Evan menghubungi Andrean dan menyampaikan tentang kondisi Narda saat ini. Andrean semakin marah dan menatap tajam Amalia yang kini sudah terikat dikursi besi yang ada dihadapan Andrean.
"Kau bajingan tengik! Kau tega menyiksa anak kandung mu sendiri!" Ucap Andrean marah.
Amalia tak menjawab wanita itu malah tertawa nyaring. Membuat Andrean sangat marah dan menampar wajah Karina beberapa kali, Andrean juga menembak kedua kaki Amalia membuatnya mengeluarkan banyak darah.
Dokter keluar dari ruangan Narda menghampiri Karina dan yang lainnya. Dokter tersenyum dan berkata jika Narda berhasil diselamatkan, anak itu kini baik baik saja hanya perlu istirahat yang lumayan panjang.
setelah mendengar itu Evan memutuskan untuk menyusul Andrean. Dia khawatir Andrean akan membunuh Amalia karena jika itu sampai terjadi masalah baru akan menghampiri mereka.
Evan datang tepat waktu tepat sebelum Andrean menembak kepala Amalia. Evan menghentikan sang kakak dan menariknya sedikit menjauh.
"Narda?!" Tanya Andrean khawatir.
"Narda selamat..." Sahut Evan lirih.
"Syukurlah... Ku kira kita akan kehilangan lagi" Andrean menarik nafas panjang mencoba menenangkan gejolak dihatinya.
Evan mendekati Amalia dan menatapnya tajam dengan tatapan permusuhan.
"Apa yang kau lakukan padanya? apa kau berniat membunuhnya?!" Tanya Evan kesal.
Amalia lagi lagi tidak menjawab dan hanya tertawa nyaring seperti orang gila. Saat Andrean ingin menembak Amalia dari tempatnya berdiri saat ini peluru pistol Andrean ternyata habis.
Andrean mengeluarkan pisau yang ia simpan dipunggungnya dan berniat menusuk leher Amalia. Namun Evan menghentikannya dengan menggenggam pisau itu darah segar mengalir cukup deras dari tangan Evan membuat Andrean tersadar dan langsung melepaskan pisau itu.
"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH!" Kesal Andrean.
"Jika kau membunuhnya apa yang akan kau katakan pada Narda?! kau gila kak! Narda sudah mengalami banyak trauma, apa kau ingin Narda berubah membenci kita karena kita membunuh ibu kandungnya?!" Marah Evan pada Andrean.
Amalia semakin tertawa keras melihat perdebatan kedua saudara itu.
"hahahaha Kalian begitu perduli pada anak haram itu hahaha" Tawa Amalia menggema seakan wanita itu sudah benar benar gila.
"KAU-" Belum sempat Evan melanjutkan kalimatnya dia terhuyung lemah, karena ternyata pisau milik Andrean beracun.
Andrean dengan cepat mendudukan Evan disalah satu kursi dan memberinya penawar dari racun pisau itu. Andrean menyesal karena bukannya musuh tapi ia malah hampir menghabisi adik kandungnya sendiri.
"Bodoh! kau seharusnya tau pisau keluarga De Wilson semuanya beracun!" Marah Andrean sembari mengobati tangan Evan.
"Ck! Aku lupa" kesal Evan sembari membuang muka.
"selanjutnya harus ku apakan betina ini?!" Andrean.
"kau sudah melukai dia separah itu jelas dia akan cacat seumur hidup, lepaskan saja dia lagi pula dia tidak akan menjadi ancaman dimasa depan" Sahut Evan yang masih merasa pusing dan sakit ditubuhnya.
"Lain kali jangan jadi sok pahlawan kalau masih mau hidup, ayo bangun!" Andrean menarik tangan Evan dan memapahnya ke mobil.
Dirumah sakit Karina dan Jason menemani Narda diruangannya. anak itu sudah sadar sejak sepuluh menit lalu dan terus menggenggam tangan Karina.
"Mama... kakak mana?" tanya Narda dengan suara serak.
"Kakak sedang dijalan nak, Narda bobok dulu ya nanti kalau kakak kakaknya Narda udah datang mama bangunin" Ucap Karina menenangkan sang anak.
Jason berusaha menelpon kedua anaknya tapi tidak satupun dari kedua anak itu yang menjawab telponnya. Membuat Jason kesal setengah mati.
Saat sampai dirumah sakit Andrean dan Evan langsung diantarkan ke kamar Narda oleh bodyguard yang berjaga. Saat memasuki kamar Narda Jason langsung menginterogasi kedua anaknya terutama tentang tangan Evan yang diperban.
Mereka berdua juga tidak punya pilihan lain selain menceritakan semuanya dengan jujur. Jason menghela nafas kasar dan menyuruh kedua anaknya masuk untuk menemui adik mereka dan istirahat, Jason berkata dirinyalah yang akan mengurus masalah ini selanjutnya.
"Narda" ucap Evan lirih sembari mengusap lembut tangan Narda.
"Tadi dia mencari kalian" Karina.
"apa kata dokter?" Andrean.
"perlu istirahat yang banyak" Karina.
"Kalian istirahatlah mama akan menjaga Narda" ucap Karina kepada kedua putranya.
Andrean dan Evan tidur disofa panjang yang ada dikamar Narda dan Karina tidur disamping Narda karena permintaan sang anak sendiri. sedangkan Jason dia pergi untuk menuntaskan urusan yang belum selesai.
Karina terus menatap wajah Narda tatapan wanita cantik itu terus tertuju pada wajah polos dan pucat itu. Karina mengusap lembut pipi Narda namun anak itu tak terganggu sedikit pun.
Saat menjelang pagi Jason kembali ke rumah sakit dan melihat istri serta anak anaknya masih tertidur pulas. Jason menatap wajah mereka satu persatu, senyuman terlukis diwajah tegas itu.
"Jason..." Karina beranjak dan menghampiri suaminya.
"bagaimana?" Karina.
"semuanya sudah selesai..." Jason.
"Setelah Narda sembuh kita segera pulang ke Amerika, kembali ke mansion kita" ucap Jason sembari memeluk sang istri.
Satu bulan berlalu dan Narda sudah benar benar sembuh. Mereka pun bersiap untuk pulang ke Amerika, Narda sejak tadi hanya memperhatikan mamanya yang sibuk packing sementara dia sendiri hanya duduk sambil minum susu.
"Adek duduknya jangan terlalu dipinggir sayang nanti jatuh" ucap Karina sembari mengangkat sang anak dan mendudukannya ditengah tengah tempat tidur.
"Mama kita mau kemana?" Narda.
"pulang..." Karina.
"Pulang? pulang kemana mama?" Narda.
"ke rumah kita diAmerika" Karina.
Narda tidak lagi bertanya dia lebih memilih sibuk menikmati susunya dan memperhatikan Karina yang sibuk packing dibantu oleh beberapa maid.
Setelah selesai packing Karina menggendong Narda membawanya ke teras depan rumah berkumpul dengan yang lainnya.
"Adek sini yuk sama kakak" Evan membawa Narda ke dalam gendongannya.
Banyak warga desa berkumpul didepan gerbang rumah keluarga De Wilson menyaksikan bagaimana keluarga itu bersiap untuk kembali pulang ke Amerika. Mereka menatap tajam seakan tidak suka dengan apa yang dilakukan keluarga itu.
Sebelumnya mereka tidak pernah seperti itu, keluarga De Wilson biasanya akan diterima dengan hangat oleh warda desa ini. Tapi semenjak mereka mengadopsi Narda sikap warga desa berubah, dan berbagai teror kecil juga diterima oleh keluarga De Wilson.
"Papa harus kah aku bereskan mereka?" Andrean.
"tidak usah lagi pula kita akan segera meninggalkan tempat ini, kita fokus saja pada Narda" sahut Jason yang tak mau ambil pusing.
Evan yang melihat itu merasa risih dan tak suka pada warga desa yang menatap adik kecilnya. Evan memilih untuk memunggungi para warga itu.
"Aku tidak suka cara mereka menatap kita" Evan.
"Akan ku congkel mata mereka untuk mu" Andrean.
"Andrean... kendalikan emosi mu" tegur Karina.
Setelah para maid selesai memasukan semua brang ke dalam mobil mereka pun masuk ke dalam mobil. Karina satu mobil dengan Evan dan Narda sedangkan Andrean dan Jason ada dimobil lain.
mereka juga dijaga ketat oleh para bodyguard total ada lima mobil bodyguard berjaga didepan mobil Karina dan Jason dan lima mobil bodyguard lain berada dibelakang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments