Kemarahan para wali santri

Suara notifikasi HP membangunkan Anna dari tidurnya. Ia terlonjak kaget melihat dimana ia berada. Namun, sesaat kemudian ia mengingat kalau dia sudah menjadi istri orang.

Pandangan Anna mencari sosok yang tak ia jumpai sejak ia membuka mata. Ia juga melihat space kosong di ranjang yang masih rapi. Anna berfikir kalau suaminya tidak masuk ke dalam kamar sejak tadi malam.

"Mampus, udah jam setengah enam. Mana belum sholat subuh lagi."

Dengan segera Anna berlari ke arah kamar mandi untuk mandi dan mengambil wudhu.

Ceklek....

"Untuk sementara pinjam baju Umi dulu. Nanti, saya antar kamu ambil barang-barang kamu."

Anna masih terbengong dengan sajadah ditangannya, ia yang baru selesai sholat dikejutkan dengan sosok laki-laki yang sudah menjadi suaminya.

"Maksudnya bagaimana? "

"Kita akan tinggal disini. Apa kamu keberatan? "

"Ustadz kenapa jadi begini sih? " Protes Anna.

"Jadi begini bagaimana? " Tanya Ustadz Alif bingung.

"Kita kan menikah karena dipaksa. Dan pernikahan ini tidak diharapkan. Seharusnya kita itu berpisah bukan malah mendalami pernikahan ini layaknya pernikahan sungguhan."

Ustadz Alif mencerna maksud perkataan Anna. Ia mendekat pada sang istri yang terus melangkah mundur hingga berhenti saat menabrak dinding.

Anna yang merasa takut memilih memalingkan wajahnya dan menutup matanya. Ia bisa merasakan tangan suaminya memegang kedua lengannya.

"Buka mata kamu! "

Anna mulai membuka perlahan matanya, lalu ia mendapati wajahnya begitu dekat dengan wajah suaminya.

"Tidak ada perpisahan Anna Citra Olivia. Kamu istri saya, sekarang dan seterusnya. Pernikahan ini memang tidak pernah kita harapkan, namun berpisah tanpa alasan yang benar itu dimurkai Allah."

"Bagaimana bisa pernikahan ini berjalan, sedangkan kita orang asing dan tidak saling mencintai."

Anna memberanikan diri menjawab ucapan suaminya. Ia tetap kekeuh untuk berpisah, karena ia tidak mengharapkan pernikahan ini. Apalagi kalau dilanjutkan.

Ustadz Alif diam sesaat dan menimbang-nimbang perkataan istrinya.

'Hah, gak bisa jawab kan? Anna kok dilawan hahaha'

Anna yang merasa cukup dengan pembahasan yang membuatnya tidak nyaman, hendak pergi dari hadapan suaminya. Namun, ia malah mendapatkan sebuah ciuman singkat dibibirnya yang masih virgin. Ralat, sebelumnya virgin.

Anna melotot dengan pipi yang memerah. Ia melihat suaminya tersenyum manis padanya. Padahal kemarin sikapnya dingin sekali padanya.

"Saya akan berusaha mencintai kamu karena Allah. Begitu juga kamu! " Jawab Ustadz Alif

"Nggak mau. Enak saja maksa-maksa orang. " Protes Anna lalu mendorong tubuh suaminya.

"Bukan maksa, saya bilangnya untuk berusaha. Lagian halal kok mencintai suaminya sendiri." Jawabannya sambil cengengesan.

Anna berbalik menatap suaminya dengan sebal.

"Kenapa? Jujur aja kalau suami kamu ini ganteng. Gitu banget natap nya"

"Pede banget jadi orang"

Tak mau berlama-lama dengan suaminya, Anna segera mengganti bajunya dikamar mandi.

"Gila, gue dicium."

Anna masih tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Ia menatap pantulan wajahnya pada cermin kamar mandi. Ia masih bisa merasakan bagaimana bibirnya bersentuhan dengan bibir suaminya.

"Astaga, nggak nggak nggak. Jangan kemakan omongan laki-laki dengan mudahnya Anna. Bisa-bisanya baru kenal langsung cinta. Jangan-jangan dia buaya cap cicak lagi."

Tak mau lama-lama memikirkan tentang orang yang menyebalkan dalam hidupnya. Anna bergegas mengganti pakaiannya.

*

"Emm, apa ada yang bisa Anna bantu Umi? "

Umi Dewi yang sedang memasak didapur langsung menghentikan kesibukannya. Lalu tersenyum mengajak Anna untuk bergabung.

"Oh masih kuliah ya? Dijurusan apa? " Tanya Umi Dewi ramah.

"Manajemen bisnis umi" Jawab Anna yang merasa senang mengobrol dengan Umi Dewi.

"Wah, kebetulan sekali. Nanti magangnya dikantor Alif aja."

'Dia punya kantor? Katanya ustadz? Sebenarnya dia ini siapa sih? Nggak sekalian dia ini Alien sodaranya Adudu si kepala kotak. '

"Kenapa Na? Apa Alif belum cerita ke kamu soal pekerjaannya? "

Anna hanya bisa menggeleng polos. Sedangkan Umi tersenyum melihatnya.

"Dia membantu abinya mengurus pondok ini sekaligus memimpin perusahaan AM Company yang ia rintis. Anaknya cukup sibuk sih harus membagi waktu, tolong dimaklumi ya Na."

