Narda sudah membaik meski tenggorokannya masih lumayan serak. Saat ini Narda duduk dikarpet bulu yang ada dikamarnya anak lucu itu sedang asik bermain mainan barunya sendirian..
Karina sedang didapur membuatkan camilan untuk Narda. Sedangkan Evan dia berada dirumah sakit keluarga De Wilson untuk beberapa urusan dan Andrean sudah menyusul Jason ke kantor.
Narda bosan bermain sendirian dikamarnya dia ingin keluar dan bermain tanah saja karena itu lebih seru pikirnya. Narda berjalan mendekati pintu tapi ternyata gagang pintu itu sangat tinggi untuk Narda sehingga tangan mungilnya kesulitan menggapai gagang pintu itu.
Narda mendorong kursi yang ada dimeja riasnya mendekat ke pintu menjadikannya sebagai pijakan. Akhirnya pintu pun terbuka dan Narda bisa keluar dari kamar, kaki kecilnya melangkah mencari cari pintu keluar yang dia sendiri tidak tau dimana.
Beberapa maid menghampiri Narda tapi karena trauma akibat penyerangan dihotel hari itu Narda takut didekati orang asing. apa lagi baju para maid di mansion ini berbeda dengan baju para maid dirumah keluarga De Wilson yang ada di Indonesia.
Narda berlari dari para maid dengan rasa takut yang membuatnya tak karuan. Narda juga terus berteriak memanggil sang mama sembari berlari salah satu maid menghampiri Karina didapur dan menyampaikan apa yang terjadi.
Karina meninggalkan pekerjaannya dan bergegas menyusul Narda. Saat ini Narda sedang bersembunyi dibalik sebuah guci besar sembari menangis dan terus berteriak memanggil Karina.
Para maid menunduk hormat saat Karina datang. Dengan lembut Karina membawa Narda ke dalam gendongannya.
"Mama! Hiks hiks mama adek takut" Narda belum juga berhenti menangis, tenggorokannya yang tadi sudah sakit kini jadi semakin sakit karena dia terus berteriak.
"adek jangan takut sayang kan ada mama disini" Karina.
"Mama mereka serem ma" Pekik Narda dalam gendongan Karina.
Perlahan Karina memperkenalkan para maid pada Narda dan menjelaskan kenapa baju para maid disini memiliki seragam khusus berbeda dengan maid mereka yang di Indonesia. Karena Maid di mansion juga dilatih bela diri dan dibekali dengan senjata untuk berjaga jaga jika ada hal yang tak di inginkan.
Narda tidak begitu mengerti apa yang dijelaskan sang Mama. Tapi yang Narda tau saat ini dia aman.
"Sudah ya jangan menangis lagi, mama lagi bikini makanan spesial buat adek" Karina.
Narda hanya mengangguk dia tidak punya semangat bicara lagi karena tenggorokannya benar benar sakit. Karina membawa Narda ke dapur dan menunjukan sebuah makanan yang sedang ia buat.
"mama itu apa?" Narda penasaran.
"itu namanya cream sup mama bikinin spesial buat adek" Karina.
Setelah cream sup itu siap Karina menyuapi Narda ditaman yang ada dihalaman samping mansion keluarga De Wilson. Narda suka rasa cream sup itu tapi dia tidak bisa menelannya itu terlalu menyakitkan untuk tenggorokannya saat ini.
Karina benar benar tidak tega melihat sang anak seperti ini. Perlahan tapi pasti Karina tetap menyuapi Narda, tidak banyak dia menyuapi Narda sepucuk sendok makan cream sup disetiap suapnya.
Jujur saja saat ini Narda masih ingin menikmati cream sup buatan mamanya yang sangat enak. Tapi Narda sudah tidak lagi bisa menahan rasa sakitnya, bahkan untuk sekedar meminum air putih biasa tenggorokannya terasa sakit.
Karina menghubungi Evan memintanya segera pulang untuk memeriksa Narda. Karina juga mengabari Andrean dan Jason ketiga pria bertubuh kekar itu meninggalkan pekerjaannya demi si bungsu.
Evan menjadi yang pertama sampai dirumah dan langsung memeriksa keadaan Narda. Evan tersenyum kecil lalu memberikan obat sirup kepada Narda.
"Tenggorokannya sedikit terluka tapi tidak parah, akan sembuh dalam beberapa hari mama jangan khawatir" Evan.
"syukurlah kalau begitu" Karina bernafas lega mengetahui sang anak baik baik saja.
Tak lama kemudian mobil Jason memasuki halaman rumah disusul oleh mobil Andrean. Mereka berlari menuju kamar si bungsu, begitu pintu kamar itu terbuka mata Narda menatap penuh harap ke arah pintu itu.
Benar saja orang yang Narda harapkan masuk setelah pintu terbuka dia adalah Jason. Narda menatap Jason dan merentangkan tangannya melihat itu tanpa mengatakan apapun Jason langsung menggendong Narda.
Andrean masuk ke kamar Narda dengan tergopoh gopoh karena panik dia bahkan sudah tidak ingat meletakan ponselnya dimana.
"kalian berdua jangan panik begitu Narda baik baik saja, tenggorokannya akan sembuh dalam dua atau tiga hari jadi jangan panik" Evan.
Mendengar itu Jason dan Andrean menghela nafas lega. Andrean duduk dipinggiran tempat tidur Narda dan Jason membawa sang anak untuk duduk disofa yang ada dibalkon kamar Narda.
"Adek maafin papa ya karena papa-" belum sempat Jason melanjutkan ucapannya Narda menghentikan Jason.
"adek gak marah sama papa, adek tau yang papa lakuin itu demi adek maaf ya pa kalau adek ngerepotin papa mama sama kakak" Narda berucap lirih namun dapat didengar oleh mereka semua.
"Suht adek jangan bicara seperti itu lagi bagi kami adek sama sekali tidak merepotkan, papa, mama, kak Ian, dan kak Evan kita semua sayang adek" Jason.
Narda hanya mengangguk pelan dan memainkan boneka beruang kesayangannya yang kini ia peluk erat. Rega masuk ke kamar Narda membawakan ponsel Andrean yang tadi dilempar oleh pemuda itu disofa ruang tamu sangking paniknya.
Andrean memeriksa pesan diponselnya dan tersenyum sinis lalu menunjukkan pesan itu pada Evan. Tawa kedua pemuda itu pun pecah menarik perhatian kedua orang tua mereka yang juga disana.
"Papa sepertinya akan ada tamu tak diundang datang" Andrean.
"Apa maksudnya?" Karina.
"Serangga kecil kita sudah masuk perangkap" Evan.
Mengerti dengan maksud kedua putranya Karina dan Jason tersenyum miring. Jason kemudian memberikan perintah pada Rega untuk menyiapkan semuanya untuk menyambut tamu mereka.
Narda yang tidak mengerti apa apa hanya diam didalam pelukan sang papa sembari berkedip lucu membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Dua hari setelah kejadian itu Narda sudah sembuh dan bisa bermain dengan ceria lagi.
Sekarang Narda sedang bermain dihalaman belakang bersama Evan dan Andrean. Hari ini adalah hari libur jadi semua anggota keluarga De Wilson berkumpul di mansion.
"Kakak liat ada itu" Narda menunjuk seekor cacing yang menggeliat didekat kolam ikan.
Evan yang melihat itu segera lari menjauh bukan apa namun pasalnya Evan sangat geli pada cacing. Sejak kecil dia sangat membenci hewan kecil itu.
Narda yang melihat itu tertawa terbahak bahak sampai berguling guling ditanah. Andrean tidak banyak merespon tapi dia juga merasa sedikit lucu karena Evan yang tidak pernah ragu membunuh musuh malah takut pada seekor cacing kecil.
Narda bermain tanah yang dicampurkan dengan air. Evan dan Andrean sengaja membiarkan itu agar Narda bisa bermain dan mengekspresikan dirinya tapi tetap dalam pengawasan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Berlin
❤️
2023-10-21
1