Keluarga De Wilson sampai diAmerika pada malam hari. Mereka bergegas menuju mansion karena tidak ingin membuang waktu lagi begitu sampai di Mansion mereka disambut oleh para maid dan bodyguard yang membungkuk hormat.
Salah seorang maid ingin mengambil Narda dari gendongan Karina tapi langsung ditolak keras oleh Karina. Jujur saja setelah kematian Jevan membuat Karina tidak mempercayai siapapun untuk menjaga anaknya.
Narda begitu terpana melihat rumah barunya, Mansion keluarga De Wilson. Mansion yang begitu besar dan mewah dengan beberapa lantai dan pintu pintu kaca yang indah, mata Narda melihat ke setiap penjuru terkagum kagum dengan rumah barunya yang bak di istana negeri dongeng.
Jason memperkenalkan Narda kepada semua bawahannya. Setelah itu Karina membawa sang anak ke kamarnya, belum selesai Narda mengagumi rumah barunya kini dia dibuat terkesima dengan kamar barunya.
Dinding kamar itu tampak sangat mewah dengan lapisan warna emas. Ada banyak boneka dan mainan lainnya yang tersusun rapi didalam kamar itu, kamar itu sangat luas bahkan Narda bisa bermain sepak bola disana lantainya dilapisi karpet empuk berwarna hijau.
Tempat tidur Narda juga begitu besar sebuah king bad yang muat untuk lima orang. Dipinggiran tempat tidur Narda ada pembatas kayu yang dilapisi dengan pengaman yang embuk yang bisa dinaikan dan juga diturunkan kapan saja agar Narda tidak jatuh saat tidur.
Narda berjalan dan membuka pintu kaca yang menjadi penghubung antara kamarnya dan balkon. Dia berdiri dibalkon dan menatap ke lingkungan sekitar ada banyak pohon yang menjulang tinggi diluar gerbang mansion mereka.
"Adek ayo sini sayang" Karina meraih tangan putra kecilnya.
Dengan kasih sayang Karina mengganti pakaian Narda dengan piyama lucu yang ternyata sedikit kebesaran pada tubuh mungil itu. Karina kemudian menimang sang anak berharap bocah manis itu bisa segera tertidur.
Tapi Narda tidak bisa tidur karena saat dipesawat tadi dia sudah banyak tidur. Karina akhirnya membawa Narda berjalan jalan keliling mansion dengan menggendongnya.
Saat melalui sebuah kamar Karina menghentikan langkahnya dan menatap pintu itu dengan mata berkaca kaca.
"Mama kenapa? adek nakal ya?" Narda bingung melihat sang mama yang tiba tiba menangis.
"Tidak kok... Adek tidak nakal" Sahut Karina sembari tersenyum pada sang anak.
"Terus kenapa mama nangis?" Narda.
"tidak apa apa sayang" Karina.
"Mama ini kamar siapa?" Narda.
"ini kamar kakaknya Narda..." Sahut Karina sembari menatap nanar pintu yang terkunci itu.
"Seharusnya adek sekarang punya tiga kakak, tapi karena mama yang selalu sibuk dengan pekerjaan... Adek sekarang tidak bisa bertemu sama dia" Karina.
"Ini kamar kakak siapa ma?" Narda.
"Kak Jevan..." sahut Karina yang kemudian membawa Narda berlalu pergi.
Setiap malam Karina sering masuk ke kamar mendiang Jevan. Dia akan menangis sembari memeluk baju baju Jevan, hatinya sakit ketika teringat bagaimana putra kecilnya itu tewas jatuh dari tangga dengan kepala bersimbah darah karena terbentur besi pembatas tangga dan patah tulang leher.
Namun malam ini rasanya sedikit berbeda karena Karina menghabiskan malamnya bersama Narda. Hatinya yang sedih atas tiadanya Jevan perlahan mulai terobati dengan hadirnya Narda.
Setelah berkeliling akhirnya Narda tertidur didalam gendongan Karina. Melihat sang anak yang tertidur Karina tersenyum dan mencium pucuk kepala Narda penuh kasih sayang.
"Anak mama sayang, permata keluarga De Wilson" bisik Karina ditelinga Narda yang sudah terlelap.
"Kenapa kau membawanya kesini?" Jason tiba tiba datang dan langsung memeluk Karina dari belakang.
"Tadi dia belum bisa tidur jadi aku mengajaknya keliling mansion, tapi baru setengah perjalanan dia sudah tidur" Karina.
"Dia sangat manis" Jason.
"kalau ku perhatikan dia lumayan cantik" Karina.
"benar benar anak yang lucu" Jason semakin erat memeluk pinggang sang istri dan menatap wajah putra bungsu mereka yang terlelap.
Disisi lain ada Andrean dan Evan yang duduk bersama menikmati segelas coklat panas ditaman yang berada disamping mansion mereka.
"apa yang kau pikirkan?" Andrean memegang bahu Evan yang nampak melamun.
"Aku memikirkan masa depan... jujur saja kak aku sedikit khawatir tentang Narda, bagaimana jika suatu hari nanti dia takut pada kita?" Evan.
"Kau terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting, lebih baik sekarang kau fokus saja pada apa yang sedang kita hadapai bukan memusingkan apa yang belum tentu terjadi" Andrean.
Mendengar ucapan sang kakak Evan tersenyum dan beranjak untuk berdiri disamping Andrean.
"haruskah kita minum wine malam ini?" Evan.
"Jangan macam macam Evan ingat kau alergi alkohol, jangan menemui malaikat maut sebelum aku yang mengundangnya untuk mu" Andrean.
Evan tertawa kecil karen jawaban Andrean mereka akhirnya menikmati coklat hangatnya dan pergi ke kamar masing masing untuk istirahat. Saat pagi hari keluarga De Wilson sarapan bersama dengan anggota keluarga baru mereka.
"tidak mau adek tidak mau makan ini mama, ini mentah sayurnya mentah mama" rengek Narda.
"Adek sayang ini namanya salad, adek harus makan biar sehat" Karina mencoba membujuknya.
"Tidak mau mama" Narda tetap menolak dan menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Adek makan!" Ucap Jason dengan nada sedikit tinggi mendengar itu Narda menunduk takut, dengan kesal Narda akhirnya mau memakan salad yang sudah dihidangkan untuknya.
"Uhuk!" Narda tersedak dia benar benar tidak bisa menelan sayuran mentah itu, Karina menepuk nepuk pelan punggung Narda.
"adek minum dulu" Karina memberikan minum dan diterima dengan baik oleh sang anak.
"Mama... adek mual" Narda menatap Karina dengan mata yang sudah berair disertai batuk beberapa kali.
"Ekhm!" Jason berdehem sebagai peringatan, mendengar itu Narda berusaha menghabiskan salad itu tapi dia tidak bisa dan berakhir muntah muntah.
Evan langsung beranjak dan memeriksa sang adik. Jason juga beranjak dan langsung menggendong Narda.
"Hua hiks hiks uhuk pa-papa uhuk uhuk papa jahat uhuk" Runtuh sudah pertahanan Narda tangisnya pun pecah.
Wajah Narda memerah karena menangis dan ada rasa perih ditenggorokannya. Jason memyesal karena memaksa Narda memakan salad sayur itu.
"Maaf sayang maafkan papa, papa hanya ingin adek menghargai makanan" Jason mencoba menjelaskan.
"Sakit hiks hiks perih pa huwa hiks hiks uhuk uhuk!" Jason memberikan minum pada Narda dan menenangkannya.
Saat Narda sudah tenang Evan memberikan obat sirup untuk meredakan sakit tenggorokan Narda.
"adek lihat kakak" Evan.
"Kakak tenggorokan adek sakit banget..." ucap Narda serak dan sedikit berbisik.
"Evan ada apa sebenarnya kenapa bisa jadi seburuk ini?" Jason.
"Sepertinya Narda tidak bisa dipaksa untuk makan sayur pa, kita harus mencari cara lain untuk membuat dia makan sayur... jika dipaksakan begini bisa menyakitinya" Evan.
Jason menatap nanar Narda yang masih berada di pangkuannya sembari minum susu dari botol dotnya. Karina beranjak dan mengambil Narda dari pangkuan Jason.
"kau pergilah ke kantor nanti terlambat, aku akan menjaganya" Karina.
Jason beranjak dan mengecup kening Narda kemudian berpamitan untuk berangkat ke kantor. melihat Jason pergi Narda sebenarnya ingin ikut tapi tenggorokannya terlalu sakit untuk bicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments