lain pun mulai kembali duduk ke bangku mereka masing-masing, begitu juga dengan Maxim, ciko dan juga Zaki.

"Sudah masuk kan?" Tanya Kun semangat.

"Saya juga mau duduk di bangku saya." Gumamnya hingga membuatku mengernyit. Apa maksudnya, ia sedang mencari bangku kosong untuk tempatnya duduk? Setan kan suka menduduki atau mendiami tempat-tempat yang kosong.

Tapi masalahnya, di kelasku tidak ada lagi bangku kosong. Bangku kosong terakhir, adalah tempat yang kini aku duduki. Aku pun mengedarkan pandangan, dan tersentak ketika melihat Kun malah duduk di atas kepala teman sebangku ku.

Aku melotot mengecamnya. Kenapa juga dia malah duduk di atas sana? Dia hanya membalas tatapanku dengan raut datarnya. Tapi nampaknya ia mengerti arti dari tatapanku ini. Kalau aku sedang marah pada ulahnya.

"Gak ada bangku kosong, yang ada cuma otak kosong." Sahut Kun sedatarnya saja.

Jadi maksudnya, ia duduk di atas kepala Randy, karena otak temanku ini kosong? Dasar gak sopan sama sekali. Tapi.. Yaah, namanya juga setan, nanti aku ajari lah dia sopan santun. Kalau sekarang, mau tidak mau aku harus membiarkannya duduk di atas kepala Randy, lagi pula Randy juga tidak tahu kalau ada makhluk yang kini berada di atas kepalanya. Kalau aku melarang Kun sekarang, tentu seisi kelas akan merasa bingung atas ulahku.

Kriiet

Suara pintu kelas terbuka, menampakkan ibu Yuyun yang masuk ke dalam kelas dengan wajah yang sumringah seperti biasa. Suara ketukkan sepatu high-nya terdengar begitu merdu. Dia memang guru yang sempurna di mataku. Sudah pintar, baik, cantik lagi. Bukan berarti aku suka tante-tante yaa.. aku cuma mengaguminya saja.

"Pagi anak-anak.." Sapanya ramah.

"Pagi bu Yuyun." Sapa kami juga.

"Sekarang kita lanjutkan materi kemarin yaa.."

"Asiiiik!!" Seru Kun kegirangan sementara teman-temanku terlihat ogah-ogahan. Gila yaa, hantu aja semangat belajarnya, manusianya malah ngantuk dan males-malesan.

. . .

Pelajaran pun berlangsung. Di beberapa kesempatan juga, ku lihat Kun menjawab pertanyaan dari bu Yuyun. Di saat teman kelasku tak dapat menjawab, Kun malah menjawab pertanyaan yang lumayan sulit tersebut dengan benar.

Kalau di bandingkan, mungkin otaknya melebihi Maxim, atau mungkin saja setara denganku. Soalnya dia pintar sekali. Dia juga semangat dan antusias. Kalau Randy dan yang lainnya tau ada hantu serajin dan sepintar ini, mereka malu atau tidak ya kira-kira?

Aku yang sedari tadi memandang ke atas Randy pun akhirnya mendapatkan perhatian darinya. Ia menoleh padaku sesekali. Kadang juga aku melihatnya mengusap tengkuknya sendiri. Apa dia ingin aku mengatakan sesuatu padanya?

Randy ini tipe-tipe anak yang pendiam, tapi pemalas dalam hal belajar. Dia pintar sih, tapi ya rada malas kalau di dalam kelas. Apa ku tanyakan saja padanya? Kelihatannya dia risih sekali.

"Kenapa Ran?" Bisikku. Ia menoleh sesaat ke arahku dan tersenyum kecut.

"Lu ngerasa gak sih?" Aku mengernyit.

"Apa?" Ia kembali menyentuh tengkuknya.

"Dari tadi gue merinding, gak tau kenapa." Ucapnya seraya bergidik.

"Yaiyalah merinding, kan di atas lu ada dedemit. Noh orangnya." Gumamku dalam hati sambil menoleh sinis ke arah makhluk yang ada di atas kepala Randy. Kun hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku. Maksudnya apa coba? Dia mau jadi miss Indonesia atau mas Kunti?

"Lu merinding gak sih?" Tanyanya lagi. Aku menoleh lagi, menangkap wajah Randy dengan kedua bola mataku. Aku benar-benar kasihan. Ia nampak gelisah.

"Oh, iya.. dikit." Dalihku. Kalau ku bilang tidak, nanti Randy jadi makin bingung dan penasaran sendiri kan.

"Jangan-jangan, ada jurig lagi." Ucap Randy sambil menggeliatkan tubuhnya seperti orang yang sedang menggigil.

"Hush!!" Desis Kun. Kenapa juga dia yang mendesus, harusnya kan aku. Apa karena dia kesal atas ucapan Randy?

"Berisik tahu!! Saya lagi belajar!!" Timpal Kun. Aku yang merasa di marahi pun langsung menjawab spontan.

"Iya maap!" Randy menatapku heran.

"Kenapa Gam?" Tanyanya hingga membuatku tersentak. Aku baru menyadari kalau barusan aku menimpal perkataan Kun.

"Oh.. gak kok.."

"Gak gimana? Perasaan tadi lu bilang maap."

"Bukan maap, hmm aa.." Aku bingung mau menjawab apa. Malah terbata-bata kayak Aziz gagap.

"Kayak kurap." Sahutku asal.

"Kurap?"

"Iya, papan tulis kita bruntusan.. Kayak kurap.." Dalihku lagi dengan tubuh yang gelagapan. Randy pun menatap ke arah papan tulis, kemudian tersenyum. ****** deh, gue jadi kayak orang aneh kan sekarang.

"Iya juga ya, emang kayak kurap.. baru nyadar gue." Sahut Randy menyetujuinya hingga membuat Kun terbahak mendengarnya.

"Kalian berdua.. yang mukanya mirip kurap." Balas Kun sambil menyeringai. Benar-benar menyebalkan ya dia ini!

Sepanjang pelajaran aku terus mendengarkan ocehan Kun dan juga bu Yuyun secara bergantian. Satu hari saja sudah membuatku gila, apalagi kalau dia belajar bersamaku selamanya.

Kriiiing!!!

Suara bel istirahat berbunyi kencang. Aku menghela napas lega mendengarnya. Bersyukur sangat rasanya. Setidaknya itu mampu menghentikan ocehan Kun pada pelajaran.

Ibu Yuyun segera merapikan buku-buku tebal yang ia bawa dan mengumpulkan buku-buku tugas yang baru saja kami kerjakan tadi.

"Oke.. pelajarannya sampai di sini dulu yaa.." Ia mengalihkan pandangannya dari buku, dan menatap beberapa orang di antara kami.

"Ciko." Tunjuknya pada Ciko.

"Iya bu?"

"Bantu ibu bawa buku pelajaran teman-teman ke meja ibu ya."

"Siap bu!!" Ciko segera bergegas ke depan kelas dan mengambil buku tugas kami. Ia membawanya bersama Ibu Yuyun.

"Kalian boleh istirahat." Ucap ibu Yuyun seraya berlalu meninggalkan kelas.

"Oke bu.." Sahut teman-temanku.

Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan bangkunya untuk pergi dari kelas. Ada yang pergi bergelombol ke kantin, ada yang pergi sendirian, ada yang memilih nongkrong di depan meja guru. Dan ada juga yang masih duduk di bangkunya, untuk menyatat materi yang tadi.

Beberapa perempuan di kelas meninggalkanku, setelah aku menolak halus ajakan mereka ke kantin.

"Mau ke kantin Gam?" Tawar Randy padaku. Setidaknya cuma Randy teman lelaki yang menawariku.

"Entar gue nyusul" Balasku. Ia pun beranjak dari tempat duduknya.

"Oke, gue di warung Mbak e yaa!"

"Siip!" Singkatku.

Randy pun meninggalkanku di dalam kelas. Kini perhatianku tertuju pada Kun yang sudah duduk di bangku Randy. Ia terlihat membolak-balikkan buku catatan teman sebangku ku itu.

"Manusia tadi tidak menyatat apa pun?" Protesnya. Aku pun meletakkan pena di antara hidung dan mulutku tanpa menolehnya.

"Sudah otak kosong, catatannya juga kosong" Keluhnya lagi. Entah kenapa sejak tadi dia selalu protes pada semua hal yang dilakukan Randy. Ada dendam apa dia?

"Terus yang bikin lu sibuk protes itu apa?" Balasku seraya menatapnya, sambil meletakkan kembali pena ku ke atas meja.

"Soalnya manusia itu pemalas, bikin kesal!" Keluhnya, dan entah kenapa aku sangat menyetujui ucapannya.

"Mm, bener juga sih.. Lu yang setan aja rajin, kan?" Ia mengernyit.

"Setan dan hantu itu beda loh!" Protesnya ketus.

"Anggep aja sama. Sama-sama gak nampak juga." Balasku. Dan kali ini ia yang menyetujui ucapanku.

"Iya juga ya."

Kami pun terdiam sejenak. Membiarkan suara hiruk pikuk pelajar di sekolah ini terdengar.

"Ngomong-ngomong... Kayaknya semasa hidup dulu, lu ini anak yang pintar ya." Ucapku berbasa-basi. Yaah, dari pada kami terdiam satu sama lain.

"Kok gitu?"

"Soalnya tadi gue liat, lu jawab pertanyaan dari bu Yuyun. Dan jawaban lu bener semua."

"Hebat!!" serunya sendiri.

"Lu ini bisa di ajak ngomong serius gak sih?" Keluhku yang melihat tampang nyeleneh yang ia tunjukkan padaku.

"Bisa, tapi tukeran ludah dulu."

"Najis!!" Balasku sambil beranjak dari tempat duduk.

"Mau kemana?"

"Kantin!"

"Ikut!!!" Serunya sambil terbang menyusulku.

***

*Author POV

Di kantin, beberapa siswa berlalu lalang untuk memesan makanan mereka, mengambil dan membawanya ke meja. Ada yang hanya duduk untuk bercengkrama, ada yang makan sambil mengerjakan tugas, ada juga yang sekedar duduk sambil bermain game online.

Di salah satu meja, tampak beberapa orang siswa yang berpakaian layaknya berandalan. Baju seragam yang mereka kenakan sengaja di keluarkan. Dasi yang mereka pakai tak terpasang dengan rapi. Bahkan kancing baju yang mereka pakai sengaja mereka buka beberapa.

"Gilaa gilaa!! Dari pagi tadi lu cemberut terus bro."

"Iyalah, Pacarnya kan di ambil anak baru."

"Mana dari tadi, mawarnya di cium mulu' ama si Lian!"

"Panaas bro Panaaas!!" Goda temannya sambil mengipas buku ke arah lelaki yang kepanasan itu.

"Lu bisa bahas hal lain gak? Hah? Brengs*k!"

"Bahas apa bro? Ini pembahasan yang lagi hits tau!!"

"Anak-anak cewek kelas gue pada kesel sama Lian, katanya si Lian kegatelan!" salah satu dari mereka tersentak mendengarnya.

"Kenapa juga dia ngatain cewek gue?! Jelas-jelas yang kegatelan si Agam kan?!"

"Kalo menurut gue, dua-duanya sama-sama suka deh, jadi gak ada yang kegatelan.. Lagian, Lian kan udah jadi mantan lu, ngapain juga lu kesel sama Agam?"

"Biasa itu, putus tapi masih cinta..." Lelaki panas yang bernama Gino langsung mencengkram kerah baju temannya. Membuat beberapa temannya panik, dan berdiri dari tempat duduk mereka.

"Gin Gin, stop deh.. Ini di sekolah, lu gak mau masuk ruang bk kan?" Larang salah satu temannya sambil melerai Gino. Gino masih mencengkram kerah baju temannya dengan kuat, hingga membuat tangannya bergetar hebat.

"Beruntung lo, ini di sekolah. Kalau enggak!"

"Abis lo!!" Gino mendorong temannya hingga terduduk dan melepaskan cengkramannya.

"Gam!! Sini!!" Sapa seseorang sambil melambaikan tangannya. Gino yang tengah memanas pun segera menoleh ke asal suara, menatap lelaki yang sedang duduk dan di hampiri oleh lelaki tampan berkulit putih tersebut.

"Wah, itu tuh orangnya.."

"Si cowok cakep! Saingan Gino.."

"Agam!!" Ucap teman-teman Gino hingga membuat Gino mengepalkan tangannya dengan erat. Bahkan urat tangan dan lehernya pun menyemul keluar menatap Agam.

*Author POV end

.

"Gam, ini tempat makan?" Tanya Kun, dan aku hanya mengangguk membenarkan. Terlalu banyak orang disini. Jadi aku tak mau bersuara kencang untuk menjawabnya.

"Saya mau pesan bunga melati."

"Gak ada!" bisikku cepat.

"Pelit!"

"Duduk di sini Gam." Ucap Randy padaku. Aku pun duduk di dekat mejanya.

"Lu mau pesen apa? Biar sekalian gue pesenin." Tawar Randy.

"Mie goreng deh, pake telor."

"Gue juga sama, yaudah gue pesenin." Randy beranjak.

"Lu mau minum apa? biar gantian gue yang beliin." Tawarku.

"Teh melati deh Gam, satu botol."

"Oke." Kini aku yang beranjak.

"Melati?? Ada tuh yang jual melati." Sela Kun sambil menatapku tak terima.

"Itu teh, lu mau emangnya?"

"Mau lah! Yang penting ada melatinya."

"Iya, berisik." keluhku sambil mengambil teh melati milik Randy. Dan juga minuman milikku.

"Punya saya mana?"

Aku mengabaikan Kun, dan kembali duduk di meja Randy tadi. Sepertinya Randy belum kembali, mungkin terlalu banyak yang memesan makanan di warung mbak e.

"Kamu tak belikan untuk saya?" Keluh Kun lagi sambil ikut duduk melayang di atas meja, tepatnya di atas botol kecap. Aku menghela napas menatapnya.

Tiba-tiba beberapa orang tak di kenal datang dan duduk di dekat meja ku. Awalnya aku tak memperdulikan mereka, karena ini tempat umum, bukan meja pribadi milikku. Tapi tiba-tiba aku lihat ekspresi wajah Kun berubah ketika mereka berdatangan. Dia marah? Tapi kenapa?

"Broo, lu liat tempet daur ulang gak sih?"

"Maksud lu bro?"

"Itu loh, orang yang sukanya sisaan gue!" Aku mengernyit, kenapa mereka berbicara seperti itu di dekatku? Sengaja mengeraskan suaranya juga. Apa mereka sedang menyindirku? Tapi sisaan apa yang mereka maksud?

"Ooh, maksud lu, ini dia orangnya!!" Salah satu dari mereka menunjukku. Aku sedikit kaget dan bingung, tak paham maksudnya.

"Ya iyalah, dia kan yang kasih Lian bunga." Ucap salah satu dari mereka.

Ooh, sepertinya aku paham arah pembicaraan mereka. Apa salah satu dari mereka adalah mantan Lian, dan sekarang ia tidak suka padaku karena menurutnya, aku merebut Lian darinya?

Tolonglah, Lian itu.. bukan tipeku. Panas juga telingaku mendengarnya. Ladenin saja lah.

"Cowok nyindir?" Balasku sambil tersenyum sinis.

"Bawa pembantu lagi! Main keroyokan?" Timpalku lagi.

"Apa maksud lu hah?!" Bentak salah satu dari mereka.

"Ck, belagak ****!" Singkatku datar.

"Kalian gak suka gue ngasih Lian bunga? Kasih tau dong yang bener, karena yang sering nyindir dan pake kode, kalau bukan cewek, yaa banci!" Timpalku lagi hingga membuat salah satu dari mereka berdiri di hadapanku.

Ku lihat wajahnya memerah, dan ia mengepalkan tangannya dengan kuat hingga urat  tangannya menyembul keluar. Fix, dia ini mantannya Lian. Mungkin sekarang, dia mau memukulku dengan tangannya itu.

"Bangs*t!!! Besar juga ya nyali lo ngomong kayak gitu di depan geng gue!! Ada berapa nyawa lu hah?" Serangnya padaku. Aku menatap malas ke wajahnya.

"Nyawa gue?"

"....Satu!"

"Tapi gak bakalan bisa lu abisin!"

Lelaki itu langsung menyergap, menyekik leherku dengan sekuat tenaganya. Saking kuatnya, tubuhku tersentak kebelakang, dan nyaris terkungkal dari tempat dudukku.

"Kyaaa!! Ada yang berantem!!!" Pekik anak-anak perempuan yang ada di kantin.

"Gino!! Lu apa-apaan!! Ini sekolahan!!" Keluh salah satu temannya berusaha melerai kami.

"Gue gak peduli!!" Ia semakin mengencangkan cengkramannya di leherku. Membuatku kesulitan menelan ludah dan kesulitan untuk mengambil napas.

Aku mengernyit. Segera aku menggenggam tangannya dengan tangan kiriku. Begini-begini aku juga atlit silat pas SMP. Aku mendapat banyak medali dari hobi ku itu.

Aku membalas sergapannya, mencengkram kedua tangannya lebih kuat lagi. Ku lihat ia sedikit meringis. Padahal aku hanya mengerahkan sedikit kekuatanku saja padanya. Cengkraman tangannya di leherku perlahan melemah.

"Sial*n!!!" gertaknya sambil melayangkan kepalan tangannya ke wajahku. Belum sempat aku menangkapnya, tiba-tiba saja angin kencang berhembus. Membuat dedaunan melayang, hingga beberapa cangkir dan piring plastik yang ada di atas meja terbang.

Beberapa kursi plastik pun ikut terbang. Semua siswa yang berada di kantin berlarian menjauh kalang kabut dari kantin karena ketakutan.

Lelaki tadi langsung melepaskan tangannya dariku. Ia mengeluh seperti baru saja tersiram air panas. Teman-temannya berlarian meninggalkannya. Mau tidak mau, ia pun ikut berlari menjauhiku.

Seisi kantin kini kosong, hanya menyisakan aku dan juga Kun. Aku langsung menoleh ke arah Kun, yang kini berada di belakangku. Ia memerah, matanya tajam dan mengerikan. Jantungku berdenyit ngilu melihatnya dari dekat.

Kenapa?

Kenapa dia seperti itu?

Apa dia marah?

Tapi kenapa?

"...Kun?" Panggilku ragu.

"Tidak ada yang boleh, menyentuh tuan saya!" Ucapnya. Membuat seluruh tubuhku merinding.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kun marah

2024-02-18

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kok jadi pingin ketawa 🤣

2024-02-18

0

Khalifatinadhwa Adhwa

Khalifatinadhwa Adhwa

otak kosongg 😭😭😭

2024-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!