"Sial! Mati aku!"
Gerutuan yang ke sekian kalinya keluar dari mulut Galang, setelah kepergian Hardhan. Terkadang ia menjambak rambutnya sendiri, atau menjedotkan jidatnya ke meja, atau apapun yang akan menyakiti dirinya sendiri.
Kalau saja saat ini mereka berada dikamar alih-alih di tempat ini, mungkin Kei yang akan jadi objek pelampiasannya, seperti biasanya.
Tidak jauh berbeda dengan Galang, Kei pun sama paniknya, hanya saja dalam hal yang berbeda. Galang panik karena perusahaannya, sedang Kei panik karena akan menjadi istri dari seorang Presdir perusahaan besar, walaupun hanya enam bulan.
Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Kei. Bagaimana reaksi keluarga Hardhan mendapati seorang janda sebagai menantunya? Bisakah ibu mertuanya nanti menyayanginya? Bisakah adik atau kakak iparnya menerimanya?
Dan diatas segalanya, sanggupkah Kei bertahan selama enam bulan dengan raksasa itu?
"Ini semua gara-gara kamu!" teriak Galang tiba-tiba sambil menggebrak meja, kedua tangannya masih terkepal diatasnya, sampai urat-urat tangannya terlihat jelas.
"Kenapa aku?" tanya Kei berusaha mengatur lagi irama nafasnya setelah tadi tersentak kaget karena perbuatan mantan suaminya itu.
"Kalau kamu bisa menghasilkan anak. Mas tidak akan sering ribut sama mama. Mas tidak akan tertekan sampai mengeluarkan kata keramat itu. Dan mas tidak akan menawarkan pak Hardhan untuk menikah denganmu."
Galang kembali mengacak-ngacak rambutnya kesal. Kei mengelus sayang pundak Galang, mengesampingkan rasa sakit hatinya dengan perkataan Galang.
Kei sudah biasa menjadi kambing hitam dari semua masalah Galang. Perkataan Galang selalu benar dan Kei selalu salah. Selalu seperti itu. Jadi berdebat pun akan percuma, diam lebih baik. Bagaimanapun juga, ia yang memilih Galang menjadi suaminya, dan ia sudah terlanjur mencintai Galang.
Secara tiba-tiba, Galang meraih pundak Kei, mencengkramnya dengan keras membuat Kei meringis.
"Demi Tuhan. Mas malah nawarin pria yang sangat berkuasa itu buat nikahin kamu!" serunya sambil mengguncang pundak Kei.
"Mas ... " Kei berusaha menepis tangan Galang, cengkramannya terlalu kuat, dan kukunya mulai melukai kulit Kei.
"Bagaimana kalau dia jatuh cinta dan tidak mau menceraikanmu?" Galang masih terus mencengkram dan menggoyang-goyangkan pundak Kei.
Kei mulai merasa mual, "Mas!" teriak Kei pada akhirnya.
Galang langsung tersadar, dan melepaskan tangannya dari bahu Kei. Kei manangkup pipi Galang dengan kedua tangannya, menatap serius matanya.
"Mas, bukannya mas yang bilang kalau Hardhan cepat bosan sejauh menyangkut wanita. Dan mas juga yang bilang tidak ada wanita yang mampu mempertahankan Hardhan sebagai pacarnya lebih dari dua minggu. Sedang aku, dengan muka pas-pasan seperti ini dan tinggi badan hanya 160cm. Mana mungkin pria hebat seperti itu bisa jatuh cinta sama aku mas," ujar Kei sambil tersenyum, menenangkan mantan suaminya.
Galang merebahkan kepalanya ke pundak Kei, menutup kedua matanya dan menikmati wangi tubuh Kei. Wangi yang selalu dirindukannya setiap malam.
"Kamu memiliki hati yang seluas samudera dan juga tulus Kei, kamu selalu sabar, itu saja sudah bisa membuat mas berkali-kali jatuh cinta sama kamu. Dan ... "
Galang menggantung perkataanya untuk menghela nafas panjang, pikirannya melayang ke malamnya yang dingin.
"Kamu tahu, malam-malam yang mas habiskan dengan tersiksa, menginginkan pelukanmu, sentuhanmu, merindukanmu setengah mati."
Kei mengusap rambut Galang, ternyata dia sama tersiksanya dengan Kei, seperti itu juga lah yang Kei rasakan setiap malam. Tanpa disadarinya, air mata mulai menetes di pipinya.
Kei menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri, ia tidak mau Galang melihat kesedihannya, yang akan menambah kesedihan Galang nantinya. Ia harus tegar untuk Galang.
"Mas, kamu masih ada Inge, dia kan juga istrimu mas. Tidak ada alasan lagi kamu tidak mendatanginya setelah tidak ada aku. Dia sedang mengandung anak mu. Dia pasti butuh kamu di sisinya."
"Mas pernah sekali mendatanginya. Berharap melupakanmu sejenak dengan menggaulinya. Tapi ... Tidak terjadi apa-apa. Mas tidak bisa Kei. Seberapa keras pun usaha mas untuk membayangkan dia itu kamu, tapi tetap sia-sia. Dia bukan kamu, mas hanya mau kamu Kei."
Galang menyurukkan kepalanya ke dada Kei, kedua tangannya memeluk badan Kei seperti anak kecil yang mencari ketenangan dari ibunya, tidak peduli tatapan pengunjung lain, dia hanya ingin memeluk Kei.
"Kei, temanin mas clubbing yuk malam ini."
"Tapi mas ... "
"Please ... "
Dan disinilah sekarang Kei berada, duduk dikursi bar sambil menatap Galang yang sudah setengah mabuk dan sedang asik berjoget dengan wanita asing di dancefloor, setidaknya dia bisa melupakan kesedihannya sejenak. Kei tidak akan menghakiminya.
Kei juga ingin mabuk, dan melupakan sejenak masalah hidupnya. Seandainya ia punya keberanian untuk itu.
Ada satu wanita yang tiba-tiba menghampiri Galang, joget erotis didepan galang, merabanya, dan Galang membalasnya dengan memeluk pinggang wanita itu, membiarkan wanita itu menggoyang-goyangkan bokongnya kebagian depan tubuh Galang.
Sekarang wanita itu sudah balik badan menghadap ke Galang, dan kembali meliuk-liukan bagian depan badannya ke Galang. Dengan gerakan seperti itu. Bohong banget kalau tidak ada pengaruhnya pada Galang, dia masih lelaki normal.
Kei memicingkan kedua matanya, menatap Galang sinis.
Untuk inikah dia mengajakku? Melihatnya seperti itu? Yaa aku memang tidak akan menghakiminya, tapi aku juga manusia yang punya rasa cemburu! Apanya yang cuma mau sama aku, nyatanya baru digoda wanita asing saja sudah seperti itu reaksinya! sungut Kei dalam hati.
Dengan kesal Kei balik badan lagi kemeja bar, menghabiskan mint mojitonya yang sudah setengahnya dia minum sambil menemani Galang tadi, sebelum dia turun ke dancefloor, dan melakukan kegilaan dengan wanita itu.
Malas melihat kearah Galang lagi, Kei mengeluarkan ponsel dari tasnya, melihat pesan masuk di aplikasi chat, papanya ada diurutan chat teratas, Kei lupa bilang ke papa nya dia pulang telat, pasti papa khawatir sekarang.
Kei ingin mengklik chat dari papanya tapi matanya tiba-tiba kabur, tidak jelas, dan kepalanya pusing.
Kei melihat ke tempat Galang tadi tapi dia sudah tidak ada.
Aduh Galang kemana sih? Aku mau mengajaknya pulang, pusing banget kepalaku.
Dengan segera Kei memasukkan kembali ponselnya kedalam tas dan bergegas ke toilet, mungkin dia terlalu lelah, Kei berharap setelah mencuci mukanya ia akan kembali segar. Setelah itu baru dia cari Galang.
Tapi baru berapa langkah meninggalkan meja bar, kakinya sudah mulai goyah, seperti ada gempa besar yang menggoyangnya.
Kei diam sejenak, berpegangan pada kursi kosong disebelahnya, berusaha menarik nafas panjang menenangkan diri sendiri, tapi sia-sia. Night club ini seakan berputar-putar, pandangannya semakin kabur dan Kei sudah tidak kuat menahannya, menyerah dengan kegelapan yang segera datang menyelimutinya, menina bobokannya.
Kei merasakan seseorang memeluknya tepat disaat dia kehilangan kesadarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Dewa Rana
dengan rela Kei mau jadi istri kedua. ini cinta apa goblok sih
2024-10-30
1
Dewa Rana
kok Kei terima aja dikasari begitu
2024-10-30
0
Umiati Ati
Oalah....cinta sih boleh,bodoh jangan!!!
2024-07-25
0