Romantis tipis-tipis

"Kamu ingin kemana? " Tanya Ustadz Alif yang sedang menyetir mobilnya.

Anna memalingkan wajah ke arah jendela karena saking malunya. Ia merutuki kebodohannya hingga berujung suaminya yang melunasi tagihan tadi. Padahal niat hati ingin pergi secara elegant.

"Anna? "

"I-iya? " Jawabnya gugup

"Sudah sholat dzuhur? "

"Belum" Jawabnya pelan.

Ustadz Alif mencari masjid terdekat agar istrinya bisa melaksanakan sholat dzuhur sebelum waktunya habis.

Sambil menunggu sang istri sholat, ia mampir makan bakso yang masih diarea sekitar masjid. Karena ia belum makan siang saking fokusnya mencari sang istri. Sesekali ia mengobrol dengan tukang bakso tersebut.

Anna yang selesai sholat melihat suaminya ada diseberang jalan sedang makan bakso pun, mau tak mau menghampirinya. Karena ia sudah tidak punya ongkos lagi untuk pergi sendirian.

"Sudah selesai sholatnya? " Tanya Ustadz Alif yang melihat kedatangan istrinya.

Anna mengangguk mengiyakan lalu duduk disebelah suaminya yang menarik kursi untuknya.

"Mau saya pesankan bakso? "

"Enggak usah, aku masih kenyang."

Lain dimulut lain lagi di hati. Meski ia menolak, namun tatapannya beberapa kali melirik suaminya yang sedang makan bakso.

'Enak deh kayaknya. Baru kali ini lihat bakso dalemnya cumi. Mana pembelinya ramai juga lagi.'

Awas ngiler Anna hehe...

Ustadz Alif yang merasa istrinya memperhatikanya pun tersenyum saat menoleh memergoki Anna salah tingkah.

"Yakin nih nggak mau? Enak lo ini! "

Anna menggeleng dan tetap menolaknya. Padahal ia ingin sekali mencobanya.

"Cobain aja dulu, sini! "

Ustadz Alif mengarahkan mangkuknya ketengah agar bisa lebih dekat dengan Anna. Ia juga mempersilahkan Anna mencobanya.

Anna merasa tergoda dengan aromanya, dengan berat hati menurunkan gengsinya untuk mencicipinya.

"Gimana enak? "

Anna hanya mengangguk saja karena mulutnya masih penuh.

"Mau saya pesankan? "

"Jangan! Nanti nggak habis, udah makan banyak tadi diwarung. "

"Yaudah ini aja makan sama saya!"

Anna sebenarnya ingin mencobanya lagi namun gengsinya muncul lagi. Labil bener si Anna, bercanda Anna hehe.

Ustadz Alif yang baru tahu kalau istrinya gengsian pun langsung sigap mengambil sendok lagi.

"Bantuin saya habisin ini! "

Mau tak mau Anna pun menuruti, ia yang ingin mencobanya lagi pun ikut makan satu mangkok dengan Ustadz Alif.

"Coba lihat itu pi, mereka aja romantis kayak gitu. Papi mah pelit, mami minta makanannya nggak dikasih"

"Mami tadi udah makan empat mangkok, ini bagian papi ya. No debat"

Obrolan sepasang suami istri di meja sebelah terdengar ditelinga Ustadz Alif dan Anna. Anna pun jadi segera menyudahi makannya.

*

Tok... Tok... Tok...

"Ibu... Ayah....? "

Beberapa kali Anna mengetuk pintu dan memanggil nama ayah dan ibunya, namun hasilnya nihil.

"Masih belum pulang? " Tanya Ustadz Alif yang baru saja menerima telepon dari Harun.

"Loh, Ustadz kok tahu? "

"Tadi saya kesini nyari kamu."

"Coba ditelepon."

Anna segera mengambil hpnya lalu menelepon ibunya. Yang ia dapati adalah jawaban yang membuat hatinya sesak. Tanpa ia sadari air matanya mulai keluar dari kelopak matanya.

Setelah panggilan teleponnya dengan ibunya selesai. Ia langsung menerjang suaminya sambil menangis dalam pelukannya.

Ustadz Alif yang mendengar suara tangisan istrinya mengurungkan niatnya untuk bertanya. Ia mengusap punggung istrinya untuk menenangkannya. Ia biarkan istrinya menangis dulu agar merasa lebih baik.

"Kenapa? Kok menangis? "

Ustadz Alif menatap wajah Anna yang sembab karena menangis. Ia mengusap air mata istrinya yang membasahi pipinya.

"Ibu pulang ke Surabaya. Katanya udah resmi berpisah dari ayah, tadi udah ambil akta cerai sebelum berangkat ke Surabaya. Padahal kemarin aku pikir cuma wacana, ternyata udah diurus jauh-jauh hari hiks...Hiks...."

Anna kembali menangis dalam pelukan suaminya. Sedangkan Ustadz Alif baru paham perkataan ayah mertuanya kemarin.

(Ayah titip Anna ya nak. Ayah yakin Anna akan lebih bahagia bersama kamu. Tolong jangan tinggalkan dia, karena hanya kamu yang dia punya.) 

Setelah Anna mulai membaik, ia mengambil kunci dibawah pot bunga sesuai pesan ibunya. Ustadz Alif mengekor dibelakang istrinya masuk kedalam rumah.

"Besok rumah ini akan disita kata ibu. Boleh aku menginap disini untuk yang terakhir kali? "

Ustadz Alif mengangguk mengiyakan, ia juga akan menemani Anna karena khawatir meninggalkanya seorang diri dalam keadaan yang sedang tidak baik-baik saja.

*

Saat malam tiba, Anna yang hendak tidur dikejutkan suaminya yang masuk kedalam selimut yang sama disebelahnya.

"Ustadz ngapain? " Tanyanya panik.

"Tidurlah, emang mau ngapain? " Jawabnya dengan ekspresi sejuta arti.

Sedangkan Anna yang minggir-minggir hingga hendak terjatuh pun segera di tangkap oleh Ustadz Alif.

"Jangan minggir-minggir nanti jatuh! "

Anna membeku ditempat melihat wajah suaminya begitu dekat dengan wajahnya. Ia bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya.

Ustadz Alif yang tadinya hanya berniat menolong, seketika muncul ide jahil setelah melihat ekpresi Anna yang menggemaskan.

"Anna boleh saya meminta itu?"

"A-apa? "

"Yang biasanya istri lakukan untuk suaminya." Jawabnya dengan posisi yang masih tak berubah.

Seketika pikiran Anna mengarah ke hal anu. Sedangkan Ustadz Alif menahan tawanya melihat istrinya yang begitu menggemaskan dimatanya.

Anna menggeleng sambil memejamkan matanya. Jujur, ia takut hanya membayangkannya saja.

"Dosa menolak suami, nanti dilaknat malaikat."

"Hah, enak saja si malaikat main laknat orang. Aku punya salah apa sama dia? " Jawab Anna tak terima.

"Makanya jangan menolak keinginan suami biar nggak dilaknat."

"Ki-kita kan menikah karena dipaksa. Nggak ada cinta, y-ya nggak harusnya ada itu."

"Emangnya bikin teh harus ada cinta dulu ya? "

"Eh? "

Anna yang merasa dikerjai pun membuka matanya. Ia melihat suaminya tertawa dihadapannya.

"ih, ngerjain ya? "

Anna dengan segera mendorong tubuh suaminya untuk menjauh dari hadapannya. Ia menatap suaminya dengan sebal.

"Mau kemana? "

"Bikinin teh, biar nggak dikerjai jin."

Ustadz Alif melotot mendengar jawaban Anna seolah-olah menyindirnya. Anna yang melihat ekpresi suaminya jadi puas tertawa bisa membalas kejahilan suaminya.

Tak lama kemudian Anna masuk kedalam kamar dengan membawa secangkir teh untuk suaminya.

Drtt.... Drtt....

"Siapa? " Tanya Ustadz Alif sambil menerima tehnya.

"Temen" Jawab Anna lalu keluar kamar untuk menjawab telepon dari temannya.

"Ngapain keluar kamar kalau cuma teman?" Ustadz Alif sedikit kesal melihatnya.

Ia bergegas keluar kamar untuk mencari istrinya.

"Serius lo kemarin nikah Na? Demi apa? Gue nggak percaya! Lo kan paling anti sama yang namanya nikah-nikah! " Jawab sahabat Anna dari seberang telepon.

"Ya begitulah. Diluar kehendak gue. Tapi lo harus janji nggak usah ngomong ke yang lain." Jawab Anna.

"Oke gue ngerti. Ngomong-ngomong gimana rasanya begituan? "

"Apaan sih nggak usah bahas itu bisa nggak sih Ara" Ucap Anna dengan gemas.

"Hehe, kepo dikit bolehlah. Si Reino nanyain lo mulu nih ke gue. Nggak bisa hidup tanpa lo tuh kayaknya. Pusing gue di spam mulu dari tadi."

"Reino siapa? " Tanya Ustadz Alif yang didengar Anna dan Ara.

"Waduh" Ucap Ara lalu reflek mematikan sambungan teleponnya tanpa berpamitan dengan Anna.

Anna menoleh kebelakang melihat suaminya sedang berdiri di belakangnya saat ini dengan tatapan dinginnya.

***

Terpopuler

Comments

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

𝐥𝐨𝐡...𝐨𝐫𝐠𝐭𝐮𝐚 𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐞𝐫𝐚𝐢 𝐲𝐚....𝐩𝐚𝐧𝐝𝐚𝐢 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐧𝐢 𝐮𝐬𝐭𝐚𝐳 𝐲𝐚...𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢....𝐡𝐞𝐡𝐞...

2023-08-16

0

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

😭😂😂

2023-08-14

0

🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

jadi anu gak ya🤣🤣

2023-08-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!