Lukisan seorang lelaki Misterius

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lima puluh delapan menit. Aku terus berjalan menyusuri selasar kelas demi kelas. Pandanganku lurus, hanya tertuju pada satu pintu yang ingin ku masuki. Pintu yang sempat di tunjukkan Ciko padaku dari jauh.

Semakin lama aku berjalan, entah kenapa langkahku semakin berat. Aku mencoba untuk mempercepat langkahku menuju ke sana. Sayup-sayup ku dengar suara yang tadi kembali muncul. Tak terdengar begitu jelas. Suara langkah kakiku lebih besar dari pada suara itu. Namun jika aku mencoba memasang telingaku lebih peka, aku dapat mendengar suara gumaman lembut. Suara perempuan??? Kadang aku merasa suara itu seperti tangis yang terisak atau sesegukkan.

Entahlah, yang pasti itu cukup membuyarkan konsentrasiku. Aku mengarahkan lampu center lurus menuju pintu. Tapi mendadak, dari ujung sudut mataku, aku melihat seperti ada sesuatu, yang mau tidak mau harus membuatku mengarahkan center tersebut ke arah itu.

“Gak ada apa-apa?” Gumamku sambil menyoroti sekeliling bagian dalam kelas dari luar jendela. Padahal, kalau tidak salah.. aku seperti melihat perempuan memakai kebaya hitam dengan rambut sanggul yang terlihat sudah acak-acakkan. Ia menggeletuk seperti menggigil kedinginan. Mungkin saja aku salah lihat karena ruangan terasa sangat gelap.

Aku kembali meneruskan perjalananku. Ketika aku mengalihkan lampu center dari dalam ruang kelas, tiba-tiba tanganku seperti tertampik sesuatu. Membuat center yang ku bawa terjatuh ke atas lantai dan menyoroti arah belakangku.

“Apaan sih itu? Bikin kaget.” Gerutuku sambil kembali mengambil lampu center yang terhempas tersebut.

Seketika ketika aku merunduk, nampak terllihat satu bayangan yang berada di hadapanku. Ada yang menggantung, seperti kaki. Yang membuatnya seram, kaki itu berlumuran darah kental yang menghitam, dan lagi, baunya amis.. seperti darah sapi. Aku bisa melihatnya sedikit, meski kini aku sedang menunduk. Spontan saja hal tersebut membuat bulu-bulu tanganku berdiri. Aku sedikit memperlambat gerakanku. Karena hanya kalian yang bisa membaca perasaanku, jadi aku akan berkata jujur, kalau sekarang aku mulai merasa takut.

Dengan perlahan ku arahkan lampu center yang barusan ku ambil dari atas lantai. Menyorot ke hadapanku dengan cepat, karena jika melakukannya dengan lambat, aku tidak akan bisa melihatnya kembali seperti saat menyoroti bagian dalam kelas tadi.

Mataku terbelalak ketika hampir melihat sebuah penampakkan namun tiba-tiba saja lampu center ku tiba-tiba mati ketika aku menyorotinya. Aku panik sekali, dan aku benar-benar merasa takut hingga tanganku bergetar hebat. Tolong, sebelumnya aku tidak pernah sepenakut ini pada hal apa pun. Tapi kenapa sekolah ini terasa begitu nyata. Ku rasa aku tak pernah memiliki kemampuan indigo dan bisa melihat benda tak kasat mata. Tapi kenapa di sini seolah-olah sengaja menampakkan diri mereka padaku. Secara terang-terangan.

Aku terus mengetuk-ngetuk lampu centerku agar dapat kembali memberikan penerangan padaku. Namun di sisi lain, aku benar-benar merasa di depanku ada yang hendak menjangkau dan menghampiriku.

“Tidak!! Mau ku baca ayat kursi apa? Jangan mendekat!!” Bentakku seraya mengancam dan terus memukuli kepala center yang mati itu.

Lampu center mulai berkelip-kelip seiring dengan sebuah tangan yang ku rasa hampir menjangkauku dari depan kini mengarahkan tangannya yang berlumuran darah ke arah leherku. Ku rasa kuku-kukunya panjang dan lagi baunya benar-benar busuk. Sumpah, aku merasakannya, tapi aku tak bisa melihat apa-apa saking gelapnya.

Begitu lampu center menyala, aku langsung mencondongkan cahaya tersebut ke hadapanku. Dan seketika apa yang ku rasakan tadi menghilang. Mungkinkah dia sudah pergi ketika lampuku menyala?

Aku mendesah napas berat. Keringat mengucur di pelipisku. Aku merasa panas dalam keadaan malam yang sedingin ini. Aku menyeka keringatku. Dan terus berjalan hingga aku berhasil menemukan sebuah pintu besar dari kayu jati.

Benarkah ini gudang? Tapi ini terkesan terlalu artistik untuk sebuah pintu. Terlebih lagi, kenapa sekolah ini punya gudang di lantai tiga dan bergabung di antara ruang-ruang kelas lainnya, ruang musik, dan aku tidak tahu ruangan apa lagi yang ada di sini.

Kalau di sekolahku dulu, gudang akan berada di belakang gedung sekolah. Atau paling tidak memisahkan diri dari ruang kelas atau ruangan utama sekolah. Kenapa ruangan ini terlalu nyentrik dan kalau di rawat, sepertinya tempat ini tidaklah cocok di sebut sebagai gudang.

Ku lihat gagang besi yang terukir ini mulai berkarat, dan menghilangkan ukiran indah yang ada di besi tersebut. Mungkin karena jarang di masuki dan jarang di bersihkan, jadi ia tidak terawat seperti itu. Aku mengarahkan lampu centerku ke keseluruhan pintu. Benar, ini indah. Tidak hanya gagang pintunya yang terukir, daun pintunya pun demikian.

Dari ukirannya, ini seperti ukiran-ukiran jaman kerajaan sriwijaya atau majapahit. Aku tidak terlalu mengerti sejarah, tapi yang pasti ukiran kayu ini indah. Aku meraba ukiran kayu tersebut. Seperti ada raja bersama rakyatnya. Ya, ini terasa seperti sebuah perkumpulan. Kalau di lihat memang tidak akan jelas, karena ini bukan ukiran yang timbul, tapi ukiran yang tenggelam ke dalam. Tapi, jika memejamkan mata dan merabanya, kau akan merasakan apa yang baru saja ku katakan tadi.

Oh! Aku terlalu buang-buang waktu. Langsung saja aku menarik pintu gudang tersebut. Sedikit berat, mungkin karena engsel pintu yang hampir berkarat. Membukanya membuat suara deritan pintu yang menyakiti telinga. Gigiku jadi ngilu.

Krieeeeet..

Aku mendorong pintu tersebut dengan tenaga, dan begitu pintu terbuka seluruhnya, lampu centerku kembali bertingkah. Tapi beruntungnya ia masih menyala meski dalam keadaan berkelip dan juga agak redup.

Seketika angin dingin menyapu ketiakku. Masuk ke dalam bajuku dan menembus kulit ariku. Dingin! Tapi rasa dinginnya beda. Sensasinya beda. Rasanya seperti segera ingin berlalu dan tak mau masuk ke tempat itu.

Angin ini kembali membuat bulu kudukku bergidik. Aku mulai merasakan panas di bagian tengkukku, namun di beberapa bagian punggungku terasa dingin. Aku merasa tidak nyaman. Benar-benar tidak nyaman. Seperti mau demam dan dadaku terasa tercekat-cekat. Membuat perutku menciptakan sebuah rasa seperti sakit perut.

Aku mulai gelisah. Pandanganku ku arahkan seluruhnya. Mana? Yang mana lukisannya? Di sebelah yang mana? Yang ku lihat di dalam gudang ini adalah benda-benda rusak yang ada di sekolah. Lemari yang sudah jebol. Beberapa kursi yang rusak, begitu pula dengan meja. Beberapa bola yang kempes dan juga tumpukkan gulungan yang ku rasa adalah bekas peta besar yang sudah robek dan tak di pajang lagi di belakang kelas karena sudah di ganti dengan yang baru.

Beberapanya ada bingkai foto, ku pikir itu lukisannya, tapi ternyata itu foto bekas presiden yang dulu-dulu. Saat menjabat pada eranya. Kini aku melihat ke lantai, ada bercak kental yang tak sengaja ku injak, tidak mungkin kan kalau ini darah? Aku kembali menyapu seluruh ruangan dengan mataku. Pandanganku tertuju pada sebuah jendela yang di tutupi dan di paku dengan papan yang hampir lapuk.

Aku mulai melangkahkah kakiku memasuki bagian dalam ruangan. perlahan dan berhati-hati. Ku arahkan center pada satu arah, namun kepalaku terus bergerak ke kiri dan ke kanan untuk menilik seisi gudang ini.

Suasana gudang nampak mencekam, terlebih lagi dalam keadaan gelap dan juga di penuhi dengan benda usang yang seharusnya tidak perlu di simpan. Beberapa kali aku mendengar suara erangan, atau ini suara desahan? Terdengar seperti kesakitan.

Dalam kegelisahanku, aku akhirnya bisa sedikit lega ketika menemukan sebuah lukisan yang mereka maksud. Aku pun bermaksud mendekati benda persegi panjang yang terbingkai tersebut. Namun, entah kenapa aku seolah tak berani melakukannya. Terlebih lagi setelah ku lihat dengan seksama, lukisan itu tampak lumayan menyeramkan.

Gambar seorang lelaki berambut putih. Matanya hijau dan wajahnya pucat. Apakah lelaki yang gosipnya meninggal setelah menggambar ini, sedang menggambar seseorang atau menggambar dirinya sendiri? Atau ia sedang menggambar orang yang membunuhnya? Rasanya penasaran juga.

Tatapan matanya tajam, dan entah kenapa, aku merasa seolah lukisan ini benar-benar indah dan nampak realistis. Aku lumayan bisa melukis seperti itu, jadi aku sedikit kagum dengan hasil lukisan orang yang sudah meninggal ini. Pandangan yang ia gambarkan, seolah-olah sedang benar-benar menatapku dengan tajam. Dengan raut mata yang mengerikan. Marah? Apakah dia sedang marah? Sepertinya ia sedang menggambar orang yang marah, benar-benar hebat. Dan entah kenapa, rasanya kami bisa saling menatap satu sama lain, dan ketika bertemu pandang dengannya, aku merasa merinding dan dadaku sempat berdenyut panjang. Rasanya seperti habis di kageti seseorang. Jantungku berdebar hebat dan memanas.

Aku mulai mengeluarkan spidol milikku. Ku buka tutupnya, dan dengan cepat aku menandatangani lukisan tersebut. Lukisan yang hampir mirip seperti sebuah foto lelaki misterius dengan mata yang menyeramkan.

Tapi di sisi lain, Agam tidak menyadari, kedua tangan orang yang berada di lukisan itu mulai keluar dari kanvas dan hendak mengarahkan tangannya pada leher Agam.

......

*Author POV

“Max, kok Agam lama ya?”

“Jangan-jangan, Agam udah..”

“Bisa diem gak sih? Jangan ngomong yang aneh-aneh dong di tempat kayak gini!!” Bentak Maxim yang terlihat sedikit panik.

“Ini udah hampir sepuluh menitan loh.. Tapi dia belum juga nongol.” Sambung Ciko hingga membuat Maxim menatap jam yang ada di tangannya.

“Waktu dari sini ke sana, kira-kira lima menit.. waktu buat nyari lukisannya lima menit, dan waktu ia kembali dari sana ke sini juga lima menit. Jadi kita tunggu lima menit lagi. Mungkin sekarang Agam udah selesai nandatanganin lukisannya.” Sahut Maxim gentar.

Namun Maxim terlihat benar-benar resah. Ia tak bisa duduk dengan tenang, sementara Agam masih tidak tahu keberadaannya. Maxim berjalan mondar-mandir dengan cepat, dan berhenti secara tiba-tiba menghadap teman-temannya.