Oohh

Anna specless mendengar penuturan dari Umi Dewi. Namun, sesaat kemudian menyadarkan dirinya untuk tak peduli soal Ustadz Alif.

Saat sarapan pagi tiba, mau tak mau ia harus duduk disebelah suaminya. Ia yang masih baru dalam keluarga tersebut, hanya bisa mendengarkan tanpa ikut berbicara.

"Kamu udah dapat buktinya lif?" Tanya Abi Ibrahim setelah selesai makan.

"Udah bi, tapi orang yang menjebak masih belum diketahui identitasnya."

Anna menoleh ke arah suaminya. Mengapa dirinya tidak dikasih tahu tentang hal ini. Ia kan juga berhak tahu.

"Astaghfirullah, ada-ada saja kejahatan orang dimuka bumi ini. Semoga pelakunya segera ditemukan."

"Oh ya Mal, kamu semalam pulang jam 12 malam habis darimana? "

Mendapat pertanyaan dari sang kakak, membuat Akmal gelagapan.

"Dari rumah temen kak, nyelesain tugas kelompok karena hari ini harus dikumpulin. " Jawab Akmal yang membuat sang kakak mengerti.

Selesai sarapan, Alif berpamitan untuk mengantar Anna mengambil barang-barangnya. Namun hal itu harus diurungkan karena persoalan di pondok sedang membutuhkan kehadirannya.

"Nah itu dia orangnya." Ucap salah seorang wali santri yang melihat kehadiran Ustadz Alif.

"Kami sebagai orang tua dari santri dan santriwati ingin membawa pulang anak kami dari pondok pesantren ini. Kelakuan anak pemilik pondok ini saja menjijikkan, apalagi pendidikan yang diajarkannya. Bubarkan saja pondok pesantren ini, dan juga kembalikan uang spp anak kami. " Ucap salah seorang wali santri dengan pengeras suara dan di setujui semua wali santri yang hadir.

"Bapak ibu tenang dulu. Saya Alif putra Kyai Ibrahim ingin meluruskan bahwa berita itu tidak benar. "

"Halah, semuanya sudah ada buktinya. Kalau Ustadz Alif sudah berbuat zina."

"Itu fitnah, dan saya punya buktinya."

Dengan segera Ustadz Alif memperlihatkan rekaman CCTV tentang kejadian kemarin di layar monitor agar semua wali santri dapat melihatnya.

"Bapak ibu sudah lihat bukan, kalau itu adalah fitnah. Dan saya berani menjamin kalau pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren ini masih lurus, sesuai ajaran islam. Dengan adanya berita ini saya akan segera menyelesaikannya dan menangkap pelaku tersebut."

Mendengar klarifikasi dan melihat bukti yang diberikan Ustadz Alif, para wali santri setuju untuk tetap memondokkan anak-anaknya dengan syarat nama baik pondok harus segera bersih lagi, akibat fitnah yang sudah tersebar di mana-mana.

Selesai dengan urusannya di pondok pesantren, Alif kembali ke rumah untuk menjemput istrinya.

"Anna mana Umi? " Tanya Alif pada Umi Dewi.

"Ditaman samping dengan Fatimah."

Deg....

Jantung Alif rasanya seperti berhenti sebentar. Bagaimana bisa Fatimah ada disini menemui istrinya. Alif kembali frustasi harus bagaimana menghadapi keduanya.

*

"Tanggal pernikahanku dengan mas Alif sudah ditentukan. Dia pasti sudah memeberitahumu bukan? "

Tanya Fatimah sambil menatap Anna dari ujung kepala sampai ujung kaki seolah-olah mencari sesuatu.

'Apa mereka benar-benar sudah melakukannya, seperti yang diberitakan itu? Cih, menjijikkan sekali selera mas Alif. Cantikan juga aku.' gerutu Fatimah dalam hati.

"Tidak" Jawab Anna ketus.

Anna yang sejak awal tidak suka dengan Fatimah semakin sebal dengan tatapannya yang seolah-olah merendahkannya.

"Mungkin mas Alif ingin menceraikanmu, makanya tak penting memberitahumu atau tidak."

"Oh"

'Sombong sekali dia. Coba lihat ekpresi datarnya yang seolah-olah meremehkan. Awas saja kau, kanku buat perhitungan karena berani merebut calon suamiku.' geram Fatimah dalam hati.

Ekor mata Fatimah menangkap seseorang yang tengah berdiri melihat kearahnya dan Anna. Ia tersenyum dan berjalan menghampiri calon suaminya.

"Mas Alif, kok kamu tega sih. Kamu udah janji kan sama abah kalau nggak ada niatan punya istri dua."

Ucapnya dengan ekpresi sedih bahkan air matanya sudah menggenang di kelopak matanya.

Alif yang tak tega melihatnya hendak menjelaskan secara baik-baik pada Fatimah, namun tiba-tiba dikejutkan dengan sikap Fatimah yang memeluknya secara tiba-tiba.

Anna yang melihatnya melotot menyaksikan suaminya dipeluk wanita lain dihadapanya. Meski ia adalah calon istri dari suaminya.

***

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

si Fatimah sepertinya licik

2023-08-19

0

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

gk apa2 anna...bercinta selepas nikah nikmat juga....terlanjur pun gpp kok...🤭🤭🤭🤭

waaaa...gimana ni.....fatima pun ada hak kerna alif tunangnya....tpi fatimah ni bersikap anehh...

2023-08-14

0

🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

hatimu tak secantik namamu fatimah😏

2023-08-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!