Narda berjalan menemui Rega yang sedang melatih para bodyguard dihalaman belakang mansion mereka. Narda menarik sedikit jas yang dipakai oleh Rega membuat laki laki itu berbalik dan langsung menunduk hormat kepada tuan muda kecilnya.
"Tuan muda anda sedang apa disini? apakah anda ingin bertemu tuan besar?" tanya Rega dengan membungkuk agar bisa menyamakan tinggi badannya dengan Narda.
"Paman bisa bantu aku?" Tanya Narda lirih.
"Tentu saja tuan muda, apa yang harus saya lakukan untuk membantu anda?" Rega.
"Aku ingin belajar memanah tapi jangan beritau papa" Ucap Narda dengan sedikit ragu.
"Tuan muda kenapa anda ingin belajar memanah? bukannya anda tidak suka kegiatan seperti itu?" sahut Rega balik bertanya.
"Paman ku mohon ajari aku" Narda kembali memohon dengan tatapannya yang berbinar, membuat Rega tak sanggup untuk menolak.
Rega pun dengan terpaksa menyetujui permintaan Narda tapi diam diam dia memberitau Jason. Sempat muncul niatan dihati Jason untuk melarang Narda tapi dia mengurungkan niat itu, Jason mengira jika Narda memang menginginkan itu maka tak apa membiarkannya belajar.
Belajar memanah ternyata tak semuda yang Narda kira ditambah lagi dengan tubuhnya yang mungil. Tapi Narda tak mau menyerah dia terus berlatih tanpa kenal lelah, Rega sudah meminta Narda untuk berhenti dan istirahat namun Narda menolak.
Narda tetap berlatih hingga tangannya terluka dan berdarah namun dia tetap tak mau berhenti. Rega yang sudah kehabisan akal untuk membujuk tuan mudanya memutuskan untuk memberitau Jason tetang masalah itu.
"Narda De Wilson! Berhenti!" Jason memanggil Narda dengan marah, hal itu seketika membuat Narda berhenti dan menjatuhkan busur panahnya.
Jason menggendong Narda dan membawanya masuk ke dalam Mansion. Jason marah bukan karena Narda tidak memberitaunya tentang ingin belajar memanah, tapi Jason marah karena Narda berlatih hingga melukai dirinya sendiri.
Jason mengumpulkan semua keluarga De Wilson bahkan Andrean yang hari itu seharusnya berangkat ke Spanyol untuk urusan pekerjaan harus menundanya setelah mendengar kabar jika Narda terluka dari Jason. Evan yang berada dirumah sakit pun bergegas kembali ke Mansion dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Setelah semua orang berkumpul diruang keluarga Jason masih diam dan menatap tajam kearah Narda. Saat ini Narda hanya bisa menunduk pasrah menatap lantai, matanya terasa panas karena menahan air mata.
Jason menceritakan tentang apa yang terjadi kepada anggota keluarga yang lainnya tentu saja mereka terkejut karena Narda tiba tiba berbuat seperti ini. Evan yang mendengar itu langsung menghampiri Narda dan berlutut untuk bisa menyamakan tingginya dengan sang adik.
"Adek... lihat kakak" Evan mengangkat dagu Narda dengan pelan dan lembut.
"Adek kenapa melakukan ini? adek kenapa melukai diri adek sendiri?" Tanya Evan lembut meski didalam hati dia juga kesal dengan tingkah ceriboh sang adik.
"Maaf ka-kak" Sahut Narda terbata bata dengan air mata yang sudah tak lagi bisa dia tahan.
"Berani berbuat maka hatus berani menanggung akibatnya! Apa kau tau papa sangat panik saat Rega bilang kau terluka!
Bahkan dengan tangan yang berdarah kau masih memaksakan untuk berlatih memanah! sebenarnya apa yang ingin kau buktikan?! jawab papa Narda!" Jason sangat marah.
"Hiks hiks hiks ma-maaf" Narda tak bisa mengucapkan apapun selain kata maaf karena saat ini dia sangat takut dengan amarah Jason.
"Kau tau Narda seharusnya sekarang aku pergi ke spanyol untuk urusan pekerjaan! tapi kau malah membuat ulah dan membuat aku khawatir setengah mati!
Kenapa kau begitu ceroboh?! kau ingin aku mati karena serangan jantung gara gara mengkhawatirkan mu hah?!" Marah Andrean yang langsung membuat Narda menatapnya penuh penyesalan.
"Maaf kakak hiks hiks adek gak berniat bikin semua orang khawatir" Tangis Narda semakin kencang dan terdengar memilukan.
"Adek jawab mama kenapa adek melakukan itu sayang?" Tanya Karin lembut.
"Adek pengen jadi seperti kak Jevan hiks hiks bisa jagain mama dan bikin semua orang bangga hiks adek gak mau bikin papa marah...
Adek juga gak mau bikin kak Ian sama kak Evan khawatir hiks hiks hiks maaf kakak...
Kak Ian jangan ngomong gitu, adek gak mau kakak mati. adek cuman pengen jadi kuat biar bisa jagain kakak Ian... Biar adek aja yang mati buat kakak Ian" Ucap Narda jujur mengutarakan isi hatinya.
Seketika hening melanda hanya terdengar isakan isakan pelan yang masih dikeluarkan oleh Narda. Andrean yang mendengar itu terdiam amarahnya seketika menguap dan hilang entah kemana berganti dengan perasaan sedih.
"Adek juga pengen belajar obat obatan sama om Erik biar bisa bantu kak Evan obatin orang hiks hiks hiks adek juga mau belajar melukis biar bisa hiks uhuk! buat papa seneng... Mama" Narda menatap Karina dengan berlinang air mata.
"Iya sayang..." Sahut Karina lembut dengan mata berkaca kaca menatap putra kecilnya.
"Adek juga mau belajar masak supaya bisa bantuin mama dibikin kue biar mama gak capek lagi hiks hiks biar mama gak capek karena harus kerjain ini itu sambil ngurusin adek... adek cuman mau liat mama, papa, kak Ian, sama kak Evan istirahat hiks hiks
Nanti kalau adek udah dewasa adek akan gantiin tugas kalian supaya kalian bisa santai... maaf kalau adek salah hiks hiks maaf papa, maaf mama, maaaf kakak...." Tangis Narda semakin terdengar setelah mengatakannya.
Tak satupun dari mereka yang mampu berkata kata bahkan Jason hanya bisa terdiam. Mereka mengira Narda sangat ceroboh dan tidak pernah memikirkan perasaan mereka yang selalu mengkhawatirkannya.
Tapi mereka salah beaar justru merekalah yang tak sadar betapa selama ini Narda begitu mengkhawatirkan mereka. Evan memeluk tubuh mungil itu dan menangis tanpa suara.
"Adek" Jason menghampiri Narda dan membawanya duduk dipangkuannya.
"Maaf dek karena papa sudah marah marah sama adek, tapi nak adek masih terlalu kecil untuk memikirkan semua itu sayang...
Adek belum perlu untuk melakukan semua ini. Adek masih kecil tugas adek sakarang adalah bermain dan belajar, lakukan semua yang adek suka untuk semua beban itu biar papa yang memikulnya" Jason sendiri tak bisa menahan air matanya saat mengatakan itu.
"Adek sayang... lihat mama nak" Karina menangkup wajah Narda lembut.
"Mama sama sekali tidak merasa lelah karena harus memasak dan melakukan pekerjaan lainnya, mama juga tidak merasa lelah karena mengurus dan menjaga adek...
bagi mama itu adalah sesuatu yang membuat mama bahagia, adek tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak adek sukai hanya demi membuat kami bangga... karena dengan hadirnya adek disisi kami itu sudah membuat kami bangga" Ucap Karina sembari menghapus air mata Narda.
"Narda De Wilson adalah bintang harapan keluarga De Wilson... Dengar sayang akan ada masanya dimana kami mengajari mu banyak hal, mengajari mu banyak pengetahuan, dan memberikan mu banyak wawasan... tapi bukan sekarang.
Belum saatnya untuk Narda melakukan tugas tugas itu. Maaf karena kakak terlalu emosi tadi tapi itu karena kakak sangat menyayangi mu..." Andrean memegang kedua tangan mungil Narda.
Evan juga mendekati Narda dan mengusap pipi gembul adiknya itu.
"adek sekarang cuma punya tiga tugas, pertama sehat, kedua belajar yang rajin, dan ketiga bermain... Sisanya serahkan pada kami
Seperti kata Papa dan kak Andrean belum saatnya bagi adek untuk melakukan semua itu sayang adek paham?" Evan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments