Pillowtalk berujung manis

Anna terbangun tengah malam saat mendengar rintihan suaminya seperti menahan sakit.

"Ustadz nggak papa?" tanya Anna yang juga mendapati suaminya terbangun.

"Punggung saya rasanya sakit dan nggak tahu kenapa." Jawabnya pada akhirnya.

"Yaudah sini saya cek"

Anna pikir suaminya cuma akan menyingkap bajunya untuk memperlihatkan punggungnya saja. Namun, yang ia pikirkan salah. Suaminya membuka baju di hadapannya sehingga memperlihatkan tubuh atletisnya didepan matanya.

"Ng-nggak usah buka baju juga" ucap Anna sambil memalingkan wajahnya.

Ustadz Alif tersenyum melihat istrinya yang malu-malu menatapnya.

"Nggak usah malu, kita ini suami istri. Coba kamu cek punggung saya."

Ustadz Alif berbalik memunggungi Anna. Anna terkejut melihat punggung suaminya yang memar kemerahan.

"Itu memar kemerahan" jawab Anna.

"Mungkin kena vas bunga tadi" ucap Ustadz Alif.

"Itu sakit banget kalau nggak dikompres air hangat. Tunggu bentar, aku ambilin air hangat." Anna beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar menuju ke dapur. Sedangkan Ustadz Alif tersenyum hangat melihat respon istrinya.

*

"Kamu butuh sesuatu nak? " tanya Umi Dewi pada Anna didapur.

Anna merasa kikuk dipergoki umi Dewi sedang berada didapur malam-malam. Ia tersenyum menyapa umi Dewi.

"I-iya Umi. Ada kain bersih untuk kompres tidak?" jawab Anna pada akhirnya.

Umi Dewi membantu mencarikan barang yang dibutuhkan Anna.

"Ini biasanya untuk Mengompres. Emang siapa yang sakit?" tanya Umi Dewi melihat baskom yang berisi air hangat disamping Anna.

"Ustadz Alif Umi. Punggungnya memar kena vas bunga tadi." jawab Anna apa adanya.

Umi Dewi yang sudah tahu ceritanya tentang kejadian itu mengerti dan mempersilahkan Anna untuk mengobati putranya.

*

Sesampainya dikamar, Anna segera mengompres punggung suaminya. Bisa Anna lihat jika suaminya menahan sakit saat ia sedang mengompresnya.

Tak lama kemudian suara pintu kamar diketuk dari luar oleh seseorang. Anna bergegas membukanya dan mendapati Umi Dewi berada didepan pintu kamarnya.

"Apa umi menganggu?" tanya Umi Dewi lembut pada Anna.

"Tidak sama sekali Umi. Silahkan masuk! " ucap Anna lalu melebarkan pintu kamarnya.

Umi Dewi mendekat ke arah putranya yang menyambut kedatangannya.

"Apa masih sakit lif? " tanya Umi Dewi sambil memeriksa punggung putranya.

"Sudah mendingan kok umi." jawab Alif mencoba tidak membuat uminya khawatir.

"Ini ada obat pereda nyeri. Nanti kamu jangan lupa minum biar nyerinya bisa berkurang."

Ustadz Alif menganguk mengiyakan. Lalu uminya berpamitan agar tidak menganggu anak dan menantunya.

Anna terharu melihat Umi Dewi yang begitu lembut memperlakukan putranya. Ia jadi teringat pada ibunya yang tidak memberi kabar sampai sekarang.

"Hei kenapa?" tanya Ustadz Alif yang melihat Anna berkaca-kaca.

"Nggak papa. Sini aku kompres lagi mumpung airnya masih anget." jawab Anna lalu melanjutkan kegiatannya yang terhenti.

"Saya ini suami kamu Anna. Saya nggak suka ada hal yang kamu tutup-tutupi dari saya." Ucap Alif dengan tegas.

Anna yang hendak mengompres punggung suami ditahan karena Ustadz Alif ingin mendengar jawabannya.

"Cuma kangen ibu" jawab Anna lirih hingga tanpa ia minta air matanya menetes.

Ustadz Alif membawa Anna kedalam pelukannya. Dan Anna tidak protes karena ia juga perlu ditenangkan.

"Kamu mau saya temani menemui ibumu?" tanya Ustadz Alif lembut sambil mengusap air mata dipipi istrinya.

"Aku nggak ingat alamat rumah ibu di Surabaya. Dulu masih kecil pas diajak kesana. Tapi rumahnya nggak jauh dari gereja gede. Dan ada simbol salib didepan rumahnya. Apa ibu bakal ikut agama keluarganya lagi ya kalau pulang ke Surabaya?" jawab Anna apa adanya.

Ustadz Alif cukup syok mendengar apa yang dikatakan istrinya. Bisa ia tebak kalau ibu mertuanya dulu pernah mualaf. Namun, ia tidak punya hak tentang melarang ibu mertuanya ingin beragama apa.

"Kita doakan saja semoga ibumu sehat selalu dan tetap istiqomah dijalan Allah Swt."

"Ibu mau mualaf dan meninggalkan keluarganya agar bisa menikah sama ayah. Tapi kenapa rumah tangganya tidak seperti Abi dan Umi yang harmonis?"

"Harta, keluarga, kesehatan semua akan diuji dalam diri kita. Begitu juga ibumu untuk diangkat derajatnya agar lebih tinggi. Jangan membanding-bandingkan dengan orang lain. Allah jauh lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya. Allah juga jauh lebih tahu, Kita ini sanggup diuji dengan ujian apa. Dan orang lain sanggup dengan ujian apa. Kuncinya adalah sabar dan bersyukur pasti bisa melewati. Umi mampu bersabar dipoligami sehingga tetap bisa mempertahankan rumah tangganya dengan Abi." ucap Ustadz Alif lembut untuk menenangkan istrinya.

Anna menatap suaminya tidak percaya. Sorot matanya bertanya apakah itu benar. Dan dijawab anggukan oleh suaminya.

"Umi Hanum yang digambar Amira itu istrinya Abi?" tanya Anna penasaran.

"Beliau istri keduanya Abi sekaligus sahabatnya Umi"

Alif tidak ingin menutup-tutupi hal itu dari Anna karena poligami bukanlah aib. Dan Anna juga berhak tahu siapa saja anggota keluarganya.

Semakin syoklah si Anna ini. Tapi ia tidak memperlihatkannya dihadapan suaminya karena khawatir menyinggung suaminya.

"Beliau dimana, kok aku nggak tahu?" tanya Anna hati-hati.

"Beliau sudah meninggal sebelas tahun yang lalu. Karena punya penyakit kanker dan...." ucapan Alif menggantung karena ia teringat kejadian waktu itu.

"mendonorkan salah satu ginjalnya untuk saya." sambung Alif kemudian.

Anna menjauh dari pelukan suaminya dan menatap ke arah perut suaminya dan ia melihat ada bekas sayatan di perut sebelah kiri. Sedangkan yang ditatap malah bingung dengan sikap istrinya.

"Kenapa?"

"Tadi kena tanganku apa nggak sakit?" tanya Anna polos.

Ustadz Alif tertawa melihat wayah istrinya yang begitu menggemaskan dimatanya. Ia menjelaskan kalau bekas operasinya sudah lama dan tidak terasa apa-apa.

"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Anna ngeri melihat bekas sayatan itu.

"Ceritanya panjang kalau diceritain. Ya udah kita tidur aja, udah malam." Ustadz Alif memindahkan baskom ke meja dan mulai menarik istrinya untuk masuk kedalam pelukannya.

"Kenapa nggak pakai baju sih?" protes Anna yang sudah melihat suaminya menutup matanya.

"Masih sakit kalau kena baju."

"Nanti masuk angin" ucap Anna berharap suaminya mau memakai baju. Karena ia mulai tak nyaman dengan posisinya sekarang.

"Nggak akan." jawab Ustadz Alif sambil mengeratkan pelukannya dengan sang istri.

"Kenap.... " ucapan Anna terpotong saat tiba-tiba bibir suaminya menempel dibibirnya.

Anna membeku di tempat dengan mata melotot, ia hendak protes namun suaminya semakin berani mel**at bibirnya.

Ustadz Alif yang merasakan betapa manisnya bibir istrinya semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Ia meng****t bibir istrinya agar mau terbuka dan memberinya akses.

Anna yang lelah protes dengan menepuk-nepuk dada suaminya hanya bisa pasrah dan lama-kelamaan ikut larut dalam c**man suaminya.

Ustadz Alif tersenyum setelah istrinya membalas c**mannya meski masih kaku. Mereka berc**man cukup lama hingga saat Anna hendak kehabisan oksigen, Ustadz Alif baru melepaskan c**man mereka.

***

Terpopuler

Comments

Nm@

Nm@

Lega deh saat dah tau wajah dibalik topeng si Lampir

2023-10-16

0

Sri Darlina

Sri Darlina

buat Anna bahagia Thor

2023-09-16

0

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

nahhhh....anna dpt ciuman maut udah dari alifff....lama kelamaan anna dpt pisangg lh tuh nantiii😅😅

2023-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!