"Apa Pak Udin beneran nggak tahu identitas orang yang memakai mobil ini waktu itu? " tanya Ustadz Alif sambil menunjuk mobil disampingnya.
"Saya benar-benar nggak tahu mas. Kemarin itu saya lagi sendirian di kantor saya ini. Terus ada beberapa orang yang memakai masker menahan saya dan mengambil mobil itu. Saya pikir mobilnya bakalan raib tapi ternyata dibalikin setelah dipakai."
Ustadz Alif memijat keningnya yang terasa sakit. Ia dibuat sakit kepala dengan permasalahan yang sedang ia hadapi.
"Mending lo ke kantor aja lif, biar gue yang nyari tahu orang itu lewat CCTV sekitar sini." ucap Harun menenangkan Ustadz Alif.
Ustadz Alif mengangguk mengiyakan, ia berpisah dengan Harun untuk kembali ke rumahnya. Tak mungkin ia ke kantor dengan pakaian rumahan.
*
"Selamat pagi pak Alif, ini dokumen yang harus bapak tanda tangani."
Ustadz Alif mengangguk mengiyakan. Ia membaca dokumen yang dibawa sekretarisnya lalu menandatanganinya.
"Apa tidak bisa diundur pertemuan dengan Pak Seno?" tanya Ustadz Alif setelah sang sekretaris membacakan jadwalnya hari ini.
"Maaf Pak, tidak bisa. Kita semua tahu Pak Seno seperti apa dan saya harus mengingatkan lagi kalau beliau adalah salah satu investor terbesar di perusahaan ini."
Ustadz Alif hanya bisa mengiyakan menerima jadwal kegiatannya yang padat hari ini. Ia segera mengirim pesan pada istrinya kalau dirinya tidak bisa menjemputnya kali ini.
Sedangkan ditempat lain, Anna yang sedang ada kelas tidak tahu pesan dari suaminya. Ia fokus mendengarkan penjelasan dari dosennya.
"Ngomong-ngomong gimana rasanya tidur dipeluk suami?" tanya Ara sambil berbisik.
"Biasa aja" jawab Anna yang masih fokus mendengarkan penjelasan dari dosennya.
"Masa sih? kata orang-orang itu tempat ternyaman dalam hidup. Emang suami lo kayak apa? kok lo nggak mau buka hati buat dia?"
Belum sempat mendapat jawaban dari Anna. Ara yang kepergok tidak memperhatikan penjelasan dosen pun diminta menjawab pertanyaan dosen tersebut.
"Untung gue paham materi yang ditanyain. Kalau nggak, alamat kena ceramah habis-habisan dirumah nanti."
Anna hanya bisa menahan tawa mendegar ucapan sahabatnya. Ia melihat Ara yang cengengesan saat ditegur lagi oleh dosen tersebut yang tak lain adalah ibunya.
Selesai kuliah Anna yang sedang berada di taman dengan Ara tiba-tiba dihampiri Reino dan langsung duduk disebelah Anna.
"Kalian udah dapet tempat magang? "
"belum" jawab Anna dan Ara kompak.
Anna tak protes dengan Reino yang tanpa permisi langsung duduk disebelahnya karena sudah sering duduk disebelahnya.
"Gue ada info magang nih, mau nggak? "
"Mau mau" ucap Anna dan Ara kompak.
Setelahnya mereka sibuk membahas hal yang disiapkan untuk mendaftar magang.
"Gimana?" tanya Ara berbisik pada Anna.
"Dia nggak bisa jemput, katanya jadwalnya padat."
"Yaudah kita ke mall dulu yuk, ntar gue antar lo pulang deh! "
Anna yang tertarik dengan ajakan Ara lantas menyetujuinya. Mereka berpisah dengan Reino yang ada jadwal meeting dengan para anggota BEM.
*
"Mumpung disini nih, ceritain dong gimana kronologisnya lo bisa nikah sama suami lo itu." ucap Ara lalu meminum ice coffee nya.
"Harus banget ya?"
"Ya, iyalah gue ini sahabat lo Anna. Udah dari smp, masa lo kayak gitu ke gue."
"Jadi gini..... "
"Hah lo dijebak. Kok bisa? Siapa yang jebak?" tanya Ara yang tertarik mendengar cerita Anna.
"Mana gue tahu. Gue aja nggak kenal sama para penjahat itu."
"Anna?"
"Hmm?" jawab Anna sambil memakan spagettinya.
"Emm, lo pernah kepikiran nggak kalau siapa tahu itu ulah suami lo? bukan maksud apa ya. cuma aneh banget gitu, kok dia tetap mau lanjutin pernikahan ini sama lo yang gak dia kenal." tanya Ara hati-hati.