“Udahlah! Gak usah nunggu lima menit lagi! Sekarang kita susul Agam!” Ucap Maxim hingga membuat beberapa temannya terkejut.

“Susul Agam? Kesana?”

“Yaiyalah! Masa’ susul ke dalem kamar bapaknya!!” Bentak Maxim kesal.

“Tapi Max.. beneran lu?”

“Kenapa? Lu takut? Kalau takut yaudah lu tunggu aja di sini! Banci!!” Gerutu Maxim sambil mengarahkan lampu ponselnya ke depan.

“Kenapa gak tunggu lima menit lagi aja sih Max? Bentar lagi juga kayaknya Agam balik.”

“Diem ya lu!! Gue gak mau terjadi apa-apa sama Agam!”

“Ciyee.. lu cinta ya sama dia? Suka ya lu sama dia?”

BRAK!!!

Maxim langsung menendang meja dengan keras, hingga membuat Ciko dengan sigap menangkapnya. Maxim langsung menunjuk ke arah Zaki dengan penuh amarah, ia benar-benar tidak suka dengan bercandaan seperti tadi.

“Gue bunuh ya lo!!” Pekik Maxim kuat hingga membuat Zaki ciut begitu juga dengan beberapa orang yang berada di sana. Mereka kaget atas ucapan Max barusan.

“Apa-apaan sih Max?! Lu kayak orang kesetanan tau!! Sadar oii sadar!!” ucap Ciko hingga membuat Maxim mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia berusaha mengatur napasnya, dan menatap Zaki kembali, dengan raut yang lebih baik dari pada sebelumnya. Seolah baru saja sadarkan diri.

“Duuh.. gue kenapa ya..” Keluh Maxim sambil menyentuh kepalanya. Ciko langsung melepaskan Maxim ketika melihat teman mereka itu sudah lebih tenang.

“Gue becanda kali Max.. kok lu marah beneran. Mau bunuh gue lagi.” Keluh Zaki sambil menatap Maxim dengan ragu.

“Sorry bro.. gue juga gak tau, tiba-tiba aja gue lepas kendali.”

“Jadi sekarang gimana? Susul Agam atau enggak nih?”

“Susul.” Singkat Maxim.

Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, tampak bayang-bayang lampu dari kejauhan yang di sorot ke arah mereka. Mereka mengernyit serentak ke arah tersebut.

“Itu Agam?”

“Tapi... kenapa jalannya pelan gitu?”

“Iya.. padahal tadi jalannya normal-normal aja pas pergi kesitu.”

“Ja.. jangan-jangan... Agam udah..”

Agam terhenti tepat di depan mereka. Raut wajahnya datar. Ia memegang spidol tanpa tutup. Apa dia menghilangkan tutupnya saat berada di dalam? Atau dia sangat ketakutan, hingga menjatuhkan tutup spidol dan kembali dengan cepat ke sini?

Tapi itu tidak mungkin, ia tak mungkin ketakutan. Bisa di lihat dari cara ia berjalan. Sangat santai dan pelan. Agam hanya diam tanpa berkata apa pun ketika sudah berada di depan teman-temannya. Itu terlihat sedikit aneh bukan?

“Gam..” Sapa Ciko.

“Lu Agam kan?” Tanya Maxim juga. Namun Agam hanya terdiam. Ia seketika terkikik geli sambil menatap teman-temannya yang mulai ketakutan.

“Aku bukan Agam, aku kuntilanak." Ucap Agam dengan suara falset sambil tertawa.

Sontak hal ini membuat teman-temannya berteriak ketakutan sambil saling berpelukan. Maxim memundurkan kakinya beberapa langkah. Membuat tertawaan Agam semakin menjadi-jadi.

"Be.. beneran kuntilanak kaan!!" Pekik Ciko gemetaran. Agam semakin tertawa kencang setelah melihat Ciko yang ketakutan.

“Hush!! Berisik!! Gue Agam!!” desis Agam sambil mengernyit ke arah teman-temannya. Sontak suara Agam langsung membuat teman-temannya kembali terdiam dan menatapnya.

“Beneran? Beneran lu Agam?” Agam menganggukkan kepalanya.

“Ya iyalah. Penakut banget sih! Gue becanda doang!”

“Misi gue udah selesai tuh!!” Ucap Agam sambil mengambil tasnya yang berada di atas meja bersama teman-temannya. Maxim hanya mengernyit.

“Lu udah nandatanganin lukisan itu?”

“Ya.”

“Beneran? Ntar lu bohong lagi!”

“Liat aja sendiri ke sana kalau gak percaya!” Balas Agam lempeng pada Maxim. Maxim hanya terdiam tanpa menimpali. Mana berani dia seorang diri pergi ke sana.

“Oke.. besok.. besok aja kita cek.. ini udah kemaleman.” Dalih Maxim dan mendapatkan persetujuan teman-temannya.

“Terserah.” Sahut Agam sambil berlalu meninggalkan mereka. Dengan sigap mereka semua segera mengambil tas masing-masing dan pergi mengikuti Agam.

Di tengah-tengah keramaian mereka, tiba-tiba ada sebuah center yang menyorot ke arah mereka. Sontak saja Ciko dan teman-temannya kembali berteriak karena terkejut. Padahal yang berada di barisan paling depan adalah Agam dan Maxim.

“Waduh waduh waduh!!! Aden-aden kenapa keluyuran di sekolah malem-malem?” tanya pak Wanto yang merupakan penjaga sekolah.

“Pa.. pak Wanto kan?”

“Iya den..”

“Ini beneran pak Wanto kan? Bukan demit?”

“Ya ini pak Wanto den.. gimana sih aden..”

“Pak Wanto ngagetin deh.”

“Ngagetin apanya? Bapak kesini karena dengar suara ribut-ribut tengah malam. Taunya kalian ya?”

“Ngapain kalian kesini? Kan udah di bilang, jangan ke sekolah lewat dari jam sepuluh malem!! Ngeyel ya kalian.. entar kalo terjadi apa-apa yang susah siapa? Bapak juga kan?” gerutu pak Wanto pada mereka.

“Maaf pak..”

“Yasudah.. pulang semuanya!! Pulang pulang!!”

“Bapak laporin guru Bk sama kepala sekolah baru tahu rasa kalian!!” Ancam pak Wanto hingga membuat Agam cs dengan segera meninggalkan ruangan tersebut. Meninggalkan pak Wanto seorang diri di sana.

Pak Wanto ini adalah penjaga sekolah turun temurun dari para kakeknya dulu. Jadi mereka benar-benar tahu apa riwayat sekolah ini. Bisa di bilang pak Wanto ini adalah pawang sekolah. Setiap mengadakan acara malam di sekolah, murid-murid harus berkonsultasi dengannya dulu. Agar acaranya menjadi aman.

Pernah kejadian, ketika pak Wanto pulang kampung ke Jawa, dan bertepatan dengan di adakannya jurit malam yang di ganti menjadi jurit di waktu sore. Saat itu terjadi kerasukan massal hingga membuat acara terpaksa di hentikan. Padahal saat itu, acara yang di langsungkan tidak lebih dari jam lima sore. Namun jika pak Wanto ada, itu tidak pernah terjadi. Maka dari itu, pak Wanto benar-benar di segani, bahkan melebihi segan para siswa dengan kepala sekolah.

Dalam kesendiriannya, tiba-tiba saja pak Wanto menoleh lurus ke arah gudang. Raut wajahnya kian tegang, dan kakinya sedikit gemetaran.

“Kenapa?” Tanya pak Wanto.

“Kenapa kamu tersenyum begitu di sana?”

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

°RhaiKen™

°RhaiKen™

nanya Kunti bogel mamang...🤭🤭

2024-04-23

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

tanya ma siapa pak Wanto...kunti?

2024-02-15

1

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

pak Wanto mencurigakan

2024-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!