"Adek lagi ngapain?" Andrean memanggil Narda yang sedang berdiri ditepi kolam renang.
"Kakak lihat deh airnya bersih banget, adek mau berenang kak" Sahut Narda sembari tersenyum lebar hingga menampilkan gigi kelincinya yang manis.
"Boleh tapi jangan sekarang ya sayang, ayo masuk dulu kita sarapan" Sahut Andrean sembari menghampiri Narda ingin menggendongnya.
Baru beberapa langkah Andrean berjalan suara tembakan terdengar. Mata Andrean langsung tertuju pada Narda yang jatuh ke dalam kolam renang dengan bersimbah darah ternyata yang tertembak adalah sang adik.
"NARDA!" Andrean berteriak sekuat tenaga menyesal karena tak bisa menolong sang adik.
"Narda tidak! Adikku! Biadab! Bajingan! tidak akan ku maafkan! sayang ku!" Andrean membawa tubuh Narda keluar dari kolam renang anak itu kini berada didalam pelukan Andrean.
Narda sudah tidak lagi bergerak bahkan nafas anak itu sudah tak lagi berembus. Andrean sangat marah tapi juga tak dapat menerima kenyataan jika adik yang paling ia cintai kini sudah tiada didalam pelukannya.
"Narda hiks hiks Narda... adek sayang maaf hiks hiks maaf sayang kakak bodoh! aku bodoh!" Andrean terus menyalahkan dirinya sendiri yng gagal melindungi adik yang ia cintai.
"Kakak! Kakak Ian... kak Ian bangun, kakak kenapa? kak hiks hiks kakak huwa... kakak ini adek kak, kakak bangun!" Narda berusaha membangunkan Andrean yang mengigau didalam tidurnya sangking khawatirnya anak itu malah menangis kencang.
Andrean tadinya sedang menjaga Narda yang bermain diruang tv. Namun karena kelelahan Andrean ketiduran disofa tapi tiba tiba Andrean malah bermimpi sangat buruk.
Andrean terbangun setelah Evan menusuk jari telunjuknya dengan jarum hingga berdarah. Andrean yang terbangun langsung melihat ke sekeliling begitu dia melihat Narda seketika Andrean beranjak dan menggendong Narda.
Tangisan Andrean sangat kencang dan memilukan membuat semua anggota keluarga berkumpul karena panik. Baru kali ini Andrean menangis seperti ini bahkan Karina ibu kandung Andrean juga terheran heran.
"Kakak kenapa sih? kakak jangan bikin adek takut..." Narda juga ikut menangis karena Andrean menangis.
"Adek sayang! Adek baik baik aja kan?! adek gak apa apa kan?" Andrean masih berusaha memastikan jika itu hanya sekedar mimpi.
Jason dan Hendery kebingungan tapi sebagai seorang ayah Jason mendekati Andrean dan berusaha menenangkannya. Setelah Andrean mulai tenang Karina memberikan segelas air putih yang langsung diminum sampai habis oleh Andrean.
Narda masih berada didalam pangkuan Andrean dan memeluk sang kakak erat. Narda bisa mendengar detak jantung Andrean yang begitu kencang bahkan Andrean sendiri merasa sesak di bagian dadanya.
Evan sigap memberikan oksigen pada Andrean. Evan juga berusaha membawa Narda agar dirinya bisa lebih leluasa memeriksa Andrean, tapi Andrean tidak mau melepaskan Narda dari pelukannya.
Karina duduk disamping Andrean dan memegang tangan Andrean erat. setelah dibujuk oleh Karina dan viola akhirnya Andrean mau melepaskan Narda dan berbaring disofa panjang ruang tv.
Narda kini berada digendongan Hendery sedangkan Jason memangku kepala Andrean dan mengusap usap lembut kepala sang anak. Evan bergegas melakukan tugasnya untuk memeriksa Andrean.
"Kak tenanglah... Detak jantung mu sangat tidak beraturan, kalau seperti ini terus dada mu akan semakin sakit" Evan menyuntikan obat pada Andrean untuk meringankan rasa sakitnya.
"Papa... mama... jaga adek banyak orang jahat" Ucap Andrean sembari menahan sakit dan menggenggam erat tangan Karina.
"Andrean kau harus tenang nak, adik mu baik baik saja..." Hendery juga sangat khawatir pada Andrean.
"Kak kau terkena serangan jantung ringan ku mohon tenanglah" ucap Evan dengan mencoba sekuat tenaga untuk tidak panik.
Beberapa menit kemudian rasa sakit didada Andrean sudah mereda. Andrean juga sudah mulai tenang dengan posisi kepala yang masih berada dipangkuan Jason dan tangan kirinya masih dipegang erat oleh Karina.
"kakak kau bisa mendengar ku?" Evan bertanya untuk memastikan dan Andrean mengangguk pelan.
"Kakak adek mau sama kakak Ian" Cicit Narda pelan, mendengar itu Andrean tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Papi bawa adek kesini" Ucap Andrean pada Hendery.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Evan, Hendery memberikan Narda ke pangkuan Andrean yang kini sudah bisa duduk.
"Kakak kenapa? kakak sakit apa? kakak gak akan ninggalin adek kan?" Narda terus bertanya karena sangat khawatir pada Andrean.
"Kakak tidak apa apa sayang, adek harus janji sama kakak mulai sekarang adek tidak boleh kemana mana tanpa memberitau kakak...
Kakak akan selalu menjaga kamu dek... kakak sangat sayang sama adek, sangat my love" Andrean memeluk Narda erat.
Setelah merasa benar benar tenang Andrean menceritakan tentang mimpinya pada seluruh keluarga. Narda yang mendengar itupun sangat terkejut karena ternyata Andrean begitu mencintai dirinya.
"Kakak jangan menangis adek baik baik saja kak, lihat adek disini sama kakak" ucap Narda sembari membalas pelukan Andrean.
Setelah Andrean benar benar membaik mereka semua berkumpul diruang keluarga. Arthur memapah Andrean takut kalau saja adiknya itu tiba tiba jatuh.
"Kak aku baik baik saja jangan perlakukan aku seperti anak kecil!" Kesal Andrean pada Arthur.
"Diam! Kau ini sedang sakit malah cerewet sekali" Sahut Arthur kesal.
Narda sedang bermain dan duduk diantara Viola dan Karina.
"Anak anak papi ingin bertanya pada kalian... jika kedua keluarga kita tinggal bersama apa kalian setuju?" Ucap Hendery membuka pertanyaan.
"SETUJU!" Narda berteriak penuh semangat.
"Aku sangat setuju karena biar bagaimana pun selama ini papa dan papi sudah lama berpisah, pasti kalian juga ingin bersama seperti saat kalian masih muda" Sahut Andrean agak panjang.
"aku juga setuju... maaf sebenarnya aku sudah lama ingin meminta pada papi agar kedua keluarga kita bisa tinggal bersama, aku selama ini sudah terlalu merindukan adik adikku pi" sahut Arthur mengutarakan isi hatinya.
"Aku setuju karena akan sangat baik jika kita semua tinggal bersama" Sahut Evan dengan tersenyum.
Jason beranjak dan memeluk Arthur dia merasa jika selama ini bukan hanya dirinya yang merindukan kedua keluarga ini bersatu lagi tapi juga anak anaknya. Karina juga beranjak dan mengusap kepala kedua putranya yang lain.
"Arthur dulu aku meninggalkan kak Hendery karena aku tidak mau membebaninya, jangan salah paham nak... aku tidak berniat memisahkan keluarga kita" Jason hanya ingin meluruskan apa yang selama ini belum dipahami oleh anak anaknya.
"Papa aku tidak tau seberat apa masa lalu kalian namun memisahkan ku dengan adik adikku selama bertahun tahun itu sangat melukai ku" Sahut Arthur sembari melepaskan pelukan Jason.
"Maaf..." lirih Jason berucap penuh penyesalan tapi Arthur tersenyum dan memegamg tangan Jason.
"Aku sudah memaafkan kalian karena sekarang keluarga kita sudah bersatu lagi, keluarga Die Errama dan keluarga De Wilson akan selalu bersama" Arthur.
Viola dan Hendery beranjak dan mereka semua saling berpelukan. Narda tak mau ketinggalan dia masuk ke dalam pelukan Evan dan kedua keluarga itu kini bersama kembali setelah lama berpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments