"Cuma temen."
Anna melewati suaminya lalu masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Ustadz Alif mencerna jawaban istrinya.
'Dia ini kenapa sih, tiba-tiba aja dingin gitu ekspresinya. Bikin orang takut aja.' gumam Anna yang sudah mulai memejamkan matanya untuk tidur.
Namun, baru sebentar ia memejamkan matanya. Ia harus terusik dengan seseorang yang memeluk tubuhnya.
"Eh? "
Anna menoleh kesamping dan mendapati wajah suaminya berada dekat dengan wajahnya. Bahkan tangannya berani melingkar di atas perutnya.
"Ustadz ngapain peluk-peluk aku? "
"Saya nggak bisa tidur kalau nggak ada guling. Dikamar kamu kan nggak ada guling! "
Semakin Anna memberontak, ia semakin dipeluk dengan erat. Hingga akhirnya ia kehabisan tenaga untuk menjauh dari pelukan suaminya.
Ia awalnya menatap wajah suaminya dengan sebal. Namun, lama kelamaan ia mulai mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini.
'Alisnya tebel tapi bagus, hidungnya mancung, dan bibirnya..... ' ucap Anna dalam hati.
Seketika ia teringat dengan ciuman yang pertama kali ia rasakan. Ya, tentu saja bersama suaminya.
"Kenapa? Saya ganteng? "
"Percaya diri banget"
Anna gelagapan saat suaminya membuka mata. Ia bisa lihat dari ekor matanya kalau suaminya menahan senyum sambil menatapnya.
"Percaya diri itu penting, karena itu bentuk rasa syukur kita pada sang Pencipta."
"Anna? "
"Hadap sini! "
Ustadz Alif membalik tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya.
"Kamu jangan pernah merasa sendiri. Kamu masih punya saya sebagai suami kamu."
Ustadz Alif bukan tanpa alasan mengatakan hal itu. Ia teringat istrinya yang menangis sambil mengatakan hal yang tidak-tidak tadinya.
"Kenapa masih menganggap pernikahan ini sungguhan sih? Kamu kan mau nikah sama itu siapa namanya tadi. Dan udah jelas posisiku nggak seharusnya ada diantara kalian. Jadi biarkan aku pergi dan masalah selesai."
"Terlepas apa yang melatarbelakangi pernikahan kita. Pernikahan ini sah Anna dimata Allah, dan kita nggak boleh meremehkan hal sakral ini."
"Lalu calon istrimu mau dikemanain? Dijadikan istri kedua?"
Anna bisa melihat kalau suaminya tidak ada niatan menjawab pertanyaannya. Ia tersenyum miris melihat nasibnya yang menyedihkan terus dari kecil. Ia berbalik membelakangi suaminya lalu memejamkan matanya, karena kepalanya sudah pusing dengan permasalahan yang ia hadapi.
'Maaf Anna' ucap Ustadz Alif dalam hati.
*
Anna yang mendengar suara lantunan ayat-ayat Al-Qur'an pun terbangun dari tidurnya. Ia melihat suaminya sedang mengaji disebelahnya.
'Merdu banget suaranya, kayak pernah denger. Tapi dimana? '
"Udah bangun? "
Anna mengangguk mengiyakan lalu menanyakan jam berapa saat ini.
"Jam empat pagi. Bentar lagi adzan subuh, buruan mandi gih."
"Jam segini mandi dingin banget. Nggah ah, nanti aja kalau udah pagi."
"Justru mandi sebelum subuh sangat dianjurkan, karena mengandung ozon dalam air lebih tinggi sehingga membuat badan lebih segar dan lebih awet muda. Rasululah selalu melakukan mandi sebelum subuh, karena mandi di waktu ini akan menguatkan daya tahan tubuh." Jawab Ustadz Alif sambil mengusap kepala istrinya.
"Emang iya bikin awet muda? Ya udah deh kalau gitu."
Anna kemudian beranjak dari tempat tidur lalu masuk kedalam kamar mandi untuk mandi.
"Kadang keras kepala, tapi penurut juga kalau di nasehati."
Ustadz Alif tersenyum melihat istrinya yang mau menurut saat dinasehati. Ia lalu melanjutkan lagi mengajinya.
Saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Anna yang selesai mengerjakan tugas kuliah dadakan pun, mencari keberadaan suaminya.
"Ustadz bisa masak? " Tanya Anna terkagum-kagum dengan hidangan masakan di atas meja. Sesekali ia mencicipi masakan suaminya.
"Gimana enak? "
Anna mengangguk mengiyakan, lalu segera mengambil nasi.
"Tugas kamu sudah selesai? " Tanya Ustadz Alif yang duduk disebelahnya.
"Udah, coba aja kalau nggak dikasih tahu Ara tadi. Alamat nilai C dari dosen killer."
"Bentar lagi magang kan? Magang di perusahaan saya aja." Tawar Ustadz Alif.
