Obsesi Farah

Enam tahun lalu, MPLS SMP Dharmawangsa

Semua siswa baru berkumpul di lapangan sekolah, tidak terkecuali gadis berambut agak pirang, bertubuh gendut, dan berkaca mata. Gadis itu adalah Farah.

Mereka berkumpul di bawah sinar matahari, mendengarkan ketua OSIS berpidato panjang, menunggu waktu bebas untuk mereka berkelana mengelilingi sekolah baru mereka.

"Jo, lihat. Mirip babi"

Seorang laki-laki berbisik di sebelah Farah kepada teman laki-laki nya sembari melihat ke arah Farah. Teman laki-laki yang duduk di sebelah laki-laki itu ikut melihat ke arah Farah, lalu tertawa kecil.

"Iya, babi pirang"

Lalu mereka berdua tertawa dengan mata yang terus melirik Farah. Mereka mengolok-olok Farah, karena fisik Farah yang gendut dan rambutnya yang pirang. Farah yang sudah terbiasa dengan olokan itu tersenyum getir, sembari menutupi wajahnya.

Gak apa-apa, Far. Gak apa-apa.

Jam bebas yang ditunggu akhirnya tiba, Farah berjalan-jalan mengelilingi SMP Dharmawangsa, tidak peduli dengan tatapan yang sudah biasa dia terima. Farah berjalan sendirian, dengan meninting sebotol air minum di lehernya dan makanan ringan yang ibu nya masak sendiri. Walaupun sendirian, hari itu Farah merasa bahagia.

Untuk sementara, sebelum seseorang menabrak tubuh Farah, namun orang tersebut yang terjatuh.

"Maaf, maaf. Maaf, kak"

"Lo punya mata gak sih? Jalan itu lihat-lihat. Badan aja yang gede mata gak di pake"

"Maaf, kak" Farah menundukkan kepalanya. Meminta maaf, walaupun laki-laki yang di depannya ini yang menubruk tubuhnya lebih dulu. Namun, di sini tidak peduli siapa yang salah, tapi siapa yang memiliki kelemahan untuk terlihat bersalah. Dan, Farah punya kelemahan itu. Kelemahan yang selalu dijadikan hal untuk melawannya.

"Dasar babi. Pergi lo sana!"

Kakak kelas laki-laki itu mendorong tubuh Farah dan pergi, membuat semua orang memandangi Farah dengan tatapan sinis dan tawa kecil. Mereka seperti berkata, apa sudah selesai? Hanya begini? Gak seru. Menyedihkan.

Tapi, kejadian hari itu tidak sampai di sana. Semua semakin parah, seiring berjalannya waktu. Perundungan yang Farah alami semakin lama semakin membabi buta. Namun, gadis ini tidak punya mental yang lebih untuk melawan orang-orang yang berbuat jahat padanya.

Lagi dan lagi, UKS adalah tempat yang Farah tuju. Gadis itu membuka pintu UKS dan masuk ke dalam sana. Mata nya bertemu dengan laki-laki berjas putih yang duduk di meja jaga UKS. Laki-laki yang selama ini tidak pernah Farah lihat, walaupun Fara sudah berkali-kali keluar masuk UKS.

"Ada perlu apa?" Tanya laki-laki itu pada Farah yang berdiri di depan meja nya, tanpa berkutik sepatah kata. Padahal, laki-laki itu sudah menunggu keluhannya. Apalagi, laki-laki itu sudah tidak sabar bertemu kekasihnya. Karena, jam tugas UKS yang bukan milik nya itu hampir selesai.

"I-ini, kak" jawab Farah menunjukkan pergelangan tangannya yang terbakar akibat Putung rokok milik kakak kelasnya yang sengaja diarahkan ke tangannya.

Satu, dua, banyak banget?, batin laki-laki itu merenung dan menatap wajah Farah yang sembab. Tidak butuh waktu lama untuk laki-laki itu mengetahui apa yang sedang gadis di depannya alami.

"Duduk. Sebentar, aku ambilkan air dingin"

Laki-laki itu membuka kulkas dan mengambil baskom dari dalam lemari. Kemudian, menghampiri Farah. Dengan lembut, laki-laki itu menuangkan air ke atas luka bakar Farah dengan baskom yang menjadi wadah agar air itu tidak tumpah ke lantai.

"Sakit?"

"iya"

"Tapi, kamu gak nangis. Hebat" ucap laki-laki itu tersenyum tipis ke arah Farah. Lalu, mengambil handuk kering dan dengan mengeringkan tangan Farah. Setelahnya, mengoleskan salep di tangan Farah sembari menghembusnya.

Entah mengapa, hari itu. Hati Farah menghangat, walaupun rasa sakit di tangannya begitu nyeri. Perhatian laki-laki itu, membuatnya ingin menangis.

"Udah selesai" laki-laki itu beranjak saat sudah selesai membalut tangan Farah dengan perban. Kemudian, laki-laki itu merogoh ponselnya, melirik ponselnya sebentar, lalu tersenyum tipis.

Namun, matanya tidak sengaja melihat ke arah Farah yang menunduk dalam.

"I-itu, ini" ucap laki-laki itu memberikan permen cola kepada gadis yang tengah terduduk di brankar itu. Agar setidaknya perasaan gadis itu kembali membaik.

Farah menatap lekat permen cola itu dengan tatapan sendu. Lalu, tiba-tiba saja air mata nya mengalir deras dari pelupuk matanya.

"Lah? Kok-jangan nangis. Ini kan cuma permen"

"Makasih, kak" ucap Farah mengambil permen itu. Permen itu Farah genggam, sembari terisak. Farah menangis karena untuk pertama kalinya seseorang menaruh perhatian padanya. Perhatian yang orang tua nya bahkan tidak pernah berikan.

"Duh. Aku gak tau caranya menghibur orang. Intinya, semangat ya? Kamu kuat kok, jadi-"

Laki-laki itu melirik jam tangannya. Lalu menepuk bahu Farah pelan.

"Jadi, aku permisi ya? Semangat!"

Saat laki-laki itu hendak beranjak, Farah menahan tangan laki-laki itu, membuat laki-laki itu membalikkan tubuhnya.

"K-kenapa? Ada lagi yang sakit?"

"Enggak" Farah menggelengkan kepalanya kuat. Lalu, menatap lekat wajah laki-laki itu.

"M-makasih, kak"

"Iya, sama-sama. Kalau gitu, aku permisi pergi dulu"

"Boleh aku tanya nama kakak?" Tanya Farah sebelum laki-laki itu benar-benar pergi dari sana.

Laki-laki itu mematung, lalu melirik jam tangannya sekilas. Senyum laki-laki itu timbul dengan tangan yang perlahan melepaskan tangan Farah yang menggenggam tangannya.

"Juno. Juno Elvaro" ucap laki-laki itu melepas sepenuhnya tangan Farah. Lalu, tersenyum tipis dan beranjak pergi dari sana. Sedangkan, Farah memandang lama permen cola di tangannya.

"Kak juno?"

Senyum Farah timbul, lalu permen itu dengan cepat Farah masukkan ke dalam saku kemejanya.

Ketemu. Pangeranku.

Mulai saat itu, Farah berjanji pada dirinya. Ah, tidak. Hari itu, Farah menemukan pangeran berkuda putih yang dirinya cari-cari. Pangeran yang akan selalu menyelamatkan dirinya dari pada pembully. Satu-satunya pangeran, hanya miliknya, dan hanya diciptakan untuknya.

Namun, fantasi itu tidak berlangsung lama. Tidak lama, Farah kemudian mengetahui bahwa pangeran yang sudah dia pilih itu telah memiliki kekasih. Itu terjadi saat jam pulang sekolah, Farah melihat gadis kecil berseragam yang sama dengannya memeluk lengan Juno. Hatinya membara, dan Farah menggila.

"Dia punyaku! Gak ada yang boleh miliki dia selain aku!"

Gadis itu menggila, menghancurkan semua barang-barang yang berada di kamarnya. Semua orang panik, seperti anak balita yang tantrum, gadis itu berteriak seperti orang kehilangan akal.

"Tenangkan diri kamu, Farah! Kamu itu bukan anak kecil lagi!"

"Iya, benar. Aku bukan anak kecil, tapi kenapa Kak Juno malah pilih anak kecil itu? Dia bahkan gak lebih cantik dari aku, ma! Padahal, aku udah berusaha berubah biar Kak Juno ngelirik aku!"

"Iya, semuanya udah berubah sekarang. Jadi, lupain laki-laki itu, nak! Kamu harus belajar lebih giat biar papa mu kasih perhatian lagi ke kita"

"SIALAN! LAKI-LAKI BIADAB ITU GAK BAKALAN KEMBALI! Mama tau? Bahkan, kalau Farah mati, dia gak bakalan kembali ke kita. Lebih baik aku mati demi Kak Juno"

Dan, dendam itu bertahan lama. Farah berkali-kali mengganggu kekasih Juno, Sazza. Namun, perempuan itu sama sekali tidak menggubris gangguan Farah. Hingga, dendam itu rasanya terbalaskan oleh langit.

"Far, kamu tau? Dia udah mati" ucap Celine. Anak dari pembantu, Farah. Gadis seumuran yang menjadi teman. Tidak, lebih tepatnya, pesuruh Farah?

"Siapa?"

"Cewek itu, sialan yang ganggu Juno"

"Sazza? Beneran? Kenapa? Ah, enggak. Gak penting. Kak Juno, gimana?"

Farah dengan antusias bertanya pada Celine. Mereka berdua kini berada di kamar Farah, menghisap sebatang rokok di dekat jendela. Celine tersenyum sinis, tanpa dirinya, tidak ada yang memberikan Farah informasi.

"Gak tau. Selesai ujian, dia gak pernah kelihatan lagi"

"Hah? Gak boleh gitu dong? Kak Juno gak boleh menghilang dari kehidupanku. Gimana ini, Kak Juno pergi ke mana? Lo beneran gak tau, Cel. Dia di mana? G-gue gak bisa hidup tanpa dia" Farah menggigit jarinya, tangannya bergetar. Tubuhnya mendingin ketika membayangkan hidupnya tanpa Juno.

"Tenang, gue bakalan cari tau dia bakalan masuk SMA mana. Lo tenang aja, selama pemasukan gue aman, cowok lo juga aman"

Lalu, omongan yang setahun menjadi kebohongan itu, kemudian terbukti. Farah masuk ke sekolah yang sama dengan Celine, sekolah menengah atas tempat Juno melanjutkan pendidikan nya setelah setahun tidak Farah temukan dia mana pun.

"Itu, Kak Juno"

"Apa gue bilang, dia sekolah di sini kan?"

"Tapi, kenapa Kak Juno tambah kurus. Cel? Gue samperin aja gak ya? Tanya kenapa dia tambah kurus gitu, apa dia juga sebenarnya merasa kehilangan gue? Selama ini kan dia gak pernah lihat gue"

Cewek sinting, batin Celine memandang sinis gadis gila di sebelahnya. Namun, terpaksa Celine menanggapinya, karena Farah adalah penopang hidupnya saat ini.

"hmm, gak boleh. Nanti kalau dia jauhin lo gimana? Kalau dia anggap lo gila gimana?"

"Gak mungkin. Kak Juno mengerti aku, jadi dia gak akan anggap aku gila"

Lo beneran udah gila, tolol.

"Tapi, dengan penampilan lo yang udah cantik paripurna kayak sekarang. Gak mungkin Kak Juno kenal lo yang gendut jelek kayak dulu? Daripada kelihatan menyukai terang-terangan, bukannya lebih baik lo main tarik ulur aja ya? Biar lo keliatan berharga dikit?"

"Gak. Gue takut Kak Juno di ambil orang, kayak dulu. Gue harus samperin Kak Juno sekarang" Farah melangkah pergi, menghampiri laki-laki yang berdiri tidak jauh dari mereka. Saat Farah menyentuh tangan laki-laki itu, Juno menepisnya kasar.

"K-kak Juno" panggil Farah dengan senyum manis khasnya. Namun, laki-laki dengan wajah ramah yang dulu Farah lihat, kini berbeda. Juno menatapnya tajam, dengan lingkar hitam di bawah matanya. Juno, sepenuhnya berbeda.

"K-kenapa? Kakak udah lupain aku? Ini aku, Farah. Kakak gak ken-"

"Tolong, menyingkir" ucap Juno memotong ucapan Farah saat Farah menghalangi jalannya.

"Gak" Farah kembali memegang tangan Juno.

"Kakak kenal aku. Aku ini Farah! Farah kak! Perempuan yang kamu suka, ini aku? Kamu suka aku kan?"

"Minggir" Lagi dan lagi Juno menghempaskan tangan itu hingga tubuh Farah ikut terjatuh ke lantai. Juno menatapnya tajam, lalu melangkah pergi. Namun, lagi dan lagi Farah menahan tangan Juno.

"Kak, lihat aku dulu. Ini aku Farah! Kakak masa gak kenal sih? Aku perempuan yang kakak kasih permen dulu di UKS! Aku yang kakak kasih perhatian, aku tau kakak suka sama aku"

"Tolong, pergi!" Juno berteriak membuat tubuh Farah tersentak. Laki-laki itu menatap sinis Farah dengan napas berderu. Menahan kesal pada gadis yang terus memaksanya ini.

"Dengar. Aku gak kenal kamu. Sekalipun, aku bahkan gak pernah lihat wajahmu. Jadi, tolong! Minggir, jangan ganggu aku. Dan, jangan pernah muncul di hadapanku lagi"

Setelah nya, Juno menjauhi nya. Melangkah pergi meninggalkan Farah yang mematung menatap sosoknya yang menjauh. Tidak peduli, siapa pun dan bagaimana mereka menatap ke Farah, tatapan dan fokus Farah hanya tertuju pada Juno seorang.

"Gak apa-apa? Apa gue bilang, ini terlalu tiba-tiba. Sekarang jadinya dia menjauh kan?"

Celine datang, berjongkok di hadapan Farah sembari ikut melihat ke arah Juno.

"Gak apa-apa. Sekarang aku udah tenang, kalau Kak Juno minta nya kayak gitu. Aku gak bakalan gangguin dia lagi"

"Eum?" Mata Celine membulat, menatap tidak percaya ke arah Farah yang tiba-tiba menjadi normal.

"Sekarang, udah sadar? Gak cinta mati sama dia lagi?"

"Enggak. Karena Kak Juno yang minta dijauhi, aku bakalan jauhi. Mungkin, dia belum bisa menerima fisik aku yang baru. Kak Juno, masih suka sama aku yang lama. Tapi gak apa-apa, perlahan-lahan Kak Juno pasti suka aku yang cantik ini. Apalagi aku udah berusaha berubah buat dia"

Totally, otak nya udah hilang. Alias, bodoh, tolol, sinting banget, gila!

"Jadi, sekarang apa?"

"Gak ada apa-apa. Selama Kak Juno gak milik siapa-siapa, berarti aman. Dia tetap milik aku. Aku bakalan usaha buat jadi perempuan yang dia suka"

"Dan, kapan pun. Gak. Selamanya. Bahkan sampai mati, Kak Juno cuma punya aku"

•~•~•~•~

"Iya, lihat sekarang. Anak kecil yang berani ganggu pacar orang"

Farah berjongkok di depan Sasa yang duduk di tanah dengan mulut, kepala dan wajah penuh memar dan darah. Dengan tangan yang terikat dan penampilan yang acak-acakan.

"Lepasin aku"

"Gak mau. Lebih baik gue mati daripada lepasin lo"

"Lepasin gue, bangsat!" Sasa memaki di depan wajah Farah, namun gadis itu tidak terintimidasi. Senyum jahat terukir di wajahnya, dan dengan kasar tangannya mengarahkan kain ke mulut Sasa dan mengikat tali itu kuat. Menyumbat mulut Sasa agar gadis itu tidak kembali bersuara.

"Cukup. Gue gak butuh bacotan lo, gue cuma butuh lo. Fisik lo"

Farah beranjak, lalu melirik Denada dan Celine.

"Tunggu apa lagi? Suntikkan"

"I-itu, kak? Ini keterlaluan"

"Gue bilang suntik dia pakai bius, lo tuli?! Gue gak peduli mau gue dihukum mati sekali pun, gue bakalan tetap ngelakuin ini. Biar Juno tetap aman, biar Juno tetap jadi milik gue"

"Sinting", gumam Celine tertawa pelan, lalu melirik sekilas Farah.

"Kenapa? Gak mau? Mau gue bongkar semua rahasia lo?"

"Sabar ege. Iya, ini gue suntik. Gak sabaran banget"

"lhhmmmp! Lmmphhss!"

"udah diem" Celine menoyor kepala Sasa, lalu menyuntikkan cairan putih itu di Vena Sasa.

Lama kelamaan, gadis itu mulai kehilangan kesadaran, kemudian tubuhnya ambruk ke tanah. Melihat itu, Farah tertawa puas. Lalu, matanya melirik senang ke tubuh Sasa yang tidak berdaya.

"Sekarang, buka seragamnya. Gak ada laki-laki yang mau sama perempuan yang hartanya dilihat semua orang kan?"

"KAK?!"

"Buka aja. Mulai sekarang, ini jadi lebih seru"

•~•~•~• NEXT!

JANGAN LUPA VOMENT!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!