Hardhan melihat Kei keluar dari fitting room, dengan short dress 10cm diatas dengkul dengan sentuhan sedikit rample dibawahnya, kerahnya berbentuk v neck yang lebar seperti model sabrina dress, memperlihatkan tulang selangkanya, beberapa helai rambut panjangnya menutupi sebagian pemandangan yang terlihat indah dan menggairahkan itu.
Warna merah memang cocok untuknya, Kei jadi terlihat lebih cantik dan lebih segar. Hardhan melihat Kei semakin mendekat ke arahnya.
"Kenapa melihatku seperti itu? Apa dress ini tidak cocok untukku?"
Hardhan tidak menjawabnya, dia masih terus menatap Kei.
"Yasudah aku cari lagi yang lain...." gerutu Kei kesal.
Kei akan berjalan ke rak pakaian tempat dia mengambil short dress tadi ketika Hardhan menarik tangannya, membuat Kei kembali menghadapnya.
"Tidak perlu, kamu akan selalu terlihat cantik memakai apapun" Hardhan mendekat ke kuping Kei "Tapi buatku, kamu akan lebih cantik jika tidak memakai apapun." bisiknya.
Wajah Kei langsung merona merah, tidak bisa terbayangkan sebelumnya Hardhan mampu merayunya di depan umum, Kei langsung menepis tangan Hardhan dan berjalan ke arah kasir, ingin membayar dress yang dia pakai.
Tapi kasirnya hanya bengong, kasir itu menatap Hardhan, meminta persetujuannya. Hardhan menghampiri Kei dan merangkul tangannya, membawanya keluar dari boutique ini.
"Sayang... Kau akan menjatuhkan harga diriku sampai tidak bisa tertolong lagi, kalau aku membiarkan kau yang membayarnya...."
Hardhan meraba punggung terbuka Kei, membuat Kei sebisa mungkin berontak, sampai Kei mendengar sesuatu yang terlepas dari dressnya.
"Kamu belum melepas price tagnya sayang." bisik Hardhan lagi sambil terkekeh.
Kei balas menyikut perut Hardhan tapi malah sikutnya yang sakit, Kei langsung mengusap-ngusap sikutnya, membuat Hardhan tertawa lepas melihatnya.
"Alex, ambil semua baju yang tadi diperlihatkan ke Kei, bawa ke rumah." perintah Hardhan membuat Kei tersentak kaget.
"Ohh jangan... Itu tidak perlu... Buat apa baju sebanyak itu?" cegah Kei panik.
Belum lagi harganya yang selangit.
"Setelah menjadi nyonya Hardhan, kau akan memerlukan baju-baju itu, percayalah..."
"Apa ibumu tidak marah mendapati seorang janda sebagai menantunya?" tanya Kei.
"Aku membawa gadis buruk rupa sekalipun mamaku tetap akan terima, selama dia melihatku menikah."
"Kamu masih punya banyak waktu untuk memikirkan lagi rencanamu untuk menikahiku... Banyak gadis-gadis cantik di luar sana yang akan dengan senang hati menikahimu..."
Kei berusaha membujuk Hardhan, karena rencana dengan pakaiannya tadi sudah gagal.
"Kau terdengar seperti tidak ingin menikahiku."
"Tepat sekali."
"Itu malah semakin membuatku ingin segera menikahimu." Hardhan mengedipkan sebelah matanya ke Kei, membuat Kei langsung mencibir.
Kei mengalihkan pandangannya ke luar jendela, pemandangan luar lebih indah daripada melihat sosok yang duduk disebelahnya ini.
Sampai mobil terhenti di depan gerbang hitam dengan ukiran unik berwana gold yang menjulang tinggi, gerbang itu membuka secara otomatis, memperlihatkan rumah mewah didalamnya, dengan pilar-pilar yang tinggi membuat rumah itu terlihat kokoh dan angkuh.
Alex membuka pintu untuk Hardhan dan sang supir membukanya untuk Kei, Hardhan merangkul tangan Kei memasuki rumahnya.
Kembali Kei dibuat ternganga melihat dalam rumah Hardhan, ini seperti memasuki lobby hotel bintang lima.
Hardhan membawa Kei semakin ke dalam, membuka sebuah pintu dan mendorong Kei masuk ke dalamnya. Ke dalam ruangan yang kesemuanya dari walpaper, sofa dan hiasannya serba berwarna lilac, mungkin ini ruangan favorit mamanya Hardhan.
Melihat kedatangan Hardhan dan Kei, mamanya langsung berdiri menyambut mereka, dengan kedua tangan terlentang lebar mamanya Hardhan berjalan ke arah Kei, dan memeluknya erat. Membuat Kei terharu dan nyaris menitikkan air mata, Kei kembali merasakan hangatnya pelukan seorang ibu.
Mamanya Hardhan melepas pelukannya, kemudian menangkup pipi Kei dengan kedua tangannya.
"Kau lebih beruntung dari yang pantas kau dapatkan Hardhan, dia cantik sekali." puji mamanya Hardhan membuat rona merah menghiasi wajah Kei.
Hardhan hanya tertawa mendengar pujian dari mamanya.
"Sekarang mama bisa melepaskan calon mantu mama itu, dan membiarkan dia duduk, aku tidak mau pernikahanku tertunda karena kakinya sakit akibat terlalu lama berdiri."
"Oh baiklah anak nakal...." gerutu mamanya sambil menuntun Kei duduk di sofa panjang, dan mamanya Hardhan duduk disebelahnya.
Hardhan memilih duduk di sofa kecil di depan Kei.
"Siapa namamu nak? Anak nakal itu tidak mau memberitahuku namamu." tanya mama Hardhan.
Hah?! raksasa arogan itu membiarkan mamanya memanggilnya anak nakal? dia malah terlihat senang dengan nama panggilan itu.
"Keilani tante."
"Jangan panggil tante... Panggil Mama saja, sama seperti Hardhan."
"Baik tan... eh Ma..."
Mama langsung tersenyum dan mengalihkan perhatiannya ke Hardhan.
"Jadi kapan kalian akan menikah?"
"Sabtu ini Ma...."
Bukan hanya Kei yang kaget mendengarnya, mamanya Hardhan juga kaget.
"Dasar anak nakal, memutuskan secepat itu tanpa memberitahu mama terlebih dulu. Oh Tuhan... Mama belum mempersiapkan semuanya, hotel catering, pelaminan...."
"Mama tenang saja semua sudah teratasi, dan mama... Maukah besok mama menemani Kei untuk fitting baju pengantin?"
"Oh dengan senang hati...." jawab mamanya Hardhan sambil meremas tangan Kei dan tersenyum padanya, "Mama senang akhirnya mama memiliki menantu, apalagi menantu secantik ini." lanjutnya.
Kei tersenyum... Benar-benar tersenyum tulus ke mama Hardhan, ke calon mertuanya.
********************
"Mamamu baik sekali." kata Kei.
Mereka hanya berdua di dalam mobil, Hardhan yang menyetir mobil itu sendiri dengan alasan supir sudah pulang karena sudah lewat dari jam kerja.
"Bagus kalau kau menyukainya."
Kei tiba-tiba tertawa, membuat Hardhan melirik ke arahnya.
"Aku tidak pernah menyangka kalau orang sehebat kamu bisa begitu menghormati mamamu, terlihat kalian berdua saling menyayangi."
"Seseorang bisa hebat karena doa dari seorang ibu."
"Ya, itu benar."
Kei kembali mengalihkan perhatiannya ke jalan, menatap kelap kelip lampu dari gedung-gedung bertingkat.
"Ternyata seperti itu rasanya pelukan seorang ibu...." gumam Kei, tetapi Hardhan mendengarnya.
"Apa Mamamu tidak pernah memelukmu?"
Telat... Hardhan mengutuk dirinya sendiri karena lupa mamanya Kei meninggal saat Kei berusia 6 tahun, disaat seorang anak sedang bergantung pada ibunya.
"Kei... "
"Kamu tidak perlu meminta maaf untuk itu." kata Kei memotong pembicaran Hardhan.
"Hardhan, apa tindakan kita benar? Aku takut aku akan menyakiti hati mamamu ketika dia tau tentang pernikahan kita yang hanya 6 bulan."
"Biar aku yang akan mencarikan alasan untuknya nanti."
"Lalu alasan apa yang akan diberikan ke papaku?"
"Papamu sudah mengetahuinya." jawab Hardhan.
Kei mengalihkan pandangannya ke Hardhan,
"Kamu serius?"
Hardhan mengangguk.
"Sepertinya papa begitu percaya padamu, kamu tahu... Dia sangat memujamu?"
"Itu, terlihat bagus untukku."
"Tapi dia terlalu berharap lebih dengan pernikahan kita, dan aku sudah berjanji padanya untuk bahagia dengan pernikahan kita. Hardhan... Selama 6 bulan aku akan sebisa mungkin menjadi istri yang baik untukmu, dan menantu yang baik untuk mamamu. Aku tidak akan mengecewakan kalian...."
Hardhan tidak membalas perkataan Kei, dia hanya diam, dan selanjutnya tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut mereka, sisa perjalanan dilalui dengan keheningan, hanya terdengar deru suara mesin mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
Dan kenyataannya sebelum 6bulan Kei sudah hamil bahkan jatuh cinta sama Hardhan
2022-04-29
0
Made Elviani
smoga pernikahan kalian tdk hanya utk 6 bln tp utk selamanya.........biar Galang gigit jari
aku merasa Inge bkn hamil anak Galang tp dgn orang lain........yakin Galang yg mandul
2022-01-09
0
Sri Faujia
g mungkin 6 bln pasti selamany ooo
2021-12-09
0