Evan membawa Narda ke ruangannya sedangkan Karina pergi untuk menyelesaikan urusannya sebentar. Banyak rekan rekan kerja Evan meminta foto bersama Narda bahkan mereka dibuat gemas dengan tinggkah lucu dan polos bocah manis itu.
"Van adik mu ini lucu sekali jauh berbeda dengan mu yang galak hahaha" Ucap Mario sahabat Evan meledek.
Evan hanya tersenyum pahit menanggapi ucapan sahabatnya yang memang sedikit sinting itu. Narda kemudian tiba tiba menangis membuat semua panik kecuali Evan yang dengan sigap menggendong adiknya itu.
"Eh kenapa dia menangis?" Mario bingung.
"Dari tadi kalian sibuk mengajaknya bermain dan mencubit pipinya lihat pipinya jadi memerah" Sahut Evan kesal karena teman temannya tidak memberikan jeda untuk Narda istirahat.
Evan memangku Narda dan memberikannya susu didalam dot. Narda menerima susu itu dengan sangat baik dan perlahan tangan kecilnya memainkan kancing baju Evan.
"Ya ampun menyusu saja imut banget loh" Pekik salah satu rekan kerja Evan.
Narda yang lumayan lelah karena terlalu banyak bermain belum lagi ada banyak orang yang mengejarnya untuk mengajak berfoto kini tertidur dalam pangkuan Evan. Tak lama Karina pun datang dan membawa Narda ke dalam gendongannya.
"Evan ayo pulang papa dan juga kakak mu sudah menunggu untuk makan malam" Karina.
"Mama, dan adek duluan saja aku masih ada pekerjaan sedikit setelah selesai aku akan segera pulang" Evan.
Karina mengangguk dan membawa Narda pulang bersamanya belum lama Karina sampai di Mansion, Evan juga sampai di Mansion.
Setelah semua anggota keluarga berkumpul keluarga De Wilson memulai makan malam mereka. Saat dimeja makan mereka mengobrol ringan dan tertawa saat melihat tingkah lucu Narda.
Saat ini situasi sudah jauh membaik dari sebelumnya dulu dimeja makan tidak pernah sehangat ini. Narda turun dari kursinya dan menghampiri Jason.
"Adek selesaikan makan mu lebih dulu" Jason.
"Papa adek mau tanya sesuatu sama papa" Narda menatap Jason dengan tatapan serius.
Bukan hanya Jason tapi semua anggota keluarga De Wilson ikut penasaran dengan apa yang akam ditanyakan oleh si kecil. Karina bahkan memasang telinganya baik baik agar tidak ketinggalan satu patah kata pun yang keluar dari bibir mungil Narda.
"Papa orang yang sudah meninggal itu bisa pulang kan?" Narda bertanya dengan polosnya.
"Pulang bagaimana maksud adek?" Tanya Evan bingung.
"Ish kakak ya pulang ke rumah dong... terus main, makan, dan ngobrol lagi kayak kita iyakan pa?" Lagi lagi Narda menatap Jason.
Jason membawa Narda ke pangkuannya dan mengusap lembut surai rambut sang anak.
"Adek orang yang sudah meninggal berarti urusannya dengan dunia ini juga sudah selesai, mereka tidak akan lagi bisa pulang ke rumahnya karena rumah mereka sudah bukan lagi didunia yang sama dengan kita" Sahut Jason mencoba menjelaskan.
"Jadi kita tidak akan bisa ketemu lagi dong dengan orang yang sudah meninggal?" Narda masih penasaran dan mencoba memastikan.
"Tidak bisa nak..." Jason.
Narda terdiam mencoba mencerna kembali jawaban dari sang papa. Karina melihat raut wajah kebingungan Narda, dan menghampiri sang anak lalu menggendongnya.
"Adek kenapa tanya soal itu sayang?" Karina.
"Mama adek lihat banyak orang meninggal... setiap orang yang keluarganya meninggal akan menangis, seperti keluarga dari anak anak yang meninggal dirumah sakit dan mama yang ditinggal meninggal sama kak Jevan..." Sahut Narda sembari menunduk sedih.
Karina yang mendengar itu beradu pandangan dengan Jason. Keduanya tersenyum hambar.
"Mama adek sering lihat mama ke kamar kakak Jevan, adek juga pengen ketemu kakak Jevan adek mau tanya gimana caranya supaya mama gak sedih lagi" Ucap Narda dengan polosnya.
Mendengar itu Jason meletakan sendoknya dan menggendong Narda. Jason lalu menyuapi Narda kembali hingga makanan bocah itu habis lalu membawa Narda pergi dari ruang makan.
"Narda sangat mirip dengan papa dan mama, terkadang aku lupa kalau dia bukan adik kandung kita" Evan.
"Jangan pernah katakan itu lagi karena jika Narda mendengarnya dia akan sangat sedih! Narda adalah keluarga kita tidak perduli bagaimana pun latar belakangnya dia tetap adik kita" Tegur Andrean pada Evan.
Evan mengangguk dan menyesali ucapannya sementara itu Jason membawa Narda ke kamar Jevan. Mata Narda berbinar melihat bagaimana kamar itu memiliki desain yang sangat mirip dengan kamarnya bahkan mainan yang ada didalam kamar itu sama persis dengan yang ada dikamarnya.
Mata Narda tertuju pada sebuah lukisan yang sangat indah. Lukisan seorang anak laki laki yang sedang duduk diatas sofa dengan memeluk mainan kesayangannya, Narda turun dari gendongan Jason dan mendekati lukisan itu.
"Papa lukisan ini..." Narda menatap lukisan itu dengan mata berbinar, Jason berjongkok dan memeluk Narda dari belakang.
"ini adalah lukisan yang papa buat untuk hadiah ulang tahun Jevan tepat sehari sebelum dia meninggal" Jason menatap lukisan itu dengan hati yang masih sedih mengingat mendiang Jevan, Narda menyentuh lukisan itu dan menatap mata Jason.
Jason tersenyum dan membawa Narda duduk diatas tempat tidur dikamar itu dan memangku Narda.
"Papa... adek mau tau soal kak Jevan" ucap Narda lirih.
"Jevan... dia adalah anak yang papa dan mama adopsi beberapa tahun yang lalu, Jevan sebenarnya anak dari sahabat mama dan papa yang meninggal karena kecelakaan
Dia sangat suka musik setiap hari dia berlatih bermain piano, dia suka berlatih memanah, dan juga suka makan sayur
Setiap hari semuanya berjalan dengan bahagia karena Jevan selalu membuat kami tertawa dengan kelucuannya, sama seperti Narda yang kembali membuat keluarga ini hangat...
Jevan adalah anak yang tangguh dia sangat jarang menangis bahkan saat dia jatuh dan terluka, terkadang dia adalah yang menangkan kami saat kami menghadapi banyak masalah.
Jevan saat itu masih sangat kecil tapi dia memiliki pemikiran yang dewasa dan pengetahuan yang luas, senyumannya begitu indah melekat dalam hati kami" Jason menceritakan semua hal yang disukai dan sering dilakukan oleh Jevan, Narda juga mendengarkan semuanya dengan seksama.
"Hari itu sehari setelah ulang tahun Jevan dia bermain lari larian ditangga bersama pengasuhnya tapi karena pengasuhnya lengah Jevan jatuh dari tangga dan meninggal" Ucap Jason mengakhiri ceritanya dengan meneteskan air matanya, Narda menghapus air mata Jason dengan tangan kecilnya.
"Papa sayang sama kak Jevan?" Narda bertanya dengan ragu.
Jason tidak menjawab dia hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah itu Jason membawa Narda keluar dari kamar Jevan dan duduk diruang tv, tapi tak seperti biasanya kali ini Narda hanya diam.
Biasanya Narda akan bermain lari larian atau bermain mobil mobilan dengan boneka kesayangannya. Tapi kali ini tidak Narda hanya diam sembari memeluk Kiko boneka kesayangan, diamnya Narda membuat Karina khawatir.
"Adek sayang kenapa nak? adek lagi gak enak badan?" tanya Karina khawatir tapi Narda hanya diam dan menggelengkan kepalanya.
"sayang bicara dengan mama nak jangan diam saja sayang" Karina semakin panik karena Narda tiba tiba menangis.
"Mama huwa hiks hiks hiks mama" Tangis Narda pecah begitu saja, sebenarnya dia sendiri juga tidak tau kenapa hatinya kini terasa sesak dan sakit.
Karina langsung menggendong Narda dan berusaha menangkan sang anak. Jason juga berusaha menenangkan Narda tapi tangisan anak itu semakin menjadi jadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2023-08-14
1