Hari hari berlalu dan kini sudah tiga bulan berlalu Narda tinggal di Mansion De Wilson. Narda sedang berlajar berenang bersama Jason, sejak kemarin Narda heboh minta diajari berenang tapi selalu ditolak oleh Jason.
Bukan tanpa alasan tapi Jason menolak karena sedang sibuk. Hari ini Jason punya banyak waktu luang dan bisa mengajari Narda berenang, bocah itu tampak sangat gembira.
Narda juga beberapa kali mencipratkan air kepada Jason. Ulah jail si bungsu mengundang gelak tawa sang papa, sangking gemasnya Jason sampai menggigit pipi gembul Narda hingga anak itu menangis.
Setelah tiga bulan tinggal bersama keluarga De Wilson Narda banyak berubah. Dia jadi lebih ceria, lebih banyak bicara, tubuhnya yang dulu kurus kering kini mulai berisi, dan kulitnya yang semula memang sudah putih kini jadi semakin putih.
Karina mendengar suara tangis sang anak dan segera menghampirinya. Tapi Karina terdiam karena melihat Jason yang masih sibuk menjahili sang anak yang sudah menangis.
"Astaga apa yang kau lakukan lihat dia menangis sampai pipinya memerah" Geram Karina pada Jason.
"Hahaha lihatlah lucunya dia hahaha" Jason malah semakin tertawa sembari memeluk Narda.
"Hua mama Huwa... mama tolong adek hiks hiks hiks huwa mama" Narda menangis sembari menatap Karina meminta tolong agar diselamatkan dari kejahilan sang papa.
"Jason sudah cukup jangan ganggu dia terus, kalau dia menangis terus nanti demam" tegur Karina.
Jason yang mendapatkan omelan dari sang istri akhirnya naik ke tepian kolam dan menenangkan Narda yang menangis.
"Papa nakal hiks hiks pipi adek digigit" Ucap Narda kesal sembari mengusap usap pipinya yang tadi digigit Jason.
"Kau ini nakal sekali lihatlah dia semakin imut jika menangis" Karina tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah menggemaskan Narda.
Mendengar sang mama yang seperti mendukung sang papa membuat Narda kesal. Narda turun dari gendongan Jason dan berlari dari mama dan papanya sembari memeluk handuk yang diberikan maid padanya.
Narda berlari sembari menangis sampai akhirnya tanpa sengaja dia menabrak seseorang. Narda jatuh terduduk saat menabrak pria tinggi itu yang ternyata adalah Andrean.
"Adek kenapa lari lari seperti itu? tidak pakai baju lagi?" Tanya Andrean bingung Karena melihat Narda lari larian menuju ruang tv tanpa memakai baju dan dengan keadaan basah kuyup.
Andrean langsung mengambil handuk yang dipeluk oleh Narda dan memakaikannya pada sang adik. Setelah itu Narda menceritakan semuanya pada Andrean, sejujurnya Andrean juga ingin tertawa tapi dia tidak tega.
Akhirnya Andrean memandikan Narda kemudian memakaikan minyak telon dan bedak lalu memakaikan piyama berwarna biru dengan gambar awan dan pelangi. Tidak lama setelah itu Evan pulang dari rumah sakit, hari ini sangat melelahkan untuk Evan karena ada banyak pasien dan rata rata pasiennya adalah anak kecil yang keracunan makanan.
Andrean menghampiri Evan dengan Narda didalam gendongannya. Saat melihat Narda seketika rasa lelah Evan menghilang, Evan mencium pipi Narda berulang kali.
"kak Evan kok tadi malam gak pulang?" Narda.
"maaf ya sayang kakak ada banyak pekerjaan dirumah sakit, adek dengerin kakak ya mulai sekarang adek tidak boleh makan permen lagi" Evan.
"Kenapa kak?" Tanya Narda bingung.
"Ada banyak anak kecil keracunan makanan gara gara permen, parahnya lagi ada yang sampai meninggal..." Sahut Evan dengan raut wajah sedih.
"Kau sudah melakukan yang terbaik, jangan merasa bersalah atas kematian pasien mu" Andrean.
"Anak yang meninggal itu bukan hanya satu kak tapi ada lima anak, dan salah satu dari mereka seumuran dengan Narda..." Sahut Evan dengan raut wajah murung.
