Dengan ditemani oleh Cakka dan Alvin, Rio mengasah semua kemampuannya. Mereka memilih tempat terbuka yang berada di pinggir kota agar tak ada orang yang tahu dan menimbulkan keributan. Padang rumput yang lumayan luas dengan danau berukuran sedang membuat Rio semakin bersemangat. Ia juga harus mengontrol emosinya agar bisa mengendalikan kekuatan miliknya.
Saat ini Cakka dan Rio sedang bertarung sementara Alvin meringkuk nyaman dengan selimut dan camilan di depan api unggun yang sengaja ia buat. Maklum, sudah malam hari dan cuaca sangat dingin.
"Crashh!"
Kedua pedang beradu menimbulkan gesekan nyaring yang membuat Alvin meringis ngilu.
Rio dengan lincah melompat ke atas untuk menghindari sabetan pedang dari Cakka. Dengan gerakan cepat, Rio membalas dengan mengayunkan pedang ke arah bawah yang disambut dengan pedang juga oleh Cakka.
"Crashhh!"
Kedua pedang kembali beradu dengan Cakka yang berada di bawah dan Rio yang masih melayang. Satu gerakan salto yang sangat cepat dari Rio tak mampu dideteksi oleh Cakka sehingga sedetik kemudian pedang mengkilap yang terkena sinar bulan itu sudah berada di depan lehernya.
Dengan senyum penuh kemenangan, Rio menarik pedangnya diikuti Cakka yang bangkit berdiri.
"Anda selalu hebat, Yang Mulia!" sanjung Cakka yang membuat hidung Rio kembang kempis karena bangga.
"Gue tahu."
Malas berjalan ke arah Alvin yang lumayan jauh, Rio menggunakan teleportasi dan sedetik kemudian sudah berdiri di hadapan Alvin yang tergagap kaget.
"Bisa nggak kalau muncul itu salam dulu," gerutu Alvin sambil mengurut dadanya kaget.
Dengan senyum tanpa dosanya, Rio merebahkan tubuhnya di atas tikar di samping Alvin yang sibuk ngemil Rebo.
Karena tempat yang jauh dari pemukiman, membuat suasana malam ini begitu hening. Hanya suara jangkrik dan sesekali suara bungkus camilan milik Alvin. Cakka yang sudah datang pun hanya duduk diam dan memandang langit.
Rio menajamkan pendengarannya saat sayup-sayup mendengar suara tembakan.
"Kka, Vin, denger suara tembakan, nggak?" tanya Rio dengan posisi masih rebahan dan mata tertutup.
"Enggak."
"Iya."
Alvin dan Cakka menyahut bersamaan.
"Kok gue sendiri yang nggak denger?" protes Alvin.
"Ya itu sih derita lo," sahut Rio sambil bangkit dari tidurnya. Ia semakin menajamkan semua indreranya dan memprediksi jika suara tembakan yang masih terdengar itu tak terlalu jauh dari sini.
"Vin, lo pulang aja! Gue mau ngecek suara tembakan itu," pesan Rio dan sedetik kemudian sudah hilang dari pandangan.
"Tapi Yo- eh Kka, LOH KENAPA PADA NGILANG SIH?" teriak Alvin sebal saat ia hanya mendapati dirinya sendiri di tengah padang rumput yang mencekam itu.
"Bangsat, gue ditinggal sendiri," sungut Alvin sambil memegang tengkuknya yang merinding. Padang rumput ini lumayan gelap karena cahaya hanya berasal dari bulan dan api unggun yang sudah mulai mengecil. Belum lagi di sekelilingnya adalah pepohonan lebat. Suara-suara hewan malam yang terdengar semakin menambah kesan horor membuat Alvin bersumpah akan membuat perhitungan dengan Rio dan Cakka begitu mereka bertemu di rumah nanti.
❄️❄️❄️❄️
Sampai di lokasi, team Golden, Black dan Rose langsung menyebar ke posisi masing-masing. Malam yang senyap ditemani dengan suara jangkrik membuat mereka harus extra hati-hati agar tak kepergok penjaga yang sedang patroli di depan rumah yang sederhana itu. Rumah yang mereka jadikan markas menurut keterangan Ozy yang telah memata-matai mereka.
"Fy, hati-hati!" pesan Gabriel begitu mereka akan berpisah.
Ify mengangguk pasti dan berlari menyusul anggotanya.
Mendapat tempat di selatan membuat Ify merasa lebih bebas bergerak karena sang penjaga lebih banyak berpatroli di pintu depan bagian barat.
