Chapter 13

"Hentikan omong kosongmu, Dea! Kamu tak lebih dari masa lalu yang harus kulenyapkan!"

Cakka terbang tinggi, membentuk pola bintang lalu merasakan energi air yang meresap di tanah. Mengangkatnya hingga air berkelok mengikuti pola bintang dan Cakka langsung mengarahkannya ke arah Dea yang hanya bisa menghindar.

Dea balas menyerang dengan tembakan bola api sembari ia memulihkan tenaganya sehabis bertarung dengan Rio.

Pertarungan terus terjadi tapi tak seimbang. Energi Dea semakin terkuras sementara Cakka terus melancarkan serangan yang berkali-kali mengenai Dea hingga perempuan itu batuk darah. Saat Cakka siap melancarkan jurus andalannya, Dea menggunakan kesempatan itu untuk kabur yang membuat Cakka menggeram kesal.

****

Dea tertatih. Sesekali ia ambruk tetapi tetap memaksakan berjalan. Pintu gerbang tinggi sudah di depan matanya.

Sedikit lagi, lima langkah lagi. Namun, Dea ambruk bersamaan dengan Patton yang muncul di sampingnya.

"Dea!"

Dengan segera Patton membawa Dea ke dalam istana. Memanggil tabib terbaik untuk mengobati anak buah kesayangannya itu.

"Aku tidak mau tahu, kau harus menyelamatkan Dea atau kepalamu yang akan kujadikan pajangan di pintu gerbang istana."

Tabib itu hanya menunduk ketakutan dan segera mengerahkan semua kemampuannya untuk menyembuhkan Dea. Berbagai ramuan obat-obatan ia racik, setelah menyalurkan tenaga dalam untuk membuat luka yang menganga menutup. Sekarang tinggal menyembuhkan luka dalam. Ini perlu waktu, tapi setidaknya kepalanya masih berada di tempat semestinya.

Patton hilir mudik di dekat ranjang Dea. Ia memutar otak karena cara pertama gagal. Kekuatan Damian sudah kembali, ditambah dengan panglima kerajaan Es yang menyertai Rajanya kemanapun ia pergi. Ini tak mudah, Dea pasti akan sangat kesulitan menghadapi mereka.

Selama dua jam, Patton memutar otak sembari menunggu Dea sadar. Hingga sebuah ide yang mampir di otaknya membuat pria itu tersenyum lebar.

****

"Fy!"

Ify tergagap saat seseorang menepuk pundaknya dan memanggil namanya.

"Lo kenapa?" tanya Gabriel saat melihat tingkah Ify yang kurang fokus beberapa hari ini. Pemuda itu menyodorkan segelas coklat hangat yang langsung diminum oleh Ify tanpa melihat jika coklat itu masih mengepul.

"Aduh ... panas!" Ify meringis dan menjulurkan lidahnya saat rasa panas  menjalar di indera perasanya. Gabriel ikut panik, pemuda itu berlari ke dapur dan mengambil sebotol air dingin dari kulkas yang langsung diminum Ify hingga tandas.

"Lo kenapa, sih? Nggak fokus beberapa hari ini?"

Ify menghembuskan napas panjang. Ia juga tidak tahu kenapa pikirannya terus tertuju pada kejadian aneh waktu itu. Ify tak tahu pasti apa yang terjadi setelahnya karena Gabriel menyeretnya untuk pergi. Menurut kabar yang beredar, tidak ada korban dari kebakaran itu, hanya kelompok penculik yang terluka dan sekarang meringkuk di penjara.

"Iel, lo percaya sama hal-hal ajaib nggak?"

Gabriel memiringkan kepalanya. Ia sedikit heran dengan tingkah Ify yang sangat aneh akhir-akhir ini. Ah tidak, tepatnya sesaat setelah mereka selesai melakukan tugas penggerebekan.

"Tergantung."

Ify sedikit tidak puas dengan jawaban Gabriel.

"Lo udah pernah lihat orang yang punya sayap?"

Gabriel menghentikan kegiatannya meniup coklat panas di cangkir. Ia meletakkan cangkir itu di atas meja dan menatap Ify dengan prihatin.

"Fy, ada baiknya lo istirahat. Gue bisa bantu ngomong ke Pak Erwan."

Ify berdecak. Percuma berbicara kepada Gabriel. Manusia di jaman modern memang cenderung berpikir logis dan realistis, Ify pun sebenarnya juga begitu, tetapi masih ada setitik keyakinan di hatinya jika ada makhluk lain yang juga memiliki eksistensi layaknya manusia.

Ify beranjak. Meraih jaket hitam miliknya dan berjalan keluar apartemen.

"Mau kemana?"

"Cari angin."

"Ikut!"

Ify membiarkan Gabriel mengikutinya. Suasana sore lumayan cerah dengan semburat jingga di ufuk barat. Sinar matahari masih terasa hangat di kulit meski sebentar lagi malam menyapa.

Ify melabuhkan pilihan pada taman kota. Mengamati aktifitas orang-orang yang sedang merilekskan tubuhnya dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan.

Ify mendudukkan diri di salah satu kursi diikuti oleh Gabriel. Tepat di depan mereka, beberapa pemuda tengah melakukan atraksi skateboard.

"Kayaknya seru deh main skateboard, sayangnya gue nggak bisa," gerutu Ify.

"Mau gue ajarin?"

Ify menatap Gabriel dengan mata berbinar. "Boleh!"

Setelahnya Gabriel meminjam  skateboard dari salah satu pemuda yang asik bermain. Dengan beberapa lembar uang ratusan, bukan hal yang sulit bagi Gabriel untuk mendapatkannya.

"Yang pertama, lo harus jaga keseimbangan. Menurut gue, itu hal yang mudah lo lakuin."

Ify mengangguk. Memang bukan hal yang sulit, ia sudah melatih keseimbangannya sejak kecil. Bahkan saat memutuskan untuk masuk menjadi agen BIN, mereka harus bisa berjalan di atas seutas tali tambang tanpa pegangan.

Ify naik, sedikit bergoyang karena rodanya terus bergerak, tetapi Gabriel dengan setia memeganginya. Dengan sedikit kesabaran, Ify bisa berdiri seimbang di atas papan skateboard.

"Nah, yang kedua lo harus bisa mengontrol kaki lo."

Gabriel dengan telaten terus memegangi Ify. Menuntunnya hingga papan skateboard berjalan perlahan. Beberapa kali Ify nyaris jatuh, tetapi Gabriel dengan sigap menangkapnya.

"Yakkkk! Sakit Ipyyy!" pekik Gabriel saat Ify memegang tangannya terlalu kuat karena laju skateboard yang lumayan kencang. Gabriel bahkan sampai terengah-engah karena dia berlari. Kurang sabar apalagi coba dia?

"Udah, capek!"

Ify mengakhiri sesi latihan mereka sore ini. Gabriel tak membantah, karena ia sendiri juga luar biasa capeknya. Harus lari mengikuti Ify yang memakai papan skateboard bukanlah hal yang mudah. Ia seperti mengajari seorang bayi berjalan. Bedanya, bayi berjalan, Ify berlari.

Setelah mengembalikan skateboard kepada yang punya, Ify selonjoran di bawah pohon sementara Gabriel pergi sebentar untuk membeli air minum. Angin sepoi-sepoi saat senja membelai wajah Ify lembut membuat gadis itu memejamkan mata dengan nyaman. Keringat yang merembes di dahinya ia biarkan begitu saja tanpa berniat untuk menyekanya.

Ify mungkin saja terlelap jika saja tak merasakan dingin di pipinya. Saat ia membuka mata, Gabriel yang tersenyum lebar dan sebuah minuman isotonik dingin menempel di pipi menyambut indera penglihatannya.

Karena haus, Ify segera mengambil minuman itu dan meneguknya. Gabriel hanya tersenyum tipis melihat Ify yang begitu kehausan dan mengambil tempat duduk di sebelah gadis itu untuk melepas dahaganya juga. Cuaca senja kali ini sangat hangat. Ify masih sibuk menenggak minumannya dan Gabriel mengambil kesempatan itu untuk berbaring di paha Ify.

Byurrr!

"IFY!"

Gabriel bangkit dengan kesal. Wajahnya sudah basah terkena semburan Ify. Sementara gadis itu hanya cengengesan dan menggaruk tengkuknya.

"Pahaku bukan bantal, you know?"

"Ck ... dikit, Fy! Ya ya, capek nih!" pinta Gabriel dengan wajah memelas.

Dengan terpaksa Ify mengangguk. Ia tak tega karena tadi Gabriel sudah berbaik hati mengajarinya bermain skateboard.

Mendapat persetujuan dari Ify, Gabriel tersenyum lebar. Ia kemudian berbaring dan menjadikan paha Ify sebagai bantal lalu memejamkan mata. Semilir angin yang membelai rambut dan kulitnya memberikan sensasi menenangkan, membuat matanya mulai memberat karena kantuk.

"Iel, kok gue ngantuk, ya?" Ify mengerjapkan matanya, berharap kantuk itu bisa terusir, melihat Gabriel sudah memejamkan mata dengan damai, tak mungkin ia tertidur juga, bisa-bisa dikira gelandangan mereka nanti. Namun, sekuat apa pun Ify menahan, rasa kantuk itu sangat hebat. Samar-samar sebelum terlelap, Ify melihat beberapa orang tergeletak begitu saja. Mereka bergelimpangan tak beraturan seolah mati karena menghirup gas beracun.

Ada apa ini?

❄️❄️❄️❄️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!