Rasa Aneh

Setelah membantu teh Mina dan bik Wati,Seperti biasa, jika pagi ana akan membangunkan Stevan dan membersihkan kamarnya Stevan sebelum ia berangkat kuliah.

Ana membuka pintu dan masuk, ia sedikit kaget melihat Stevan yang sudah duduk bersandar di headboard tempat tidur sambil membaca buku.

"Tuan sudah bangun?" tanya ana.

"Hemm.." Stevan hanya menjawab dengan deheman dan mata masih fokus membaca buku.

"Tumben tuan sudah bangun, biasanya susah sekali dibangunin." tanya ana berani. Sudah seminggu ana bertugas membersihkan kamar Stevan,ia agak heran biasanya kemarin kemarin sangat susah dibangunin,dan sekarang? ia sudah bangun sebelum ana membangunkannya.

"Jangan banyak bicara cepat selesaikan saja tugas mu." jawab Stevan tanpa menoleh.

Ana mulai membersihkan kamar stevan.

Stevan memperhatikan gerak ana saat membersihkan kamarnya, sesekali terdengar senandung pelan dari bibir ana. tanpa ia sadari ia menyunggingkan bibirnya tersenyum melihat ana.

"Kamu sangat suka menyanyi yah?" tanya stevan.

"Iya tuan, bagaimana suara saya tuan?" ana bertanya dengan senyuman manisnya.

Deg..

"Tuan..tuan!" karena tidak ada jawaban Stevan,ana mengipaskan lima jarinya depan wajah stevan yang sedang melamaun.

"Eh,,a..apa?" ucap Stevan gugup.

"Bagaimana suara ku? bagus gak?" tanya ana lagi.

"Biasa aja." jawab Stevan

"Huff..selesai." Ucap ana sambil meletakkan pewangi ruangan kedalam laci nakas.

sangat cepat dan mudah membersihkan kamar Stevan yang karena kamarnya memang tidak berantakan,cuma membersihkan debu debu dan di pel, lalu menyemprotkan pewangi ruangan.

"Siapkan air hangat saya." perintah Stevan dan hanya anggukan jawaban ana. Ana masuk kekamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk Stevan, setelah merasa suhu panasnya cukup ia keluar dan memberi tahu Stevan kalo airnya sudah siap.

Setelah Stevan masuk kekamar mandi, ana juga menyiapkan pakaian kerja untuk Stevan, sudah seminggu ini juga ia menyiapkan pakaian Stevan.

"Berasa ngurus laki ni aku." monolog ana sambil meletakkan stelan pakaian di atas tempat tidur. " tapi memang laki aku kan yah? cumaaa aku nya bini rahasia." ana mengerucutkan bibirnya. Kalau diingat ana sangat kesal dengan status nya, Stevan menikahinya hanya untuk jadi pembantu nya, tapi ia dengan lapang dada menerima semuanya.

"ngapain kamu bicara sendiri?" Stevan tiba tiba sudah berada dibelakang ana.

"Eh, tuan?" ana terperanjat kaget tiba tiba suara Stevan tepat dibelakangnya. Ia memutar tubuhnya menghadap Stevan dan

"Aaaaaa" Ana langsung menutup matanya dengan kedua tangannya. "Apa yang tuan lakukan, kenapa keluar hanya menggunakan handuk?" Ana begitu gugup mendengar langkah Stevan semakin mendekat kearahnya.

"Kenapa? Kamar kamar saya, terserah saya mau pake handuk,atau telanjang pun terserah saya."

"Iya, tapi masih ada aku dikamar tuan, tuan sungguh menodai mataku, pertama tuan menodai bibir ku, sekarang mataku." cecar ana yang masih menutup matanya.

"Jadi ini pertama kalinya kamu melihat tubuh pria?" tanya Stevan dengan sedikit tersenyum. Entah kenapa ia suka mendengar jika ana sebelumnya tidak pernah melihat tubuh pria, bahkan dia yang mengambil ciuman pertama ana.

"Apaan sih tuan, cepat pake baju nya."

"Sudah." ucap Stevan sambil mengancingkan kemeja nya. Ana membuka tangannya sedikit,mengintip apa benar yang Stevan katakan. Ia bernafas lega ternyata benar Stevan sudah mengenakan baju.

Mata ana tertuju fokus pada Stevan yang sedang mengancingkan kemeja nya, ia merasa terpesona melihat Stevan, dengan rambut yang masih berantakan dan kancing baju yang belum sepenuhnya terkancing, menurutnya Stevan sangat tampan seperti itu.

"Aisss...apaan sih aku." batin ana sambil menggeleng, menepis pemikirannya.

"Kenapa?" Stevan heran melihat keanehan ana.

"Gak,gak papa." jawab ana cepat. "Tuan, dasinya miring." ucap ana memperhatikan Stevan memasang dasi sedikit miring.

"Mana?" Stevan bercermin membetulkan dasinya namun masih tetap miring.

"Sini biar ku bantu." ana berjalan menghampiri Stevan.

"Emang bisa?" Stevan meremehkan.

"Tuan meremehkan saya? walaupun saya dari kampung, tapi saya bisa memakaikan dasi."

"Oh ya? bagaimana bisa?"

"Kami dulu sekolah juga mengenakan dasi tuan."

"Ya sudah, coba benerin."

Ana langsung menghadap Stevan ia mengulurkan tangannya,karena tubuh Stevan yang tinggi membuat ana tidak sampai.

"Coba tuan menunduk." ucap ana.

"Kamu memerintah saya? enak saja." Stevan tidak mau untuk menunduk.

"Ck.." ana berdecak kesal kemudian ia mengambil bangku kecil di bawah tempat tidur, ia naik keatas bangku, walaupun belum bisa menyamakan tinggi Stevan,tapi tangannya masih sampai untuk membenarkan dasi Stevan.

Tangan ana terulur ke leher Stevan membenarkan dasi. "Nah! beginikan rapi." ana mengibaskan tangannya di baju bagian bahu Stevan. Dan entah bagaimana mata mereka kini saling beradu, menatap menyelami rasa yang timbul. Jantung mereka berpacu berdetak lebih kencang.

"Kenapa ini? jantungku lagi gak sehat ni." batin ana.

"Apa ini? rasa apa ini?" batin Stevan tidak mengerti kenapa jantung nya berdetak tidak normal saat berdekatan dengan ana.

"Eh, sudah tuan." ana menepis perasaannya dan hendak menjauh dari tubuh Stevan, namun ia lupa jika ia berpijak di atas bangku sehingga ia limbung.

"Aaa.." tergelincir refleks menarik dasi Stevan sehingga Stevan pun ikut limbung terjatuh dan menimpah tubuh kecil ana. Wajah mereka sangat dekat dengan posisi ini, hanya beberapa centi saja hidung mereka akan menempel, Mereka bisa saling merasakan nafas satu sama lain menembus kulit mereka, nafas mereka tercekat seperti kurang pasokan oksigen.

Stevan melihat ana, ia bisa melihat kecantikan alami ana dengan jarak sedekat ini, kulit putih, bulu mata lentik, bibir merah dan basah karena ana menggunakan lip tin dan pelembab bibir.

Jakun Stevan turun naik melihat keindahan didepan matanya, gairah nya otomatis bangkit, ia semakin mendekatkan wajahnya pada ana, ana yang menyadari hal yang akan Stevan perbuat langsung menghentikan.

"Eh, tuan, tuan sangat berat, tubuhku sakit." ucap ana.

Stevan tersadar,kemudian ia bangkit.

"Kamu apa apaan narik dasi saya." ucap Stevan ketus sambil memperbaiki dasi ya.

"Ya sudah tuan, saya permisi." ana langsung berlari keluar dari kamar Stevan.

"Apa ini? kenapa rasanya aneh?" Stevan memegangi dada nya sambil menatap punggung ana yang sudah hilang keluar kamarnya.

.

.

Bersambung.

Happy reading😊🥰 selamat membaca ya, semoga kalian suka dengan tulisan ku.

Jangan lupa yang sudah mampir tinggalkan jejak nya yah🥰🥰

Terpopuler

Comments

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

Steven gengsi mo ngakuin klo suaranya ana bagus🤣🤣🤣🤣

2024-04-08

3

sherly

sherly

itu namanya rasa cinta stev gitu aja tak tau

2024-02-26

1

Hamimah Jamal

Hamimah Jamal

jangan dulu ana ,jangan jatuh cinta dulu dg Steven 😔

2024-01-26

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!