"Kalian berjaga di sini, aku akan menyusup masuk untuk melihat penjagaan di dalam," pesan Ify kepada anggotanya. Setelah menerima anggukan setuju, gadis itu mulai menyusup masuk, tangannya dengan terampil memutus kawat berduri menggunakan tang yang memang ia bawa. Setelah terbuka, dengan mengendap, Ify berjalan diantara semak sampai ia berada di dekat jendela. Suara tawa yang terdengar membuat Ify mengintip dari celah jendela yang untungnya tidak dikunci.
"1,2,3,4 ... 10," Ify menghitung dalam hati. Di ruangan tersebut ada sepuluh orang yang tengah asik bermain domino. Sementara di pojok ruangan Ify bisa melihat beberapa anak jalanan yang meringkuk ketakutan.
Klak!
Karena kurang hati-hati, Ify menginjak ranting kering hingga patah dan menimbulkan bunyi yang lumayan nyaring.
"Siapa itu?"
Ify dengan cepat berlari ke arah semak saat seorang laki-laki berjalan mendekati jendela.
"Ada penyusup!"
Rupanya gerakan Ify terlihat oleh orang itu sehingga dengan cepat ia berteriak membuat kawanannya mulai merespon.
"Kita ketahuan!" bisik Ify yang langsung tersambung ke Ozy dan Gabriel.
"Kalau begitu langsung kita sergap!" balas Gabriel.
Ify berlari ke arah anggotanya dan menginstruksikan seperti yang diperintahkan oleh Gabriel.
Dorr!!
Tembakan tanpa arah dari orang-orang yang ada di markas mulai terdengar. Ify maju dengan dua buah pistol yang ada di tangan kanan dan kirinya.
Dorrr!
One shot!
Satu tembakan dari Ify tepat mengenai kepala laki-laki yang memergokinya. Beberapa dari mereka mulai bermunculan dari dalam rumah. Perkiraan Ify salah, ternyata bukan hanya sepuluh orang, tetapi ada banyak orang di dalam rumah itu.
Baku tembak terdengar dari berbagai penjuru, team Ify yang bertugas mengamankan sandera, mulai bergerak untuk mencapai pintu belakang. Komunikasi tak berhenti antara Ify, Gabriel dan Ozy.
Team Golden mulai memancing semua orang keluar markas dan team Black yang mempunyai anggota hacker menginstruksikan tempat yang aman untuk team Rose lewati.
Ify sudah sampai di pintu belakang dan menyusup masuk diikuti anggotanya. Di dalam, ada delapan anak yang tengah menangis ketakutan dan menutup telinganya. Semua anak dalam posisi tiarap.
"Sstttt, tenang yaa, Kakak akan menyelamatkan kalian," bisik Ify saat melihat anak-anak itu tampak ketakutan.
"Tolong dengarkan perintah Kakak agar kalian bisa keluar dari sini, paham?"
Anak-anak itu mengangguk ragu. Meski begitu, mereka tetap menuruti perintah Ify hingga mereka berhasil mencapai pintu keluar tanpa seorang pun terluka.
"Nov, bawa anak-anak ini ke mobil dan cepat pergi dari sini!"
"Tapi bagaimana sama lo?" tanya Novi heran karena ini diluar rencana. Seharusnya Ify juga ikut pergi begitu berhasil membawa sandera keluar.
"Gue mau bantu Ozy sama Gabriel. Udah, lo bawa aja anak-anak dan cepat pergi dari sini!"
Novi hanya mengangguk dan membimbing anak-anak sambil berjaga agar selamat sampai ke mobil yang memang sudah disiapkan.
Ify mengamati sampai teamnya dan anak-anak menghilang ditengah gelapnya malam.
"Angkat tangan!" Ify berbalik dan mendapati moncong pistol berada tepat di keningnya. Seorang laki-laki dengan jenggot tebal tampak menyeringai karena berpikir telah berhasil menangkap seekor ikan yang besar.
Bukannya takut, Ify ikut menyeringai. "Apa kau pikir semudah itu?" kata Ify disertai dengan gerakan cepat memelintir tangan lawan hingga pistol itu jatuh ke tanah. Satu tendangan ke dada membuat laki-laki itu tersungkur.
Hanya dalam hitungan detik, kini gantian pistol Ify yang berada di pelipis laki-laki yang tengah berusaha bangkit itu.
Ify langsung meringkus laki-laki itu dan mengikatnya dengan tali tambang yang ia temukan. Baru saja selesai dengan kegiatannya, sekelebat bayangan hitam membuat Ify berdiri dan melihat sekitarnya dengan waspada.
Bayangan hitam itu berhenti tepat di depan Ify membuat gadis itu mundur perlahan. Bayangan itu mulai memadat dan seorang wanita dengan stelan serba hitam dan mata memerah telah berdiri di depan Ify dengan seringaiannya. Rambut wanita itu merah menyala dengan api di sekelilingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments