"Lama tidak berjumpa babe. Dan kamu tambah cantik aja sekarang." Ucap seorang laki-laki yang mencium punggung tangan perempuan disampingnya.
"Tentu, tapi bisakah mobil ini jalan sekarang." Ucap perempuan tersebut yang tak lain adalah Fatimah.
Laki-laki tersebut langsung menyetujuinya dan menjalankan mobilnya. Sedangkan perempuan disebelahnya memoleskan lipstik berwarna merah maroon dibibirnya.
"Kita mau kemana cantik?" tanya laki-laki tersebut sambil menyetir mobilnya.
"kemana pun, yang penting tidak didaerah ini."
"Dengan senang hati" Ucap laki-laki tersebut sambil mencolek dagu Fatimah.
*
"Saya sebenarnya kecewa sama kamu Alif. Bagaimana bisa kamu menikahi perempuan lain disaat tanggal pernikahanmu dengan Fatimah sudah ditentukan?"
"Semua diluar kehendak saya Kyai"
"Fatimah sudah memberitahukan hal ini pada saya, namun yang saya ingin dengar bagaimana keputusanmu tentang istrimu dan juga putriku?"
"Saya tidak bisa menceraikan istri saya tanpa alasan yang syar'i. Maaf, jika keputusan saya mengecewakan anda sekeluarga. Namun, saya akan berusaha berlaku adil nantinya."
Obrolan antara keluarga Alif dengan keluarga Fatimah berlangsung cukup lama, hingga mau tak mau Alif harus ijin lagi pada sekretarisnya dan meminta Harun mewakilkannya dalam rapat kantor kali ini.
"Abah kenapa membela Alif sih?" tanya mamanya Fatimah saat mereka sudah didalam mobil, setelah pulang dari rumah kyai Ibrahim.
"Membela bagaimana?" tanya Kyai Salman pada istrinya.
"Itu tadi, yang mengiyakan anak kita dijadikan istri kedua. Harusnya kan abah tidak terima dan meminta Alif menceraikan istrinya."
"Astaghfirullahalazim mama ini tidak boleh begitu. Menyuruh orang lain menceraikan istrinya itu perbuatan yang tidak baik. Kita tidak boleh ikut campur urusan rumah tangga orang lain. lagian Alif sudah menjelaskan kalau pernikahannya terjadi diluar kehendaknya." ucap Kyai Salman dengan lembut berharap istrinya mengerti.
"Terus Fatimah dijadikan istri kedua begitu? Apa kata masyarakat dan keluarga besar kita?"
"Selagi Alif bisa bersikap adil dan bertanggungjawab pada keduanya. Itu bukan menjadi masalah."
"Tau ah, emang susah ngomong sama abah"
'Bagaimanapun caranya, Fatimah harus menjadi satu-satunya istri Alif. Enak saja putriku dijadikan nomer dua. Apa kata masyarakat nantinya.' gerutu mamanya Fatimah dalam hati.
Sesaat kemudian ia mendapatkan sebuah ide yang tak akan ia beri tahu suaminya. Ia sangat yakin jika idenya berhasil seratus persen.
*
"Gue cabut dulu ya Na." ucap Ara pada Anna.
Anna mengangguk mengiyakan.
"Cuy, lo beneran nggak mau bareng gue? Ntar lo ilang, suami lo jatuh ke pelukan gue gimana?"
"Jangan dibahas disini Araaa. Udah sono lu pergi yang jauh sekalian." Jawab Anna sambil melotot ke arah Ara.
Sedangkan yang di pelototi malah cengengesan minta di jadiin ayam geprek. Anna yang sedang fokus dengan laptopnya tiba-tiba mendapat pesan dari suaminya.
Ayang lope-lope sekebon punya Anna seorang
(Sudah selesai kuliahnya?)
"What the flower! siapa yang ganti nama dia di kontak gue?"
Anna tersyok-syok melihat nama yang terpampang. Ia mengingat-ingat orang yang memegang hpnya.
"Araaa awas lo ya. Pantes aja ni orang gelagatnya mencurigakan dari tadi." ucap Anna geram.
Anna membuka aplikasi chat lalu hendak membalas pesan suaminya namun ia dibikin hipertensi oleh sahabatnya tersebut. Hingga hpnya terjatuh dari tangannya.
"Apa-apaan si Ara ini"
Anna memungut hpnya yang terjatuh dilantai. Ia kesampingkan dulu pesan yang masuk dari suaminya. Ia hendak mengomeli sahabatnya namun belum sempat chatnya terkirim, ia sudah mendapatkan pesan kilat dari sahabatnya.
Ara**a**
(Jangan ngomel-ngomel nanti cepet tuwir. Suami lo nungguin noh sendirian. Pengennya gue temenin sih tapi ntar lo ngamok. hehehe)
Dan jangan lupa stiker jamet seabrek yang Ara kirim untuk meledeknya. Anna melihat foto yang dikirim oleh Ara, dimana suaminya tengah menunggu di sebelah mobilnya.
Drrt....drrt....
"Waalaikumsalam"
"Iya ini mau keluar" jawab Anna.
Saat tiba di mobil suaminya. Anna baru tersadar jika ada hal ganjil yang membuatnya bingung.
"Kenapa?" tanya Ustadz Alif sambil menjalankan mobilnya.
"Emm nggak tahu. Ada yang aneh aja. Oh iya inget, kok udah pulang dari kantor?"
"Saya nggak ke kantor hari ini." jawab Ustadz Alif
"Capek nggak?"
"Hah?"
"Kalau nggak capek kita mampir ke pondok dulu." Ucap Ustadz Alif menjelaskan.
"Ngapain?" tanya Anna penasaran.
"Ada acara disana, dan juga semua orang ingin ketemu kamu."
"Oh, oke deh."
Setengah jam berlalu, kini mobil Ustadz Alif sudah memasuki kawasan pondok pesantren milik keluarganya. Dan Anna bisa melihat para santri dan santriwati sudah berkumpul untuk menyambut mereka.
"Eh ini kenapa kok semua orang lihatin ke arah kita? " tanya Anna panik sekaligus bingung dengan bayanyaknya orang yang menatap ke arahnya.
"Mereka nungguin kita" jawab Ustadz Alif menenangkan.
"Ayo keluar"
Anna mengangguk mengiyakan namun dirinya tetap bingung dengan apa yang terjadi. Namun saat dirinya baru keluar dari mobil suaminya, ada banyak santriwati yang mengalaminya. Mereka semua berebut salam hingga Anna bingung saking banyaknya orang.
Ustadz Alif membelah kerumunan dan menggandeng tangan istrinya. Sedangkan Anna masih bengong melihat para santriwati ditertibkan oleh pengurus mereka.
"Kamu nggak papa? " tanya Ustadz Alif sedikit cemas melihat istrinya membeku ditempat.
"Aku kok di panggil umi? Aku kan bukan uminya mereka. Emang aku setua itu ya, udah kayak ibu-ibu? " tanya Anna sambil menatap suaminya.
"Itu sebagai bentuk penghormatan ke kamu. Kamu nggak kelihatan tua sih, tapi cocok juga jadi ibu." jawab Ustadz Alif yang langsung mendapat cubitan keras di lengannya.
Anna tak menghiraukan suaminya yang mengaduh kesakitan. Ia berjalan lebih dulu meninggalkan suaminya.
"Mau kemana?" tanya Ustadz Alif setelah berhasil menyusul istrinya.
"Ya duduklah disana, katanya ada acara! " Jawab Anna sambil menunjuk ke arah para santriwati yang sedang duduk di tendanya.
"Kamu duduknya disana nanti sama saya."
Anna mengikuti arah yang ditunjuk suaminya yaitu di kursi paling depan menghadap para santri dan santriwati.
Belum sempat Anna bertanya, ia sudah digandeng suaminya menuju tempat acara. Anna malu sekaligus bingung mau ngapain. Tanpa sadar ia meremas jari-jarinya yang masih bertautan dengan tangan suaminya.
Ustadz Alif yang mengerti kegugupan istrinya pun mencoba menenangkannya dengan mengusap-usap punggung tangan istrinya yang terasa dingin.
Acara berlangsung dengan lancar, Anna yang tadinya gugup sudah lebih baik dari sebelumnya. Saat santunan anak yatim berlangsung, ia mendapat tatapan sinis dari anak kecil yang akrab dengan suaminya.
"Ustadz Alif, Putri udah cantik belum? " tanyanya sambil tersenyum manis ke arah Alif.
"Sudah" jawab Alif yang mencoba menyenangkan gadis kecil dihadapannya.
"Kalau gitu ayo nikah Ustadz!" Gadis cantik tersebut langsung berjongkok seperti hendak melamar seseorang.
'Buset dah, dia masih bocil segitu udah tahu soal nikah? Gue dulu kesenggol temen cowok gue aja takut hamil.' ucap Anna dalam hati.
Ustadz Alif menjelaskan kalau putri masih kecil dan harus belajar. Namun anak kecil tersebut tidak terima dan melempar vas bunga yang ada di meja ke arah Anna.
Beruntung Ustadz Alif dengan cepat memasang badan sehingga vas bunga itu tidak mengenai istrinya. Dan hal tersebut membuat para santri dan santriwati baper akan keromantisan mereka.
"Kamu nggak papa kan? " tanya Ustadz Alif cemas.
Sedangkan Putri segera ditenangkan oleh pengasuhnya. Anna mendengar ucapan yang dilontarkan Putri kepadanya yang mengatakan kalau ia pelakor.
'Kenapa jadi gue yang disebut pelakor? ' gerutu Anna dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
siapa pula cowok tu🤔🤔...selingkuhan fatima...kok bisa ada selingkuh🤭🤭
2023-09-10
0
🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
maaf ya thoor aku gak nyebut nama asli si lampir..gak srek n gak rela nama putri Nabi jadi nama orang jahat🙏
2023-08-13
0
🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
Alif ini ustadz..apa gak istikhoroh dulu saat mo melamar lampir..rasanya pengen demo sama orang sedunia biar mereka gak jadi nikah
2023-08-13
0