Gaun Pengantin Ana

Mama Inggrid memanggil ana untuk datang ke kamarnya, ia ingin bercerita banyak pada ana. Begitulah kehidupan mama Inggrid yang hanya punya seorang anak, tidak bisa untuk di ajak bicara ataupun curhat, ia sangat kesepian, untung saja ada para maid dirumah nya, jadi ia bisa bercerita maupun bercanda dengan mereka. Mama Inggrid tipe orang yang loyal dan welcome sama siapa saja, ia tidak memandang kasta dan derajat seseorang, sehingga para pekerja dirumahnya sangat betah dan nyaman bekerja dengannya.

Ana bercerita kehidupan nya dikampung,ia juga menceritakan kisah kisah bahagia maupun sedih nya, mama inggrid terharu mendengar cerita ana. Ingin rasa ia membantu gadis cantik itu.

"Hmm.. Ana, kamu mau gak kuliah?" tanya mama Inggrid.

"Ha?" kaget ana dengan ucapan mama Inggrid.

"Iya, kamu mau kuliah?,saya akan biayai kuliah kamu."

"Em, ti..tidak usah nyonya, saya tidak mau merepotkan nyonya.". jawab ana sungkan, ia tidak mungkin ngelunjak pada mama Inggrid yang sudah baik dengannya, ia tidak mau mengambil kesempatan kebaikan mama Inggrid.

"Ck..kamu ini, kamu itu masih muda na, cantik lagi, kamu harus mengejar cita cita kamu."

"Ta..tapi nya, a..aku." Belum sempat ana melanjutkan ucapannya malam Inggrid memotong nya.

"Saya paham, jika kamu mau kamu bisa menggunakan gaji kamu selama bekerja disini.Jadi kamu tidak akan merasa berhutang.Bagaimana?" saran mama Inggrid.

"Yang benar nyonya? aku bisa kuliah dengan gaji aku kerja disini?

Mama Inggrid mengangguk tanda iya, ana sangat senang mendapat tawaran kuliah dari mama Inggrid, ia sangat senang, memang dia sangat ingin berkuliah, tapi keadaan ekonomi keluarga nya tidak mendukung hingga ia harus mengubur cita citanya itu.

"Terima kasih nyonya." ucapnya sambil memeluk mama Inggrid, ia yang sangat bahagia tanpa sadar memeluk mama Inggrid.

Mama Inggrid juga tak kalah bahagia,ia membalas pelukan ana, ia juga merasakan kebahagiaan yang dirasakan ana saat ini.

"Makasih nyonya, makasih." ucapnya sekali lagi yang masih dalam pelukan mama Inggrid.

"Iya, kamu harus bisa menggapai impian mu,kejar cita citamu." ucap mama Inggrid sembari mengelus punggung ana.

**

"Oh ya ndre, hari ini aku ada feeting baju sama Stella, jadi kamu siapkan semua berkas ini yah!, dan nanti kamu kirim lewat email ku saja."

"Baik lah, dan ingat besok kamu harus hadir lebih awal,ada rapat dengan para pemegang saham." Andre mengingatkan Stevan.

"He'em.."

Tok tok.tok.. Pintu diketuk dari luar, Andre dan stevan refleks melihat kearah pintu

"Hallo sayang," Stella yang datang langsung mengecup pipi Stevan.

"Hallo" balas Stevan dan Stella langsung duduk diatas pangkuan Stevan tanpa ada rasa malu dengan Andre yang masih ada diruangan itu.

"Stell, kamu bisa duduk dulu disana yah, aku akan menyelesaikan ini sedikit kagi." ucap Stevan yang memang agak risih dengan sikap Stella. Stella mengeluarkan nafas kasar mendengar ucapan Stevan, dengan malas ia melangkah ke kursi tunggu yang ada di sudut ruangan.

Hanya sepuluh menit Stevan sudah menyelesaikan kerjaannya,dan dilanjutkan oleh Andre.

"Ayo sayang", Stevan berdiri menghampiri Stella sembari mengulurkan tangannya. Dengan tersenyum Stella menyambut uluran tangan Stevan.

*Di butik

"Selamat siang stev,stella." sapa pemilik butik sambil cipika cipiki dengan Stella. "Akhirnya kalian datang juga, Tante sudah menunggu dari tadi."

"Siang, maaf Tante Maria." balas Stella tersenyum, "kami Meu melihat baju pengantin rancangan terbaru Tante." sambung Stella.

"iya, mari, pasti sangat cocok denganmu." Maria membawa mereka kedalam ruangan kerjanya, ia menunjukkan gambar rancangan gaun pengantin terbarunya. Dari gambar nya gaun itu terlihat sangat indah.

"Bagaimana? kamu suka? atau ada yang mau kamu tambahkan lagi?", tanya Maria pada Stella.

"Tidak Tan, ini sangat bagus."

"Baiklah, kita coba saja langsung yah." Maria kemudian menyuruh anggota nya mengambil gaun pengantinnya.

"Cobalah." Maria memberikan gaunnya untuk Stella coba dan dibantu oleh anggota Maria.

"Steve, aku coba ini dulu yah!" izinnya dengan Stevan, Stevan hanya mengangguk tanda setuju, dan kembali fokus pada gawai nya.

"Steve, kamu coba tuxedo ini." Maria memberikan sepasang tuxedo hitam pada Stevan.

"Gak perlu Tan, aku tahu baju itu pasti pas dan cocok denganku." jawab Stevan.

"Ck, kamu ini, kalo tidak cocok gimana?" ucap Maria sambil memukul lengan Stevan, Tante Maria ini masih kerabat dekat dengan mama nya Stevan, itu makanya ia bisa memukul Stevan, jika bukan kerabat mungkin Stevan akan mengamuk.

"Aku percaya sama Tante, Tante kan sangat tahu ukuran tubuhku." jawan Stevan santai.

"Hufff...oke, baiklah." jawab Maria pasrah.

Pintu ruang ganti terbuka dan namoaklah Stella dengan baju pengantinnya. Semua mata tertuju melihat kearah calon pengantin tersebut.

"Waw..kamu sangat cantik stel." puji Maria.

"Makasih Tan." jawan Stella bahagia.

Stevan hanya memandangi Stella dari ujung kepala hingga kaki, kemudian tersenyum. "Perfecto." ucap Stevan memuji calon istrinya.

Stella merasa sangat bahagia dipuji oleh Stevan,ia melihat dirinya dipantulan kaca sesekali berputar untuk melihat kecantikan dirinya.

"Gaunnya sangat cantik saat kamu yang pake ana." Gumam nya kagum. "Ana?" ucapnya syok, ia mengucek matanya agar penglihatannya normal,entah kenapa ia melihat sosok ana yang memakai gaun pengantin tersebut. Stelah membuka matanya baru sosok Stella yang ia lihat.

"huff" jantung Stevan tiba. tiba berdebar sangat kencang mengingat ana. "Kenapa aku bisa mikirin dia sih? kenapa juga aku melihat dia yang memakai gaun itu?" ucap Stevan dalam hati sambil memijit pelipisnya.

.

.

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***