"Sudahlah sebaiknya kau pergi mandi lalu tidur, kau terlihat sangat lelah" Andrean.
"Kakak jangan sedih, adek ikut sedih" Narda.
"Iya sayang... maaf ya" Evan mengecup kening Narda kemudian berjalan ke kamarnya.
Narda meminum susu didalam dotnya dengan masih berada didalam gendongan Andrean. Beberapa saat kemudian rasa kantuk menghampiri Narda, anak manis itupun tertidur didalam gendongan Andrean.
"Kakak!" Evan menghampiri Andrean dengan panik.
"Ada apa?!" pekik Andrean kaget.
"Aku harus kembali ke rumah sakit tolong sampaikan ke mama dan papa" Evan.
"Tunggu! ada apa sebenarnya kenapa kau panik sekali?!" Andrean.
"Banyak pasien anak anak yang ditangani dirumah sakit kita tewas kak" Sahut Evan panik.
Andrean terdiam dan mengangguk tanda memberikan izin pada Evan untuk pergi. Evan menyempatkan untuk mencium Narda yang sudah tidur pulas didalam gendongan Andrean.
Saat Evan sampai dirumah sakit dia dikejutkan dengan banyaknya pasien baru yang masuk dan banyaknya pasien yang tewas. Rata rata pasiennya adalah anak anak yang berusia dibawah sepuluh tahun.
Evan dan semua fokter yang ada disana berusaha untuk melakukan yang terbaik tapi pasien yang tewas jauh lebih banyak dari pada pasien yang selamat. Bukan hanya rumah sakit De Wilson yang dibanjiri pasien tapi juga rumah sakit lainnya diseluruh kota bahkan Negara.
Andrean menyampaikan tentang masalah ini kepada Jason dan Karina. Akhirnya mereka memutuskan untuk memberikan bantuan berupa alat medis dan obat obatan, mereka juga datang ke rumah sakit untuk memberikan bantuan itu secara langsung.
Jason, Karina, Narda dan Andrean sampai dirumah sakit De Wilson yang merupakan rumah sakit terbesar dikotanya. Rumah sakit itu penuh dengan pasien anak anak yang sakit karena keracunan makanan, banyak orang tua yang menangisi kematian anak mereka dan tak sedikit yang panik karena anaknya kritis.
Bahkan ada banyak pasien yang tidak mendapatkan kamar perawatan dan terpaksa dikirim ke rumah sakit lain. Melihat itu Narda hanya bisa terdiam didalam gendongan Karina.
Karina menghampiri salah seorang wanita yang sedang menangisi jasad anaknya dikoridor rumah sakit. Wanita itu menngis tanpa henti memanggil nama anaknya yang telah tiada.
Melihat semua kekacauan itu Jason mengerahkan anak buahnya untuk menyelidiki penyebab kasus keracunan makanan ini. Andrean tidak tinggal diam dia turun tangan sendiri untuk menyelidiki masalah ini bekerja sama dengan pihak kepolisian.
"Mama mereka kenapa?" Narda bertanya dengan polosnya.
"Mereka sakit sayang..." Sahut Karina sembari memperbaiki sedikit posisi menggendongnya.
"nyonya tolong anakku hiks hiks nyonya anakku kritis" ucap seorang wanita yang tiba tiba menerobos formasi bodyguard yang melindungi Karina dengan cara merangkak.
Wanita itu memohon sembari memegang kaki Karina yang sedang menggendong Narda. Karina memberikan isyarat agar para bodyguard tidak mengusirnya.
"Bangunlah kita bicara" Karina membantu wanita itu berdiri dan bertatapan dengannya.
"Nyonya anakku hiks hiks dia kritis nyonya ku mohon tolong dia" Ucap wanita itu memohon dengan menyatukan kedua tangannya.
"Anda harus tenang semua dokter dirumah sakit ini pasti akan melakukan yang terbaik, anda harus percaya pada mereka" Karina.
"Nyonya anakku seumuran dengan anak anda ini ku mohon nyonya hanya dia yang ku miliki didunia ini nyonya hiks hiks" Wanita itu benar benar takut kehilangan anaknya, Karina bisa mengerti perasaan wanita itu karena dia juga seorang ibu.
"Mama... kak Evan mana?" Narda.
"kakak sedang sibuk sayang sekarang adek sama mama aja dulu ya" sahut Karina sembari mengusap punggung kecil putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments