Ify sembuh dengan cepat. Jahitan bekas luka operasi pun sudah mengering. Hanya menunggu infus habis, maka ia bisa segera pulang. Selama itu pula, Gabriel tak pernah keluar dari kamar Ify kecuali untuk sesuatu hal yang sangat penting dan mendesak.
"Iel, lo percaya nggak sama hal-hal yang ada di luar nalar gitu?"
Selama ini, Ify sudah mencoba untuk lupa dan menganggap itu semua sebagai mimpi, tetapi rupanya tak semudah yang ia harapkan. Rengkuhan tangan yang memeluk tubuhnya begitu kokoh dan kuat. Ada perasaan hangat dan aman yang sulit ia jelaskan. Tatapan mata sebiru kristal itu juga membuat Ify semakin tak bisa melupakannya.
"Ngapain harus percaya kalau emang di luar nalar?" sahut Gabriel santai sambil mengunyah apel yang baru saja ia kupas. Padahal tadi bilang, apel yang ia kupas itu untuk Ify.
"Ya karena lo melihat sendiri hal yang diluar nalar itu."
Gabriel menatap Ify dan menyumpal mulut gadis itu dengan sepotong apel.
"Udah deh, nggak usah ngelantur. Hal di luar nalar apa sih yang lo lihat? Peluru? Kan lo tiap hari megang, Fy!"
"Seperti ... orang yang punya sayap?" Ify menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena ia pun sangsi dengan apa yang ia lihat saat itu. Apalagi saat mengetahui dirinya masih selamat setelah jatuh di jurang. Riko pun mengatakan tak ada jejak yang tersisa di TKP sama sekali. Semua hal ini terlalu aneh jika dipikir menggunakan logika.
Gabriel terbahak. "Itu manusia apa burung, Neng?"
"Ish ... bodo amat, ah!" Ify mengusak rambutnya gusar. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Ia juga ingin bertanya pada Rio, satu-satunya saksi yang kata Gabriel membawanya ke sini. Pasti pemuda itu tahu dimana ia ditemukan. Tapi sayang, semenjak ia siuman, pemuda itu juga menghilang tanpa jejak.
"Lo tahu nggak dimana kantor Rio?" tanya Ify tiba-tiba yang membuat Gabriel menyipitkan matanya curiga.
"Jangan bilang, lo suka sama dia?"
Ify mendelik dan melempar Gabriel dengan bantal. "Nggak usah ngaco deh jadi orang."
"Ya lo ngapain tanya kantor tuh orang?"
"Gue perlu berterimakasih sama dia," Ify membuat alasan yang terkesan logis. Ia tak mau siapapun tahu tujuan sebenarnya ia ingin menemui Rio. Bagaimanapun, sejak pertemuan di mall waktu itu Ify sudah merasa aneh karena tak semua orang bisa menyadari jika ia sedang dibuntuti. Pasti pemuda itu bukan orang yang sembarangan, ditambah lagi pemuda itu yang membawanya ke rumah sakit saat ia berpikir bahwa malaikat maut mungkin telah menjemputnya di dasar jurang.
"Iya, ntar deh gue suruh anak-anak buat cari tahu dimana kantor tuh orang." Gabriel mengalah. Ia memang tak bisa menolak semua permintaan Ify.
"Lo emang sahabat terbaik yang gue punya, Iel!" sahut Ify kegirangan, ia melemparkan ciuman jarak jauh yang membuat pemuda hitam manis itu bergidik ngeri.
❄️❄️❄️❄️
Tangannya yang kecil sibuk mengais tong sampah untuk mencari sisa-sisa makanan demi mengganjal perut yang sejak kemarin belum terisi apapun. Pakaiannya yang kumal dan sobek-sobek tanpa alas kaki itu tak cukup membuat orang-orang yang lewat menaruh belas kasihan. Mereka hanya melihat sekilas dan berlalu begitu saja.
Satu potong pisang goreng yang sudah sedikit basi ia temukan. Matanya berbinar dan dengan cepat memasukkan pisang goreng itu ke mulutnya hingga penuh. Jari-jarinya yang kotor ia jilati untuk menikmati sisa-sisa minyak yang menempel.
Kegiatannya menikmati pisang goreng itu terhenti saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya. Beberapa orang berpakaian serba hitam membuat bocah cilik itu bergetar ketakutan.
"Hei bocah! Kau lapar?" Salah satu dari mereka maju.
Bocah itu mengangguk ketakutan.
"Kita ada makanan di mobil. Kau mau masuk?"
Bocah itu tampak bimbang sesaat. Matanya bergerak kesana kemari, tetapi perutnya yang kelaparan membuat bocah itu akhirnya mengangguk meski masih ragu.
❄️❄️❄️❄️
Di sebuah ruangan dengan meja bulat yang besar tampak sudah hadir beberapa orang dengan wajah-wajah tegang. Beberapa hari yang lalu, mereka menerima laporan dari salah satu relawan anak jalanan jika jumlah anak jalanan yang ia bimbing semakin berkurang dari waktu ke waktu.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi dengan anak-anak itu. Tetapi saat team Gold yang dibimbing Ozy melakukan penyelidikan, beberapa masyarakat bersaksi jika mereka melihat anak-anak jalanan itu dijemput oleh mobil mewah.
"Baiklah, kita akan memulai rapat hari ini." Pak Erwan, selaku komandan memulai pembicaraan.
Orang-orang yang terdiri dari kapten tim itu menyimak dengan seksama, termasuk Gabriel dan Ify yang memaksa untuk ikut meski sempat dilarang.
"Team Gold saya persilahkan untuk melaporkan hasil penyelidikan."
Ozy, selaku ketua team berdiri untuk menyampaikan laporan hasil penyelidikan timnya. Dimulai dari waktu yang biasa saat mereka beroperasi dan tempat-tempat yang biasa mereka jadikan target, sekaligus markas mereka untuk mengumpulkan anak-anak jalanan itu.
"Apakah markas itu sudah pasti tempat mereka?" tanya Gabriel.
Ozy mengangguk. "Kita sudah mengikuti mereka dua kali, dan markas itulah yang selalu mereka tuju. Jika kita melakukan penyergapan sekarang, mungkin kita belum terlambat menyelamatkan anak-anak itu."
"Baiklah, kira-kira seberapa besar kekuatan mereka? Kita harus membagi menjadi dua team. Ada misi khusus juga yang harus kalian lakukan di Papua dengan kasus yang sama." Pak Erwan memberikan pandangannya.
"Sepertinya kita bisa menyergap mereka dengan dua tim saja. Team Golden dan team Black siap berangkat!" sahut Gabriel.
"Eh, team Rose juga siap, kok!" timpal Ify tak mau kalah yang membuat Gabriel melotot.
"Lo baru sembuh, bego!" bisik Gabriel.
Peristiwa penyerangan kemarin sengaja dirahasiakan dari teman-temannya karena Ify pun belum tahu pasti mereka siapa, suruhan siapa dan apa masalahnya. Semua terjadi begitu saja dan tak ada jejak sama sekali. Karena itulah Ify meminta Gabriel untuk merahasiakan hal ini dari siapapun.
"Begini saja. Kalian team Rose, Black, Golden silahkan berangkat untuk menyergap ke markas, team Levender, Tiger, dan Orchid berangkat ke Papua, dan team Brown tetap di kantor untuk berjaga-jaga."
"Baik, Pak!" sahut mereka serentak.
Rapat selesai dan semua anggota sedang bersiap. Para kapten team itu mengumpulkan anggotanya dan memberikan breafing singkat karena memburu waktu. Team Golden, Rose dan Black pun berkumpul untuk menyusun strategi. Sebentar lagi memasuki waktu magrib, dan mereka berencana menyergap markas itu sehabis isya agar tak banyak yang melintas. Tentu saja mereka harus meminimalisir korban berjatuhan karena salah sasaran.
"Seperti biasa, Rose selatan, Black Utara dan Golden dari Barat. Jika mereka kabur hanya ada jalan dari Timur yang akan menggiring mereka ke tepi jurang. Team Golden akan memancing mereka keluar markas dan team Rose masuk untuk menyelamatkan anak-anak. Team Black berjaga untuk melindungi kita semua." Ozy sebagai ahli strategi memberi perintah yang langsung diangguki anggota team.
Serentak, mereka langsung menyiapkan diri dan persenjataan yang akan mereka bawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments