Badai Datang!

Pagi ini aku bangun tepat waktu, tidak seperti kemarin-kemarin. Setelah bercerita dan menemani Kun nonton anime, aku tak sadar telah terlelap dan melalangbuana ke alam mimpi.

Aku beranjak, melipat sajadahku setelah selesai shalat subuh. Tentu tak ada Kun di sisi ku. Dia pergi. Setiap ada adzan dari jam khusus pengingat adzan yang ada di rumahku, saat aku mulai mengambil wudhu, dan ketika aku shalat, mengaji atau pun berdzikir, ia tak menampakkan bulu matanya sama sekali.

Kadang ia ada, dan mengambil jarak yang lumayan jauh dariku. Katanya sih kepanasan. Ia tak tahan. Makanya ia pergi. Dan aku tak selalu menanyakan kemana ia harus pergi, karena aku tahu ia akan kembali.

Aku mengambil handuk untuk mandi, dan masuk ke dalam kamar mandi setelah membaca doa. Kalian pun harus melakukan itu, karena kamar mandi ini tempat tinggal setan, kalian gak mau kan, aurat kalian dilihat mereka? Apalagi bagi yang perempuan. Dan tidak boleh mandi telanj*ng yaa..

Aku menatap pantulan wajahku di cermin kamar mandi. Cermin yang sudah di ganti ayah karena di pecahkan oleh Kun. Aku mulai mengambil sikat gigi dan mengoleskan pasta gigi di atasnya. Menyikat gigi ku sambil menatap datar ke arah cermin.

Tiba-tiba saja aku bergidik. Tak tahu kenapa, rasanya menjadi panik dan was-was sendiri. Aku mulai menelaah setiap sudut kamar mandi dari dalam cermin.

Menatap sebuah kloset duduk yang tertutup. Shower yang berada tepat di atas kepala ku. Bak mandi untuk berendam. Dinding kamar mandi yang di desain dengan keramik yang terlihat artistik. Dan cantelan handuk yang terpasang di dinding kamar mandiku. Tak ada yang aneh.

Aku pun meludah, lalu berkumur untuk menghilangkan busa dari pasta gigi yang ku pakai. Aku menyeka mulutku sambil kembali bercermin, memastikan tidak ada lagi busa yang tersisa di sisi bibirku. Aku pun meletakkan kedua tanganku di wastafel dan bertumpu di sana.

Setelah melamun sesaat, aku menghadap ke arah kloset. Membuang air seni ku di sana. Setelah benda milikku itu ku simpan di balik celana, aku kembali berjalan ke hadapan cermin dan memutar keran, agar mengeluarkan air pancuran dari shower yang berada di atas. Aku harus segera mandi, karena memang tak di anjurkan untuk berlama-lama di dalamnya.

Namun tak ku rasakan tumpahan air membasahi tubuhku yang membutuhkannya. Aku tak lantas mendongak ke atas, aku lebih tertarik kembali memutar-mutar keran dalam genggamanku.

Tes.. Tes..

Sesuatu menetes pada lenganku, rasanya dingin dan agak pedas, cairan itu pun terjatuh juga di lantai. Aku mengernyit memperhatikan. Cairan kental apa ini? Warna putih susu. Entah kenapa aku merasa bergidik. Bulu kuduk ku merinding, dan pori-pori kulitku merekah.

Tak kalah membuatku panik, tiba-tiba muncul suara cakaran pada langit-langit. Aku menenggak saliva, dan bersiap mendongak ke atas.

Ketika aku mendongak, sesuatu tiba-tiba saja jatuh dan menimpaku. Aku berteriak kencang saking kagetnya. Sesosok makhluk terjerembab bersamaku. Membuat kami terduduk berhadapan dan saling melemparkan pandangan.

"Sawa tewejut! (Saya terkejut!)" Keluh makhluk halus yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kun. Ia menatapku heran dengan sebuah sikat gigi di dalam mulutnya. Ia sedang bicara kalau ia terkejut. Aku menggeram kesal. Dia benar-benar seperti setan!! Tapi kan dia memang setan.

"Ngapain lu di atas? Nyakar langit-langit, terus ini?!" Keluhku pada cairan di atas lenganku. Ia menatap ke arah yang ku tunjuk.

"Busa dari dalam mulut lo?!" Pekikku kesal. Kun hanya mengangguk sambil melanjutkan menyikat giginya tanpa memperdulikan aku yang sedang kesal dan merasa jijik akan ludahnya.

"Lu pake sikat gigi siapa?"

"Saya ambil di sana," Tunjuknya pada tempat pasta gigiku yang masih di segel. Cadangan, karena aku selalu mengganti sikat gigi sebulan dua kali.

Tok Tok Tok!!

Suara ketukkan pintu kamar mandi membuatku terperanjat kaget. Aku segera menyahut panik.

"Ya?"

"Kamu kenapa nak? Kok teriak-teriak?" Itu suara ibuku dari balik pintu. Sepertinya teriakkanku kencang sekali. Sampai terdengar di dapur.

"Ha.. hampir kepleset bu!" Dalihku.

"Duh, lantai kamar mandinya udah licin ya? Nanti pulang sekolah kamu bersihin, nak. Di sikat! Bahaya tau!"

"O.. Oke bu, gampang!" Sahutku.

Aku terdiam beberapa saat. Memastikan kalau ibu sudah tak berada di depan pintu. Dan ketika sudah yakin kalau ibu sudah pergi, aku menatap Kun dengan sengit.

"Ngapain lu dateng tiba-tiba gitu?" Desakku kesal. Ia mengeluarkan sikat gigi dari dalam mulutnya.

"Namanya juga hantu. Itu bakat alami saya tahu!" Balasnya dengan mulut penuh busa.

"Tapi lu kan udah temenan sama gue, sama manusia! Bisa gak sih lebih manusiawi dikit?! Kalo gue sampai pingsan karena kaget gimana?" Ia terdiam. Nampak seperti sedang berpikir sejenak.

"Gampang! Tinggal saya yang masuk ke badan kamu, terus saya makan, terus ke sekolah. Gantiin kamu." Balas Kun remeh.

"BODO AH!! Bunuh lu sekali lagi gak dosa kan ya!!" Ucapku menahan pekik yang berusaha keluar dari dalam mulutku.

.

***

.

Di sekolah, aku sedang berjalan menuju kelasku. Tak henti-henti para siswi menyapaku dengan wajah semerah tomat, seperti biasa, mereka menyapa berharap aku lihat, namun ketika aku membalas tatapan mereka, mereka akan tersipu malu dan menundukkan kepalanya. Mereka kira aku ini lagu mengheningkan cipta apa? Yang harus menundukkan kepala tiap kali mendengarkannya? Aku berjalan sambil memasang dasi dengan topi abu-abu yang ku pakai terbalik.

"Agam!!" Sapa seseorang sambil menarik lenganku ke arahnya. Aku pun berbalik dan menatapnya.

"Lian? Kenapa?" Tanyaku heran, sambil menatap perempuan yang tengah memakai rompi merah miliknya, menandakan kalau ia adalah anggota PMR. Ia juga memakai topi dan membiarkan rambut panjangnya ia masukkan ke dalam lubang topi yang ada di bagian belakang. Seolah sedang terkuncir kuda. Manis sih.. Jujur.

"Kamu mau ke kelas ya?"

"Ya." Singkatku yang masih sibuk membenarkan dasi.

"Aku temenin ya, terus kita ke lapangan upacara sama-sama." Tawarnya sambil melepaskan lenganku dari genggamannya. Aku pun tersentak mendengarnya. Mau apa sih dia? Ia berjalan selangkah di hadapanku.

"Apa tuh? Kayak suami istri aja. Gak mau!" Balasku hingga membuatnya mencetut.

"Kok gak mau?" Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Ah! Aku jadi tidak enak kan padanya.. apa barusan sikapku kasar?

Aku kembali terdiam. Ku tatap kedua matanya yang sejurus padaku. Melembutkan pandanganku. Kalau dia marah karena kata-kataku, jelas aku telah menyakiti perempuan, dan aku tak mau ibu kecewa.

"Lian, lu pergi duluan aja ya.. Entar gue nyusul kok." Ucapku sambil memberikan senyum singkatku padanya. Lian nampak terdiam sesaat, kemudian menyetujuinya dengan cepat.

"Yaudah deh." Singkatnya sambil berbalik cepat dan meninggalkanku. Aku hanya menatapnya datar. Dan membiarkan ia pergi dari hadapanku.

Kun hanya menatapnya tak berkedip. Kenapa? Apa Kun suka dengan Lian? Tapi nampaknya tidak. Aku yakin dia baru saja mendengarkan suara hati Lian? Makanya dia melihat Lian seperti itu. Rada sinis sepertinya.

Aku yang masih berjalan santai sambil mengutak-atik dasi pun mendengarkan sebuah suara...

Kriiiing... Kriiing...

Tentu itu adalah suara bel berbunyi. Aku langsung panik ketika mendengar suara itu. Aku bergegas berlari ke dalam kelas untuk meletakkan tasku, dan segera menuju lapangan upacara.

Di lapangan upacara, aku melihat semuanya sudah mulai mengatur barisan. Aku berjalan cepat tepat di belakang barisan tiap kelas. Berusaha mencari di mana kelasku berada.

Setelah menemukannya, aku berdiri di barisan paling belakang. Sebenarnya ukuran tubuhku cukup tinggi untuk berada di sana. Aku seharusnya berada di barisan kedua atau paling depan. Tapi karena aku datang terlambat, ya aku harus berdiri di belakang. Namun tiba-tiba, sesuatu dari arah samping menyergapku.

Plak!!

Seseorang menampar pundakku, hingga membuatku tersentak. Aku segera menoleh ke arah gadis mungil di sampingku.

"Yang badannya tinggi di depan dong!! PeAk!!" Gerutunya padaku. Aku mengernyit menatap perempuan itu. Dia Dara? Aku baru sadar kalau tubuhnya mungil, jadi dia berdiri di barisan paling belakang seperti ini. Aku tersenyum sinis menatapnya. Ku ledek apa ya? Kelihatannya dia ini lucu.

"Iya deh, Unyi!" Ledekku, membuat ekspresinya seketika berubah.

"Nyebelin banget! Sana pergi!!" Usirnya sambil mendorong tubuhku dengan kuat, membuatku hanya bergerak sedikit saja atas dorongannya.

Dari arah depan namun pasti. Maxim yang merupakan ketua kelas menghampiriku ke belakang. Tubuhku memang mencolok jika di letakkan di belalang.

"Gam, ke depan!" Pintanya. Aku hanya diam dan menuruti kemauan mereka (Agam dan Dara). Berdiri di barisan paling depan, tepatnya di samping Maxim yang merupakan pemimpin barisan di kelas kami pada saat itu.

"Ini sedang apa?" Tanya Kun yang ikut berbaris di antara aku dan Maxim. Aku hanya diam dan tak menanggapi.

"Jadi ini upacara bendera enam belas tahun kemudian ya?" Gumamnya lagi sambil sibuk menilik ke sekeliling.

"Tidak ada yang spesial dan berubah. Kecuali wajah orang-orang jaman dulu dan jaman sekarang!" Aku mengernyit menatapnya. Bermaksud untuk menanyakan apa maksudnya.

"Dulu itu yang sudah SMA sudah tumbuh kumis dan bulu kaki. Pakai celana sampai rusuk, sama ikat pinggang, kaki celananya besar lagi, bisa buat menangkap ikan di sungai. Kalau yang berlagak preman dan bandel, kancing bajunya di buka sampai dada. Terus lengan bajunya di gulung. Itu keren banget bagi kami."

"Selama ini saya cuma di gudang, jadi tidak pernah lihat upacara dan proses kalian belajar. Karena tempat saya di gudang." Terangnya lagi. Aku pun mengernyit, menatap wajah dan kakinya yang semulus pant*t bayi.

"Pelajar SMA dulu punya kumis dan bulu kaki, kok lu enggak? Elu SMA juga kan terakhir kali hidup?" Gumamku dengan gerakkan mulut yang lambat tanpa suara. Aku yakin Kun bisa mengartikannya. Kun langsung mengusap dagunya, meraba untuk memastikan sesuatu.

"Iya, saya belum tumbuh bulu! Haha.." Sahut Kun sambil tertawa geli.

"Saya albino nampaknya. Rambut dan kulit saya putih sekali. Jadi mungkin bulu saya berjenis halus atau transparan." Jelasnya.

Mana ada sih bulu yang transparan. Dia hanya berdalih saja, karena memang tak punya bulu. Aku meringis menahan tawa. Menutup rapat mulutku sebisanya. Siapa juga yang nanya dia albino atau enggak, apa dia mau pamer kalo punya bulu-bulu pirang??

Di samping kiriku, Ciko mengernyit heran. Menatapku yang sedang terkikil menahan tawa, hingga pundak ku naik turun tak beraturan.

"Gam! Ngapain lu diem-diem ketawa?" Tanyanya padaku. Aku pun terdiam, berusaha menahan tawa dengan mendatarkan wajahku.

"Oooh!!" Ciko langsung mengangkat kedua alisnya, seolah baru menyadari sesuatu. Ia mengarahkan jari telunjuknya ke hadapanku.

"Elu diem-diem kentut kan? Ngaku lo!!" Tuduh Ciko padaku sambil mencubit ujung hidungnya. Menahan bau maksudnya.

"Emangnya gue elu!" Balasku sambil kembali tertawa karena ekspresi lucu yang di tunjukkan Ciko padaku.

"Aneh nih bocah! Salah minum obat kali ya?" Keluh Ciko lagi.

"Dia kenapa ya? Berisik sekali dari tadi.. Apa dia juga tidak punya bulu?" Tanya Kun padaku.

Aku mengulum bibirku. Terserah lah, entah kenapa, baik di sekolah lama atau baru, ada saja hal-hal lucu yang mampu membuatku berusaha menahan tawa setiap kali upacara bendera.

"Psst, Cik, Gam Serius dikit kek!! Upacara udah mau mulai nih!!" Tegur Maxim yang merasa risih atas ulahku dan juga Ciko.

Aku dan Ciko pun terdiam serentak. Yaa, wibawa Maxim memang sudah mendarah daging, jadi waktu dia bilang A, ya kami pasti akan menuruti. Walau kadang dia songong dan ngeselin sih.

.

***

.

Upacara pun berlangsung seperti biasa. Kakiku jadi kebas karena berdiri dengan posisi tegap cukup lama. Aku mulai tak fokus pada pelaksanaan upacara. Jangan menghujatku ya, karena aku hanya mengutarakan apa yang aku rasa.

Mataku mulai bersileweran, menatap keseluruh wajah siswa dari kejauhan. Dan mataku pun terhenti pada makhluk halus di sampingku. Ia tiba-tiba saja terbelalak, tubuhnya tersentak dan aku tak tahu apa yang baru saja ia lihat atau rasakan.

Tubuhnya kaku dan mengeras. Matanya masih membelalak, dan kedua alisnya terangkat. Ia menatap ke arah sisi kanan. Aku pun mengikuti arah pandangannya.

Ia menatap barisan kelas X1? Ada apa? Kenapa raut wajahnya kaget begitu. Ku lihat lagi, ia menggigit bibir bawahnya. Dan kedua tangannya terkepal kuat. Apasih yang ia lakukan? Apa yang ia lihat dan rasakan?

"Kepada, bendera merah putih... Hormaaat... Grak!!!" Seru pemimpin upacara dengan suara lantang nan merdu. Di sambut dengan iringan lagu Indonesia Raya dari tim Padus.

Kami pun serentak mengangkat tangan dan meletakkannya di pelipis sebelah kanan, tepatnya di ujung topi sambil memperhatikan sang saka merah putih sedang di kibarkan.

Aku lihat Kun ikut menghormati. Namun seketika saja, dari barisan kelas X1, terdengar suara jeritan menyeramkan yang begitu melengking. Bahkan aku yang di pisahkan oleh kelas X2 tetap dapat mendengarkan teriakkannya.

Seluruh teman kelas mereka panik, terlebih ketika seorang perempuan jatuh dan terjerembab di atas tanah. Sepertinya dia adalah perempuan yang berteriak tadi.

"Ada apa? Kenapa?" Sayup-sayup ku dengar suara penasaran dari tiap murid sambil menoleh ke arah tersebut. Anggota PMR yang bersiaga di belakang dengan sigap datang dan menghampiri korban.

Aku juga lihat Lian ada di sana. Ia ikut membantu, namun tiba-tiba, Lian pun ikut oleng dan tubuhnya terhuyung. Dengan sigap anggota PMR yang lain menangkap tubuhnya sebelum jatuh.

"Aaaakkkkhhh!!" Pekik Lian dengan kencang sambil memberontak. Ia membuka topi dan mengacak-acak rambutnya. Wajahnya memerah, dapat ku lihat dari kejauhan, karena aku lumayan tinggi.

"Kesurupan?" Gumam teman-temanku.

Sudah dua orang yang berteriak..

.

Tidak, tiga orang..

.

.

Bukan, empat??

.

Sekarang ada berapa? Kenapa terus bertambah?

Beberapa siswa bubar dari barisan. Mereka menghampiri korban yang di dominasi oleh kelas X1. Beberapa orang guru pun mulai menghampiri.

Semua orang mulai panik, namun sang saka merah putih tetap dikibarkan dengan iringan lagu Indonesia Raya yang indah.

Aku masih dalam posisi hormat, namun kedua mataku fokus pada arah lain. Di dalam kepanikan setiap wajah orang-orang, aku menatap Kun.

Lelaki berkulit putih pucat yang berada di sampingku. Ia menyelis, menatap ke arah kelas yang memang telah ia lihat sebelum kesurupan ini terjadi.

Ia memunggungiku. Aku tak dapat melihat ekspresinya kala itu, tapi dari kejelian mataku, ku lihat kedua pipinya tertarik.

Kun sedang tersenyum???

Tapi... apanya yang lucu?

.

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

Kun kenapa

2024-02-19

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

🤣🤣🤣

2024-02-18

0

IG: _anipri

IG: _anipri

heh ....

2023-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!