Anna terdiam dan mencerna apa yang dikatakan sahabatnya. Ia mulai berprasangka kalau yang dikatakan sahabatnya ada benarnya. Karena suaminya tidak memberitahukan padanya tentang bukti yang ia peroleh.
"Nggak tahu, pusing gue mikirin itu mulu." jawab Anna
"Iya sih, nggak usah dipikirin. Tapi sebelumnya selamat ya bestie akhirnya nemu jodohnya meski caranya unik hahaha..."
Anna tak menjawab ia melirik tak suka pada sahabatnya yang mengejeknya.
Selesai makan di restoran tersebut, Anna yang hendak membayar bertanya pada pelayan untuk membayar menggunakan kartu debit.
"Wihh, kartunya platinum permirsahh" ucap Ara menatap kartu sakti yang Anna gunakan.
Setelah pelayan tersebut pergi. Ara kembali bertanya pada Anna tentang kartu debitnya.
"Nafkah dari suami dong" jawabnya bangga.
"Iya iya yang dinafkahin suami. Nggak usah nyindir gue juga yang jomblo ini." jawab Ara memberengut menatap Anna yang tertawa puas.
"Bercanda ra, jangan tersinggung dong."
"Gue tersinggung banget sampek jempol kaki. Kecuali dibayarin nonton film sama bu Ustadz ini." jawab Ara tersenyum penuh harap.
"Awalnya sih boleh aja. Karna lo manggil gue bu ustadz kayaknya nggak jadi deh."
"Salah denger lo tadi. Udah yuk berangkat." Ucap Ara sambil menggandeng Anna yang hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap sahabatnya yang mendadak manis.
*
"Ini beneran rumah suami lo?" tanya Ara terkagum-kagum melihat rumah mewah di depannya.
"Rumah mertua" jawab Anna.
"Lo betah tinggal sama mertua? kalau gue sih big no ya! " jawab Ara dengan yakin.
"Emang kenapa?" tanya Anna penasaran.
"Duh, panjang kalau gue jelasin. Yang jelas nggak enak pakek banget. Intinya mertua itu ibarat Bayangkar peri."
"B aja tuh menurut gue. Masuk yuk! " Ucap Anna.
"Lain kali deh Na, nyokap gue nih lihat sendiri."
Ara memperlihatkan chat yang masuk dari mamanya. Anna tertawa membacanya.
"Yang sabar ya, anak sholeha pahalanya banyak hehe"
Anna mulai menginjakkan kaki memasuki rumah, sedangkan Ara sudah melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah mertua Anna.
"Kak Anna, sini kak" ucap Amira yang senang melihat kedatangan Anna.
Anna mendekat ke arah Amira yang sedang duduk di meja makan. Tak lupa Anna bersalaman pada Umi Dewi. Namun, ada seseorang yang menatap tidak suka akan kehadiran Anna yang tak Anna pedulikan. Ya, orang itu adalah Fatimah yang entah apa tujuannya datang kerumah itu.
"Amira lagi apa nih?"
"Lagi gambar keluarga. Kata bu Ayu, PR nya gambar keluarga cemara. Bagus nggak kak? "
"Wahh bagus banget gambaran Amira."
Anna menyemangati adik iparnya agar lebih semangat menyelesaikan tugas sekolahnya.
"Kak Anna mau pakai baju warna apa? Biar Amira warnain disini!" ucap Amira menunjukan ke arah gambarnya.
"Emm, pink aja deh."
"Pink udah dipakai Umi Hanum kak, kalau biru gimana? Biar sama kayak kak Alif."
Anna bertanya-tanya dalam hati tentang Umi Hanum. Namun ia tak mau menanyakanya khawatir membuat Umi Dewi tersinggung karena dalam gambar yang Amira buat, posisi Umi Hanum berada disebelah Abi Ibrahim. Jadi Anna hanya mengiyakan jawaban Amira saja.
"Kok kak Fatimah nggak ada dalam gambar sih Amira?" tanya Fatimah yang mendekat ke arah Amira.
Fatimah merasa gerah mendengar Amira memasukkan Anna dalam gambar yang ia buat.
"Kak Fatimah kan bukan bagian keluarga Amira." jawab Amira polos
Anna menahan tawa mendengar jawaban polos dari Amira. Sedangkan Fatimah semakin kesal mendengar jawaban dari Amira.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
tidak semua loh mertua gitu,ada juga yg baik...
2023-09-09
0
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
enakkk lohh...apa lagggi yg di cintai....seperti atas awan rasanyaaa....anna aja tu yg juall mahall
2023-09-09
0
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
mantapp lohh...ustazz bisa jadi ceo...😚😚
2023-09-09
0