Chapter 19

Entah sudah berapa lama Ify dibawa berlari oleh Rio. Ify sendiri tak ingin berpikir, ia hanya memejamkan mata dan berpegangan erat-erat. Mempercayakan hidupnya kepada Rio. Andai ia mati hari ini, maka bisa dipastikan ia akan membuat pemuda itu bertanggung jawab bagaimanapun caranya.

Angin yang awalnya begitu keras menerpa tubuhnya, perlahan mulai tak terasa, hanya semilir yang membuat sejuk. Ify juga tak lagi merasakan gerakan dari Rio tapi ia masih tak berani membuka matanya. Bagaimana kalau dibawahnya jurang? Bagaimana kalau Rio berpikiran membuangnya?

"Buka mata lo, nggak ada untungnya juga buat gue buang lo di sini."

Ify membuka sebelah matanya. Tak terlihat apa-apa.

"Kok gue nggak lihat apa-apa? Apa mata gue buta? Lo harus tanggung jawab ya kalau ada apa-apa sama gue." Ify semakin mengeratkan pegangannya.

"Gimana lo bisa melihat kalau muka lo aja masih nempel di dada gue. Senyaman itu ya pelukan gue?" goda Rio tengil.

Ify mendongak cepat, terlihat ekspresi tengil Rio dan bagaimana dia memeluk pemuda itu dengan erat. Ia juga melihat ke sekeliling. Tak ada sungai, tak ada jurang. Tapi ada di sebuah rumah yang kalau Ify tidak salah ingat adalah rumah Rio.

Dengan tergesa Ify melepaskan diri dari pelukan Rio. Jantungnya berdetak cepat dan ia merasa aneh berada dalam jarak sedekat itu dengan Rio. Padahal jika dihitung ia sudah pernah mengalami ini sebelumnya. Hanya saja saat itu ia berada di ambang batas kesadaran.

"Akh!" Karena terlalu tergesa-gesa, Ify tidak berhati-hati dan tak berhasil mendaratkan kedua kakinya dengan benar. Pantatnya hampir saja berciuman dengan lantak jika Rio tak sigap menahannya.

1,2,3 ....

Bagaikan adegan dalam drama, Ify hanya mampu terpaku dengan napas tercekat kala hidungnya bersentuhan dengan hidung Rio. Napas mint pemuda itu terasa begitu menyegarkan. Lengan kokoh yang kini menyangga pinggangnya bagaimana sandaran yang membuat Ify ingin berlama-lama bersandar d sana.

"Fy, berat!" keluh Rio yang membuat Ify tersadar dari lamunannya dan segera berdiri.

"Gue ada di mana- eh maksudnya kenapa lo bawa gue ke sini?" Ify meremas kedua tangannya gugup. Sebisa mungkin ia menghindari tatapan Rio yang tengah menggerakkan kedua lengannya yang sepertinya terasa pegal. Tak pernah Ify merasakan secanggung ini. Ia terlihat sangat bodoh dan memalukan. Sial!

"Sejak kapan lo merasa ada yang buntutin lo?" Bukannya menjawab, Rio balik bertanya.

"Nggak tahu," jawab Ify singkat.

Setelahnya hening. Rio dan Ify terlalu bingung untuk mengangkat pembicaraan. Kecanggungan tak biasa yang ada di antara keduanya membuat suasana menjadi tidak nyaman. Tak ingin terus terjebak dengan ketidakcanggungan, Rio akhirnya membuka suara.

"Lo jelek. Ganti baju sana di kamar tamu."

Tanpa menunggu perkataan balasan Ify, Rio menghilang dalam sekejap.

❄️❄️❄️

Rio sampai di kamar dan langsung bersandar di pintu. Tangannya meraba dada, dimana jantungnya berdetak menggila.

"Apa ini?" gumam Rio sambil mencoba menenangkan debaran di dadanya.

Padahal ia sudah terbiasa melihat gadis itu. Dan Rio cukup yakin jika gadis seperti Ify bukanlah tipenya sama sekali. Masih banyak gadis lain yang sangat cantik, dan bukan hal yang sulit mendapatkan mereka. Tapi kenapa jantungnya menggila saat jarak antara dirinya dan Ify begitu dekat, hingga hembusan napas gadis itu yang menyapa wajahnya membuat seluruh tubuhnya meremang.

"Tenang, Yo! Lo cuma kaget aja tadi." Rio mencoba menenangkan dirinya. Meski tak berhasil sepenuhnya, setidaknya tak separah tadi. Bahkan ia takut Ify mampu mendengar detak jantungnya seperti ia mendengar detak jantung gadis itu yang juga sama-sama menggila.

Tak ingin terus kepikiran dengan hal konyol, Rio menuju ruang kerjanya untuk mengerjakan beberapa berkas yang sempat terbengkalai selama ia ada di Negeri Es. Beruntung ada Alvin yang siap meng-handle semua kerjaannya meskipun Rio harus mendengarkan omelan pemuda itu setiap saat.

Baru saja membuka berkas pertama, ponselnya berbunyi. Tertera nama Alvin yang membuat Rio hanya mampu mendesah pelan.

"Yakkk! Akhirnya lo angkat juga?"

Suara Alvin melengking tajam membuat Rio ingin sekali membuat pemuda itu tak bisa bicara barang sejenak.

"Bisa bicara pelan-pelan? Gue masih bos lo kalau lo lupa."

"Nggak ada bos yang nyerahin semua kerjaannya ke bawahan gitu aja," sungut Alvin di seberang sana.

"Itulah kelebihan bos, buat apa punya karyawan kalau nggak disuruh kerja?"

Terdengar Alvin mengumpat dengan berbagai bahasa yang membuat Rio terkikik.

"Lo harus latihan buat jadi bos, karena lo juga yang bakalan pegang suatu saat nanti." Ucapan dari Rio membuat umpatan Alvin berhenti. Sesaat kemudian, hening.

"M-maksud lo?"

"Gue percaya lo bisa jadi bos yang baik."

Rio langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Alvin.

"Hah!"

Rio mendesah kasar dan mendongak. Ia menatap langit-langit dengan berbagai pertanyaan. Seolah langit-langit itu menyediakan jawaban yang ia inginkan.

Menutup portal dimensi bukan perkara mudah. Jika proses mengalami kesalahan sedikit saja, maka ia bisa tertidur selamanya. Bukan tanpa alasan ia meminta Alvin untuk meng-handle perusahaan. Ia ingin pemuda itu menjadi terbiasa. Karena cepat atau lambat, perusahaan itu pasti akan menjadi milik Alvin karena Rio memang tak memiliki ahli waris.

Meskipun ia nanti berhasil menutup portal dimensi, ia juga tak bisa seterusnya ada di dunia manusia. Ini bukan tempatnya.

Dua minggu lagi prediksi suhu terendah akan terjadi. Waktu yang tepat karena kekuatannya akan semakin bertambah dan bangsa api akan melemah. Dua minggu lagi ia harus menutup portal dimensi sebelum semuanya terlanjur hancur berantakan karena bercampurnya makhluk-makhluk yang berbeda dunia.

❄️❄️❄️

"Dua minggu lagi prediksi suhu terendah. Ingat, kita harus berhasil menguasai bumi sebelum waktu itu. Karena saat suhu terendah kekuatan Damian akan bertambah besar dan kita pasti sulit melawannya."

Para bawahannya hanya mengangguk hormat termasuk Dea. Waktu mereka menipis. Sebelum suhu mencapai titik terendah, mereka harus bisa melumpuhkan Rio jika ingin menguasai bumi.

❄️❄️❄️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!