Bukan Lukisan Itu?!

Besok pagi aku bangun dalam keadaan seluruh tubuh yang lemas dan juga sedikit panas. Aku tak tahu apa yang terjadi, sepertinya aku terlalu kedinginan di dalam sekolah, terlebih lagi aku tidak mengenakan Jaket sama sekali. Hanya mengenakan baju kaos hitam berlengan pendek.

Pagi ini aku bangun sedikit terlambat, pukul empat tiga puluh menit. Adzan subuh sudah berkumandang sejak tadi. Aku ketinggalan shalat sunah fajarku hari ini. Setelah selesai shalat dan mandi, aku langsung ke meja makan. Menemui ayah dan ibuku yang sarapan di sana.

Aku menggerek kursi dan duduk di hadapan mereka. Mengambil sebuah piring yang ku isi dengan nasi secukupnya. Tanpa ku sadari, ayah dan ibu rupanya sedang memperhatikanku sejak tadi.

“Kamu sakit Gam?” Tanya Ibu pelan, membuatku mengangkat wajahku dan menatapnya.

“Enggak.”

“Kok pucet gitu?” Tanya Ayahku juga. Aku hanya menggeleng.

“Kalau sakit, gak usah sekolah aja. Entar ibu kasih kabar ke wali kelas kamu. Sekalian kita langsung pergi ke rumah sakit. Kalau sudah siang, ibu gak sempat. Kamu tau kan ibu dan ayah sibuk kerja.” Aku mendengus napas.

“Tau!”

“Jadi mau ya ke rumah sakitnya?” Aku hanya diam.

“Kamu harus ke rumah sakit Gam.. kalau udah parah, ayah sama ibu gak bakalan mau bawa kamu ke sana! Pergi aja sendiri.” Ucap ayahku datar.

“Duh, bu, yah.. Agam tuh gak apa-apa lagi. Lagian Agam tuh udah enam belas tahun. Malu tau kalo ke rumah sakit masih di temenin orang tua. Kalau Agam sakit, Agam bisa pergi sendiri.”

Kini ayah dan ibuku hanya terdiam sambil saling berpandangan satu sama lain. Ibuku menatap ayah dengan tatapan khawatir, seolah sedang memaksa ayah untuk membujukku kembali.

“Udah lah Din.. Agam udah besar. Dia bener kok. Lagian dia juga anak laki, masa kamu harus temenin dia kemana-mana sih.”

“Iya gak Gam.” Bela ayah padaku.

“Dasar.. dua cowok di rumah ini gak ada yang perhatian sama ibunya. Bisanya Cuma bikin orang khawatir aja.” Aku langsung tersenyum ketika melihat ayah menggenggam tangan ibu di hadapanku. Seketika nasi yang sedang ku kunyah langsung tertelan. Aku menahan tawa melihatnya. Di umur setua itu, mereka masih bisa bersikap manis seperti itu. Menyenangkan sekali melihatnya.

“Ah, Agam mau berangkat aja lah ke sekolah. Kayaknya lagi ada yang pengen dua-duaan nih.” Ledekku sambil menyomot roti tawar yang sudah di bakar dan di lapisi coklat keju di dalamnya. Aku segera beranjak dari tempat dudukku.

“Tulah tau! Kalo sering ledekin orang tua!” Keluh ibu ketika aku menyalami tangannya dan juga ayah.

“Ibu kan pacarku.. cewekku.”

“Siapa bilang? Ini nih pacar ayah tau!’ Balas ayah dan aku hingga membuat raut wajah ibu memerah malu.

“Yaudah deh.. Agam berangkat yah.. bu..”

“Hati-hati nak..”

.

.

.

Sesampainya di sekolah, aku turun dari angkot hitam yang merupakan angkot jurusan dari rute rumahku ke sekolah. Aku segera masuk ke gerbang karena merasa hari sudah mulai siang, dan pintu gerbang telah tertutup setengah.

Saat memasuki gerbang sekolah, aku lihat ada seorang bapak-bapak yang sepertinya kemarin memarahi kami karena pergi ke sekolah di atas jam sepuluh malam. Kalau tidak salah, namanya pak Wanto? Ya, aku dengar Max mengucapkan namanya kemarin.

Aku tersenyum melihatnya, namun ia hanya menatapku dengan wajah datar. Matanya sulit untuk ku gambarkan maksudnya. Aku tak mengerti, sepertinya dia terlihat sedang marah atau dia tidak menyukaiku?

“Pagi pak Wanto..” Sapaku yang berusaha menyairkan suasana. Namun tak ku dengar balasan darinya. Ia segera berbalik memunggungiku sambil memunguti beberapa sampah cangkir air mineral.

Aku mengernyit. Keheranan sekaligus kebingungan. Kenapa dia terlihat dingin padaku? Baru kali ini aku bertemu dan melihatnya. Tapi sepertinya dia tidak suka padaku. Apa dia marah karena kejadian semalam?

Sambil berjalan aku terus menatap pak Wanto. Ia sepertinya sudah tidak memperdulikan aku lagi. Harusnya tadi aku tidak mengucapkan selamat pagi padanya. Kalau ku sapa dengan assalamualaikum pasti dia akan segera menjawabnya. Yaa. Itu salahku sih.

***

“Waaah.. baru dateng dia.. udah di tungguin dari tadi padahal.” Ucap Maxim ketika aku baru saja menginjakkan kakiku ke lantai kelas. Aku hanya terdiam sambil menuju bangku ku dan meletakkan tas milikku di atas kursi.

“Kenapa?”

“Kita mau ngajakin lu ke gudang lagi. Mau cek, lu udah meninggalkan tanda di situ apa belom.” Aku hanya menggarukkan kepalaku mendengarnya.

“Liat aja sendiri, males gua.”

“Apa jangan-jangan lu takut? Trus lu trauma mau kesitu lagi?” Ejek Maxim padaku.

“Terserah.” Desahku. Malas sekali rasanya di buat repot oleh mereka-mereka ini.

"Jangan-jangan lu emang gak ngapa-ngapain lukisannya lagi. Buktinya, lu gak mau kita ajak ke situ lagi.”

“Udah gue tanda tanganin kok! Lukisan cowok itu.” Ucapku sambil bertekan dagu dan membuka buku matematika.

Namun aku tak mendengar kembali sanggahan dari Maxim padaku. Mereka semua terdiam, hingga membuat kelas ini sunyi senyap. Aku pun mengangkat kepalaku dan menatap mereka. Mereka sedang saling tatap satu sama lain dengan raut wajah yang sulit ku artikan.

“Kenapa?” Maxim langsung menatapku.

“Lukisan cowok?” ia mengernyit.

“Perasaan gak ada lukisan cowok deh di gudang.” Aku menghela napas malas.

“Ada kok. Buktinya gue udah tanda tanganin kemarin disitu.”

“Lu becanda kan? Lu emang gak masuk ke dalam gudang kan? Jadinya lu ngarang gambar lukisannya apa. Iya kan?” Aku terdiam sambil membalas tatapan Maxim dengan tajam.

“Menurut lu, muka gue bercanda?” Maxim terdiam.

“Gila lu Gam! Emang gak ada lukisan cowok di situ. Lukisan yang kita maksud itu lukisan hotel pengasingan jaman penjajah dulu. Di atas bukit. Bukan lukisan cowok.”

“Yang ada cuma itu! Lukisan cowok!”

“Lu bohong kali!!”

“Gue bohong dapet duit gitu?”

“Stop stop stop ya!!!” Ucap Ciko berusaha melerai aku dan juga Maxim.

“Dari pada kalian berdua ngebacot disini, yuk kita liat aja sekarang!!”

“Bener juga tuh.”

“Siapa takut!” balasku.

Ketika kami serentak berdiri dari kursi masing-masing. Bel masuk pun berbunyi. Membuat masing-masing dari kami mengurungkan niat yang sudah bulat tadi.

“Sial*n!! Udah bel lagi!!” keluh Ciko.

Aku kembali duduk ke kursiku. Aku bertekan dagu sambil memikirkan lukisan yang mereka maksud. Yang ku lihat sungguh-sungguh lukisan seorang lelaki berambut putih dengan wajah pucat dan mata hijaunya. Readers.. Bukankah kalian juga bersamaku waktu itu? Aku benar-benar menuliskan apa yang aku lihat di sana. Aku tak lihat ada lukisan hotel atau tempat pengasingan di atas bukit yang mereka maksud. Yang ada, ya lukisan yang sudah ku tandatangani itu.

Sepanjang pelajaran, aku terus memikirkan hal ini. Ku rasa aku benar-benar tidak fokus hari ini. Apa mereka sedang mengerjaiku. Biar aku jadi merasa takut dan nanti mereka akan menertawakanku? Tapi benarkan begitu??

(Flashback)

Dalam kegelisahanku, aku akhirnya bisa sedikit lega ketika menemukan sebuah lukisan yang mereka maksud. Aku pun bermaksud mendekati benda persegi panjang yang terbingkai tersebut. Namun, entah kenapa aku seolah tak berani melakukannya. Terlebih lagi setelah ku lihat dengan seksama, lukisan itu tampak lumayan menyeramkan.

Gambar seorang lelaki berambut putih. Matanya hijau dan wajahnya pucat. Apakah lelaki yang gosipnya meninggal setelah menggambar ini, sedang menggambar seseorang atau menggambar dirinya sendiri? Atau ia sedang menggambar orang yang membunuhnya? Rasanya penasaran juga.

Tatapan matanya tajam, dan entah kenapa, aku merasa seolah lukisan ini benar-benar indah dan nampak realistis. Aku lumayan bisa melukis seperti itu, jadi aku sedikit kagum dengan hasil lukisan orang yang sudah meninggal ini. Pandangan yang ia gambarkan, seolah-olah sedang benar-benar menatapku dengan tajam. Dengan raut mata yang mengerikan. Marah? Apakah dia sedang marah? Sepertinya ia sedang menggambar orang yang marah, benar-benar hebat. Dan entah kenapa, rasanya kami bisa saling menatap satu sama lain, dan ketika bertemu pandang dengannya, aku merasa merinding dan dadaku sempat berdenyut panjang. Rasanya seperti habis di kageti seseorang.

Aku mulai mengeluarkan spidol milikku. Aku hendak membuka tutupnya. Ku pandangi lukisan yang hampir mirip seperti sebuah foto lelaki misterius dengan mata yang menyeramkan.

Namun, di tengah kesibukanku. Aku kembali merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhku menjadi panas dingin dengan kurun waktu yang begitu cepat dan berulang-ulang. Tangan kiriku yang sedang memegang center harus membantu tangan kananku dalam menarik tutup spidol.

Aku merasa ada sesuatu yang hendak menjangkau leherku, serentak dengan spidol yang berada di tanganku terjatuh. Aku pun merunduk dan memungut spidol yang kini telah berada di atas lantai.

Tiba-tiba saja aku merasa begitu gugup, tanganku bergetar hebat, dan kedua kakiku mulai merasa lemah. Keringat mengucur deras di ruangan sedingin ini. Tubuhku tak menentu, kadang panas dan sebentar dingin. Aku mulai merasakan mual dari dasar perutku.

Aku terus melafalkan ayat kursi di dalam hatiku. Namun tiba-tiba aku teringat dengan ucapan teman-temanku sore tadi. Kalau aku merasakan sesuatu yang aneh.  Aku harus bersiul sepanjang napas.

Walau terasa aneh, terlebih lagi bersiul di malam hari itu adalah sesuatu hal yang biasa di sebut pamali dan tabu, aku pun akhirnya melakukannya. Aku tak tahu lagu apa yang harus ku siulkan. Dan tanpa sadar, aku pun menyiulkan lagu “syukur”, salah satu lagu wajib nasional yang pernah di ajarkan padaku di sekolah. Di saat seperti ini, hanya lagu itu yang ku ingat.

Dalam hatiku pun tak hentinya berdoa dan berzikir. Semoga aku bisa menyelesaikan ini . aku segera memberikan tanda tanganku di atas lukisan yang terasa licin seperti kaca. Harusnya, permukaan kanvas tak selicin ini kan? Setelah selesai. Aku tak mendapati tutup spidolku. Namun aku rasa terlalu melelahkan harus terus berada di tempat ini dengan keadaan tubuh yang seperti ini. Aku pun memilih kembali pada teman-temanku yang telah menunggu.

(End of Flashback)

Aku menyoret-nyoret buku pelajaranku sambil membayangkan wajah teman-temanku tadi. Sepertinya mereka tidak mungkin sedang mengerjaiku, karena ku lihat tadi, hanya raut kaget dan pucat dari wajah mereka. sama sekali tidak ada senyum smirk atau sejenisnya. Ku lihat jam yang ada di belakang dinding kelas. Jam terasa berdetik begitu lama. Aku benar-benar ingin segera istirahat dan juga segera pergi ke dalam gudang. Untuk membuktikan bahwa apa yang sudah ku katakan pada mereka tadi adalah benar.

Jam istirahat pun berbunyi. Kami bersama-sama anggota yang semalam pun bergegas menuju ke gudang sekolah yang ada di lantai tiga. Max berjalan begitu cepat, nampaknya dia sudah tidak sabar sekali untuk melihat hasil perkerjaanku itu.

Max segera membuku pintu gudang yang sedikit berat karena engsel yang berkarat. Seperti apa yang ku rasakan semalam. Deritan suaranya membuat teman-temanku menutup daun telinga mereka dengan kedua tangannya.

“Ah!! Gila.. suaranya nyakitin telinga!!”

Keluh mereka serentak. Aku hanya terdiam. Karena aku sudah merasakan hal itu semalam. Ku lihat Maxim mendorong pintunya dengan kepayahan. Setelah semua pintu terbuka, mereka serentak menatapku.

“Itu lukisannya. Ada di depan lemari yang udah bolong!” ucap Maxim sambil menunjukkan sebuah lukisan gedung dengan tangga putih yang mengelilinginya. Di atasnya, ada bendera merah putih yang berkibar. Dan di sekelilingnya juga ada tumbuhan hijau yang ikut mengelilingi tempat itu.

Aku hanya mengernyit. Kenapa semalam aku sama sekali tidak melihat lukisan yang tergantung di depan pintu lemari ini? Aku hanya melihat sebuah lemari yang jebol di bagian tengahnya.

“Mana? Mana tanda tangan lu? Mana bekas spidolnya? Di pindahin juga enggak lukisannya, bergeser sedikit pun enggak. Emang beneran semalem lu udah masuk ke dalam sini? Tanda-tanda kehadiran lu aja gak ada di sini.” Tanya Maxim setengah mendesak padaku.

“Gue gak lihat lukisan ini semalem!” Dalihku. Karena aku memang tak melihatnya semalam.

“Halah!! Palingan juga lu bohong. Lu gak masuk ke sini kan semalam? Lu takut, jadi lu bohong ke kita-kita!” Ucap Maxim hingga membuatku sedikit kesal pada perkataannya yang terus-terusan meremehkan dan tak mempercayai aku.

Aku pun langsung mengalihkan pandanganku ke dekat jendela yang di tutupi dengan kayu lapuk. Aku menabrak tubuh Maxim yang menghalangi jalanku di pintu. Aku langsung saja masuk ke dalam sana, membuat mereka semua mengikutiku.

“Gue nandatanganin lukisan yang di sini semalem.. lukisan cowok berambut putih!” ucapku sambil membimbing mereka ke lukisan tersebut.

Namun betapa kagetnya aku, dan begitu juga dengan mereka, ketika melihat tanda tanganku dengan spidol merah malah terukir di atas kaca atau cermin. Aku benar-benar kaget. Aku tak percaya ini. Semalam ini benar-benar lukisan.

Ku dengar Maxim dan yang lainnya menertawakan aku. Apalagi ketika aku bersikeras untuk menilik lebih dekat cermin tersebut. Aku mengusap-usap cermin tersebut. Tidak mungkin kan mereka menjahiliku dengan memindahkan lukisan dengan cermin? Ini benar-benar tanda tanganku sendiri. Dan aku benar-benar tidak menandatangani cermin sama sekali.

“Mana Gam? Hahaha!!”

“Lu ketakutan banget ya pasti!”

“Cermin lagi yang di tandatanganin. Ya ampun!”

“Gak..”

“Gak mungkin..” Gumamku hingga membuat mereka semakin menjadi-jadi untuk menertawaiku.

“Jelas-jelas gua nandatanganin lukisan.. bukan cermin.. cowok berambut putih.. matanya hijau, bajunya putih. Dia ngangkat sebelah tangannya yang di lumurin darah.. bukan cermin kok.”

“Buktinya apa dong?” mereka kembali menertawaiku.

Aku terdiam. Tidak mungkin.. itu tidak mungkin kan? Semalam ini benar-benar lukisan, kenapa sekarang berubah menjadi cermin? Apa jangan-jangan, ini memang cermin dan bukan lukisan. Kalau benar begitu.. berarti.. yang aku tanda tangani semalam itu adalah...

“Pantulan makhluk halus yang sebenarnya.”

“Berarti.. saat bertatapan itu, kami memang sedang...”

Tiba-tiba aku merasakan ruangan ini menjadi gelap.

Gelap..

Aku tak dapat melihat apa-apa..

Kenapa ini?

Apa yang terjadi?

.

.

.

Bersambung...

***

NOTE

Penasaran sama lukisan yang di maksud Maxim dan teman-teman?

Agam salah menandatangani lukisan yang ternyata adalah cermin, padahal sebelumnya Agam melihat kalau lukisan itu adalah lukisan seorang lelaki misterius.

Lukisan angker yang mereka maksud adalah lukisan tempat pengasingan di jaman penjajah..

Entah apa maksudnya, tapi korban yang meninggal itu sebelumnya melukis sebuah tempat ini untuk terakhir kalinya.

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

mungkin yang semalem bukan lukisan tapi setan beneran

2024-02-15

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

iya aku jadi saksi

2024-02-15

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

pak Wanto mungkin gak suka ada yang masuk gudang...

2024-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!