"Apa ada yang ingin ditanyakan?" Ucap Akmal yang sudah kembali ke pondok untuk mengajar.
Semua santri putri mengangkat tangannya kecuali seorang santri putri yang duduk paling belakang dan berkacamata.
Akmal menjawab satu persatu pertanyaan santri putri yang bertanya, hingga ia menunggu santri putri berkacamata tersebut untuk bertanya namun tak kunjung bertanya.
"Safira?" Ucap Akmal yang sudah didepan bangkunya.
Ya! Santri putri yang berkacamata itu adalah Safira.
"I-iya kak! " Jawab Safira sambil mengangkat kepalanya menatap Akmal takut-takut, padahal Akmal menunjukkan ekspresi biasa saja.
"Kamu tidak ada yang ingin ditanyakan?" tanya Akmal pada Safira yang membuat semua santri putri iri karena Akmal mau mendatangi bangkunya.
"E-enggak kak." Jawab Safira yang berani menyebut Akmal kak daripada ustadz karena Akmal lebih suka dipanggil Kak oleh para santri.
"Kalau begitu kelas hari ini saya akhiri. Undzur ma qola, wa la tandzur man qola. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab para santri serentak.
Akmal yang berjalan keluar dan baru sampai pintu mendengar para santri memojokkan Safira. Ia juga melihat dari jendela jika Safira tak membela dirinya sama sekali.
"Masih tidak berubah rupanya." ucap Akmal melihat itu dan menghela nafasnya, lalu mengatakan pada ustadzah yang sedang lewat untuk meminta Safira datang ke pondok yatim membantu anak yatim piatu.
Tak lama kemudian Safira sudah sampai di pondok yatim dimana tempat khusus anak yatim piatu di perlakukan lebih istimewa dari lainnya. Kebanyakan pondok yatim berisi anak kecil dan para pengasuhnya yang sangat menyayangi mereka.
"Bawa ini! " ucap Akmal yang datang dari belakang Safira hingga membuatnya reflek berbalik dan membentur dada Akmal tanpa sengaja.
"Aduhhh" Ucap Safira lalu mendongak menatap sosok yang membuat jantungnya tak karuan setiap bertemu.
Akmal dan Safira bertatapan satu sama lain. Mereka tanpa sadar sudah bertatapan cukup lama.
"Ehemm.... bisa tolong bantu saya" ucap Akmal memutuskan kontak mata mereka.
Akmal langsung memberikan satu bungkus plastik besar dihadapan Safira lalu meninggalkanya. Sedangkan Safira yang masih menetralkan jantungnya langsung mengambil plastik tersebut dan mengikuti Akmal yang masuk ke dalam pondok Yatim.
"Horeee kak Akmal datang" Teriak para anak-anak yang antusias melihat kedatangan Akmal.
Akmal tersenyum lembut lalu membagikan snack pada anak-anak, ia juga membacakan cerita untuk anak-anak.
Sedangkan Safira yang sering diminta untuk membantunya tanpa bertanya langsung ikut membagikan snack untuk anak-anak. Ia terpesona melihat Akmal yang memperlakukan anak-anak dengan sangat lembut. Berbeda dengan Akmal yang diluar pondok Yatim lebih terlihat dingin.
'Kak Akmal sepertinya calon ayah yang penyayang hihihi' ucap Safira membayangkan Akmal punya anak.
"Astaghfirullah dia jodoh orang euy" Ucap Safira lirih menyadarkan dirinya.
*
"Ndak mahuu hikss.... hikss..." Ehsan menangis saat dijemput orang tuanya.
"Ehsan sayang, Jangan gitu dong! Kasihan kakak-kakak ini kalau Ehsan nakal begini! " Bujuk maminya Ehsan yang berpenampilan elegant. Sedangkan papinya Ehsan sibuk dengan teleponnya.
Harun dan Ara saling menatap bersamaan dimana mereka terheran-heran dengan apa yang ia lihat.
"Maaf tadi ada telepon penting dari rekan bisnis saya! Gimana mi?" Ucap papinya Ehsan.
"Anak kamu nih sulit diajak pulang! Aku habis ini ada pertemuan penting dengan klien aku." bisik maminya Ehsan yang terdengar hingga ke telinga Ara.
"Ehsan kamu jangan hilang-hilang lagi! Kalau nggak mau nurut sama papi dan mami, nanti papi kirim kamu ke rumah tante Jeni" ucap papinya Ehsan dengan tegas.
Seketika Ehsan langsung berhenti menangis karena ia tidak mau tinggal di rumah tante Jeni yang terkenal tegas dalam setiap hal.
Ara yang tadinya ingin segera mengembalikan Ehsan pada kedua orang tuanya, malah jadi tak tega melepas Ehsan dengan orang tua yang seperti itu.
"Ehsan puyang dulu ya! Maaf Yepotin. " Ucap Ehsan polos lalu ikut pulang dengan kedua orang tuanya.
"Kok mereka begitu sih? Tegas banget sama anak kecil! " ucap Ara sambil menghapus air matanya yang menggenang di kelompok matanya.
"Pantes aja anak itu kabur melulu" timpal Harun yang sepemikiran dengan Ara.
"Harusnya tadi nggak usah dikembaliin aja ke orang tuanya, kalau kayak gitu sifat orang tuanya. Padahal diluar sana banyak pasangan suami istri yang ingin memiliki anak, lah ini malah digituin anaknya. Semua ini gara-gara lo sih! " Ucap Ara memukul lengan Harun.
"Lah, kok jadi gue yang disalahin? kan elu yang bilang dibalikin aja ke orang tuanya! " jawab Harun sambil mengusap lengannya yang terasa panas karena pukulan Ara cukup keras.
"Awalnya kan lo yang neror gue pagi-pagi, mana jadiin Ehsan alasan segala lagi! " ucap Ara yang tak mau kalah.
Hingga akhirnya mereka berdebat terus sepanjang jalan menuju parkiran mobil dan hal itu disaksikan orang yang lewat.
*
"Arrrggghhh..... semua ini gara-gara Leon! Sudah gue bilangin untuk nggak keluar didalam malah sering keluar didalam. Leon br***sek baj***an! " Teriak Fatimah didalam kamarnya yang kedap suara.
"Bego banget sih gue nggak nyadar kalau telat datang bulan hingga ni bayi s**lan nggak bisa di gugurin! " ucap Fatimah sambil memukul-mukul perutnya.
"Mana pernikahan gue sama mas Alif tinggal hitungan hari lagi. Ini gimanaaaaaa..... " Teriak Fatimah yang frustasi dengan apa yang ia alami.
Fatimah melihat hpnya yang menyala tanda ada notifikasi pesan yang muncul.
Mama
(Nak apa kamu sudah pulang? Ini mama habis dari hotel lihat persiapan pernikahan kamu. Mama mau bicara penting sama kamu.)
Leon
(Kamu hamil? jangan di gugurin sayang! Biarkan anakku tetap hidup, jika kamu berani menggugurkanya maka semua foto panas kita ini akan ku kirim ke Alif.)
Fatimah melotot membaca pesan dari Leon dan mengabaikan dulu pesan dari mamanya. Ia langsung menelepon Leon saat itu juga.
"Apa maksudmu mau menerorku seperti itu? Sejak kapan kau punya foto-foto itu? " ucap Fatimah yang langsung marah-marah di telepon.
"Sssttt.... jangan marah-marah cantik! Kasihan anakku kalau ibunya marah-marah terus. Rileks babe biarkan bayi kita tumbuh dengan baik" ucap Leon dengan nada yang terdengar seperti sedang mabuk.
Fatimah berkali-kali protes dan berkali-kali juga ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas dari Leon karena yang ditelpon sedang mabuk.
"Bodo amat! Bayi ini nggak boleh merusak momen bahagia ku yang sebentar lagi. Lagian Leon nggak akan tahu jika anaknya sudah tidak ada lagi. " ucap Fatimah yang memandang tak suka pada perunya yang masih rata.
Fatimah lalu segera mengirim pesan pada temannya, dan mendapat bantuan untuk menggugurkan bayi yang tak ia harapkan tersebut.
Tak lama kemudian pintu kamar Fatimah diketuk dari luar.
Tok... tok.... tok.....
"Kamu kok nggak balas pesan mama sih? " protes mamanya Fatimah yang langsung masuk kedalam kamar anaknya.
Fatimah gelagapan melihat mamanya yang datang-datang memarahinya.
"Ma-maaf ma! Tadi ketiduran." jawab Fatimah berbohong.
"Duduk sini! mama mau bicara penting sama kamu." ucap mamanya Fatimah.
"Ada apa mah? " tanya Fatimah yang sudah duduk disamping mamanya.
"Istrinya Alif sudah kembali."
"APA? " Fatimah terkejut mendengar hal itu.
"Bagaimana bisa? bukannya... " ucapan Fatimah terhenti saat mamanya menjelaskan dari informasi yang ia dapatkan dari calon besannya.
"Terus Fatimah gimana? " Ucap Fatimah manja yang meminta bantuan mamanya.
"Tenang saja! mama akan pastiin pernikahanmu akan tetap berjalan. Dan posisimu akan menjadi satu-satunya istrinya Alif nantinya. Untuk sekarang biarkan seperti ini dulu." ucap mamanya Fatimah lalu membisikkan rencana yang ia susun untuk kebahagiaan putrinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
lanjut lagi thor
2023-08-31
0
nining
ada ya ortu kaya gitu...ngajarin ga bener sama anak sendiri...lanjut kk
2023-08-31
1
Jenong Nong
hemmmm heran ini orang2 yg pda paham agama tpi kelakuan bejat ....❤❤🙏🙏
2023-08-31
1