"Nggak mau ah, nanti bikin aku nggak mau berusaha. Aku harus berusaha sendiri, biar nanti juga bisa kalau nyari kerja sendiri."
"Oke saya hargai niat baik kamu."
*
Tok.... Tok... Tok...
Anna membuka pintu rumah orang tuanya. Ia melihat tiga bapak-bapak dengan kemeja rapi yang sedang bertamu.
"Selamat pagi, kami dari Bank XYZ akan mengambil rumah ini sesuai surat keputusan yang tertulis."
Anna menghela nafasnya membaca surat yang ada ditangannya, mau tak mau ia harus ikhlas melepas rumah yang ia tempati dari kecil.
"Bagaimana kalau kita tebus? " Tanya Ustadz Alif meminta pendapat Anna.
"Nggak usah deh, aku udah ikhlas kok."
"Saya izin untuk mengemasi barang-barang terlebih dahulu."
"Baiklah" Jawab salah seorang bapak-bapak tersebut.
Anna keluar dengan membawa baju-bajunya karena tidak ada barang berharga yang ia punya.
"Kenapa nggak usah ditebus? Padahal saya mau menebusnya tadi." Ucap Ustadz Alif sambil menyetir mobilnya.
"Aku udah nggak selera nempatin rumah itu lagi. Kenangan bareng sama ayah ibu, cuma nyiksa aku aja nantinya." Jawab Anna dengan raut wayah yang sedih mengingat kebersamaannya bersama kedua orang tuanya hanya tinggal memory.
Ustadz Alif mengerti, ia tak mau memperpanjang lagi pembahasan tentang hal itu yang membuat Anna kembali sedih.
"Berhenti! "
"Kenapa? "
"Aku mau beli mochi." Jawab Anna yang berbinar menatap penjual mochi di pinggir jalan.
Ustadz Alif menepikan mobilnya, ia terheran-heran dengan mood istrinya yang langsung berubah ceria.
Anna yang hendak membayar mochi yang ia beli harus menelan ludahnya lantaran uangnya kurang. Dan di dompetnya hanya tinggal uang tersebut.
'Gila, bokek banget gue. Duh gimana nih?'
Ustadz Alif yang mengerti pun langsung membayar jajanan yang dibeli istrinya.
"Emm, nanti aku balikin." ucap Anna setelah berada didalam mobil.
"Nggah usah, ini buat pegangan kamu."
Ustadz Alif menyodorkan kartu debit platinum pada istrinya. Sedangkan Anna terbengong-bengong melihat kartu debit dari bank ternama itu.
"Kenapa? Kamu butuh yang cash juga? "
Ustadz Alif segera mengambil uang dari dompetnya namun segera ditolak Anna.
"Kalau kurang nanti saya isi lagi saldonya. Di sini ada sekitar lima ratus jutaan. Saya harap kamu bijak dalam memakainya."
"Hah li-lima ratus juta? "
Anna semakin dibuat syok dengan isi saldo yang ia dengar.
'Itu bisa buat kuliah sampek S2 kayaknya. Dia nimbun uang sebanyak itu buat apa? '
"Hei? Kok nggak dijawab? "
"A-anu. Itu kenapa dikasih ke aku? Nanti kamu nggak ada uang kalau kartu debitnya dikasih ke aku."
Ustadz Alif tersenyum mendapat jawaban dari istrinya. Ia sangat gemas hingga mencubit pipi istrinya.
"Ini nafkah saya untuk kamu. Sudah menjadi kewajiban saya membiayai kebutuhan istri. Nanti pinnya saya kirim."
Anna menerima kartu debit platinum itu. Ia mengamati tanpa berkedip melihat kartu itu ditangannya.
'Baru kali ini megang kartu debitnya kaum sendok emas. Apalah diriku ini yang kaum sendok plastik.'
*
"Nanti selesai kuliah saya jemput." Ucap Ustadz Alif pada istrinya.
Anna mengangguk mengiyakan, lalu ia berpamitan dan keluar dari mobil.
"Anna, kemarin kemana aja? Kok nggak masuk kuliah? " Ucap seorang cowok yang menghampiri Anna.
Ustadz Alif yang merasa tak suka pun hendak turun dari mobilnya. Namun, tiba-tiba ia mendapat panggilan telepon penting dari sepupunya.
"Ya udah, gue kesana sekarang! "
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
ustazz pun bisa cemburu ya..😁😁
2023-08-28
0
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
perkara sudah terlanjur....harus di terima....tpiiii alif pun haruss berfikir secara rasional....awal2 lagi fatima bersifat tdk bagus..gimana lagi klo menikah.....anna menjadi jodoh alif tpi tdk pernah bercinta.......lebih baik pilih anna,,,
2023-08-28
0
Nilaaa🍒
Eh apa nih?
2023-08-14
0