Istri Ustadz Alif

Istri Ustadz Alif

Mendadak nikah

"Na, nyokap gue nyuruh pulang nih. Sorry banget ya gak bisa nemenin lo hari ini. "

Meski merasa kecewa, Anna tetap tersenyum mengiyakan. Anna melihat sahabatnya bergegas mengemasi buku-bukunya lalu berpamitan.

Huhhh.....

Anna memejamkan matanya, menyandarkan kepalanya pada dinding yang dingin, berharap bisa mendinginkan kepalanya saat ini. Setetes air mata turun tanpa permisi, namun bibir cantik itu malah tersenyum mengingat ucapan ibunya pagi tadi.

(Ibu udah nggak sanggup lagi sama ayah kamu. Selama ini ibu bertahan cuma untuk kamu. Kalau ibu dan ayah berpisah, kamu ikut ibu aja. Ayah kamu nggak akan sanggup membiayai kamu, apalagi hutangnya dimana-mana. Bahkan berani menggadaikan sertifikat rumah kita. Ingat Anna! selama ini ibu yang biayai keluarga kita, termasuk biaya sekolah kamu dari kecil.) 

Sedih, kecewa, benci, marah, semua hal negatif sedang mendominasi perasaan Anna saat ini. Bahkan selama perkuliahan berlangsung dari tadi, Anna tak bisa fokus. Semua hal tentang permasalahan orang tuanya menjelma bagaikan film di kepalanya.

Niat hati ingin curhat dengan sahabat, namun keadaan tidak mendukung hari ini. Anna menghapus air matanya, mengemasi buku-bukunya lalu keluar dari kelas yang sudah kosong dari tadi.

Motor matic berwarna hitam melaju bersama dengan para pengguna jalan raya sore itu. Kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi warga Jakarta, apalagi di jam pulang kantor.

Anna mengamati sekitarnya, banyak pengendara yang merasa kesal akan kemacetan ini. Suara klakson dimana-mana, Namun ia merasa heran dengan jalan satunya yang lenggang.

'Sudah mau magrib sih, apalagi aku nggak tau daerah sana'

Entah kenapa ia tertarik untuk healing sore itu. Mungkin karena persoalan yang sedang ia rasakan membuat Anna ingin melepaskan beban-bebannya dengan jalan-jalan sore.

'Sunset nya indah banget' ucap Anna dalam hati.

Sesaat hatinya mulai membaik dan melupakan permasalahan yang sedang ia hadapi.

Tanpa Anna sadari segerombolan laki-laki memantaunya didepannya. Salah seorang diantara mereka melihat jam di pergelangan tangannya lalu tersenyum misterius.

"Saatnya bereaksi" Ucap salah seorang laki-laki pada teman-temannya.

Anna yang melihat banyak pengendara motor didepannya didominasi laki-laki, mendadak menjadi takut dengan berbagai pikiran buruk dikepalanya. Apalagi jalanan yang ia lewati saat ini adalah jalanan sepi ditambah hari mulai tampak gelap.

"Turun" Bentak salah seorang dari laki-laki itu.

"Eh, kalian mau apa? "

Tanpa babibubebo dua orang laki-laki memegang tangan Anna dan menahannya. Anna mencoba untuk melepaskan tangannya dan hendak berteriak meminta tolong. Namun, mulutnya segera dibungkam oleh salah seorang laki-laki yang memegang tangannya.

'Ya Allah, Anna nyesel. Harusnya tadi langsung pulang bukannya malah mampir-mampir gak jelas dan berujung kayak gini. Tolongin Anna ya rabb, Anna takut hiks hiks'

Anna hanya bisa berdoa meminta pertolongan pada sang pencipta. Karena ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Tak lama kemudian mobil hitam datang dari arah depan. Salah seorang penjahat tersebut tersenyum angkuh sambil menatap ke arah layar HP nya.

"Astaghfirullah. Apa yang kalian lakukan pada perempuan itu. Lepaskan dia! " Ucap pemilik mobil yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.

"Lepaskan? Hahahaha"

Para penjahat itu saling tertawa meremehkan lalu mereka mengepung laki-laki yang baru saja datang itu.

Anna menyaksikan bagaimana laki-laki itu mulai melawan para penjahat itu hingga mampu membuat para penjahat babak belur. Namun hal itu hanya sebentar, karena tiba-tiba salah seorang dari penjahat itu segera menempelkan sapu tangan ke penciuman laki-laki itu hingga ia tak sadarkan diri.

'Eh'

Anna bingung dan panik lalu secara tiba-tiba ia pun juga di paksa dibungkam dengan sapu tangan yang sama hingga tak sadarkan diri.

*

Suara berisik tertangkap di indra pendengaran Anna hingga ia mulai membuka mata. Kepalanya masih terasa sakit karena efek bius tadi.

"Nah akhirnya sudah sadar juga si eneng. Itu bangunin cowoknya, tidur kayak kebo" Ucap salah seorang bapak-bapak padanya.

"Cowok, cowok ap... Aaaaaaaa"

Anna berteriak kencang hingga membuat para warga tersentak kaget. Apalagi laki-laki yang tidur di sampingnya dengan tangan melingkar di atas perutnya.

Anna melihat bajunya masih utuh, meski sedikit berantakan. Ia kembali menoleh pada laki-laki yang berada di sebelahnya yang masih mengenakan pakaian lengkap, namun tangannya berani melingkar diatas perutnya. Dengan segera Anna menjauh dari laki-laki asing yang ada disebelahnya.

Mendengar teriakan yang keras membuat laki-laki disamping Anna terbangun dan mulai mencoba memahami situasi sekitar. Belum juga ia paham dengan situasi yang dihadapi sudah harus menghadap ketua RT dan para warga yang hendak mengadili.

"Astaghfirullah ustadz" Ucap seorang bapak-bapak yang baru saja hadir.

"Pak RT kenal dengan laki-laki ini? " Tanya salah seorang warga.

"Dia ustadz Alif, anaknya kyai Ibrahim" Jawab Pak RT tersebut yang sontak membuat para warga syok.

"Astaghfirullah, jadi gini kelakuan anaknya Kyai Ibrahim. Ini tidak bisa dibiarkan, ini sudah menodai kampung kita. Kalau kelakuan anaknya saja kayak gini, apalagi ajaran bapaknya. Lebih baik bubarkan saja pondok pesantren itu" Ucap salah seorang warga yang geram dan disetujui para warga lainnya.

Alif yang tadinya diam, sekarang tidak bisa membiarkan semuanya salah paham lagi. Ia tidak mau atas apa yang menimpanya malah berimbas pada pondok pesantren keluarganya yang sudah lama berdiri.

"Tunggu dulu. Kalian tidak bisa menghakimi kami secara sepihak. Apalagi membawa persoalan ini untuk disangkut pautkan dengan pondok pesantren"

"Halah semuanya sudah jelas bahwa kalian sudah berbuat zina di kampung kami. Kami semua saksinya, kalau kamu tidur dengan perempuan itu. Mau membela diri bagaimana lagi hah? "

"Kami tidak berbuat zina. Tadi ada penjahat yang mau berbuat jahat ke saya, trus mas-mas itu nolongin. Tapi malah dibius begitu juga saya dan berakhir disini. " Ucap Anna ikut membela diri.

Semua warga saling pandang dan terheran-heran.

"Itu benar" Ucap Alif menimpali.

"Alasan mereka aja itu. Sudah jelas mereka berbuat zina dan mau membela diri dengan mengarang cerita bohong. Di rumah kosong ini cuma ada mereka berdua dan tidak ada siapapun lagi. " Ucap salah seorang warga dengan lantang dan disetujui para warga lainnya karena mereka tidak bisa menunjukkan bukti yang akurat.

"Udah, nikahin aja. Panggil orang tuanya"

"Eh"

Anna terkejut dengan tindakan warga yang hendak menikahkanya paksa dengan laki-laki asing yang tak ia kenal sama sekali.

Segala bentuk pembelaan yang mereka lakukan sia-sia saja. Kini mereka diminta menghubungi kedua orang tua masing-masing.

Tak lama kemudian akhirnya kedua orang tua Anna dan Alif sudah hadir, mereka juga sudah mendengar penjelasan dari anak-anak mereka dan para warga. Namun, karena tidak memiliki bukti yang kuat bahwa mereka tidak melakukan zina. Mau tidak mau mereka dinikahkan saat itu juga.

Anna yang pasrah hanya bisa meneteskan air mata, saat kata sah terdengar lantang di pendengarannya. Tiba-tiba menjadi seorang istri disaat ia belum lulus kuliah, apalagi membanggakan orang tuanya.

Anna melirik ke arah kedua orang tuanya, dimana kedua orang tuanya menunjukkan sikap kompak pada sang besan seolah-olah mereka pasangan yang baik-baik saja.

Lalu ia melirik pada orang asing yang sekarang menjadi suaminya, yang sedang menandatangani akta nikah mereka. Entah bagaimana prosesnya hanya dalam satu jam semua berjalan layaknya pernikahan pada umumnya.

Dengar-dengar tadi katanya kyai Ibrahim punya kerabat dekat yang bertugas di KUA, makanya semua diproses dengan cepat.

"Ini"

Suara lembut sang suami membuyarkan lamunan Anna yang tadinya menatap ustadz Alif dengan tatapan tak terbaca. Anna menerima akta nikah dan menandatanganinya.

"Kalau dilihat-lihat mertua kamu dan suami kamu orang berada. Baguslah, setidaknya bisa menafkahi kamu nantinya. Nggak kayak ayahmu." Ucap Ibu Anna setengah berbisik sambil menatap sinis sang suami.

Anna sudah tidak ada tenaga lagi untuk meladeni ucapan ibunya, ia lelah sekali hari ini dengan permasalahan yang bertubi-tubi. Ia melirik pada sang ayah yang tak ada keinginan protes dengan ucapan istrinya, dan lebih memilih menghampiri menantunya untuk diajak ngobrol.

***

Terpopuler

Comments

Nm@

Nm@

Hadir, Kak

2023-10-15

0

°•°

°•°

Kasihan Anna nya 😭 huaaa pak 911 tolongin Anna

2023-09-03

0

°•°

°•°

Ya Allah sedih nya 😭 sungguh lelah sekali seorang ibu menanggung beban tersebut. tapi sungguh salah untuk mengumbar keburukan suami nya kepada anak nya sendiri.

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!