Harum Vanilla

Setelah dari kamar Stevan ana langsung pergi lagi ke dapur, ia mengabari kalau Stevan sebentar lagi akan turun.

"Teh, habis ini kita ngapain?" bisik ana pada teh Mina.

"Gak ada na, kerjaan Uda beres,jadi tinggal istirahat.Nanti kalo pakaian kotor sudah keluar baru tinggal nyuci, udah beres, habis itu tinggal nyantai." jawab teh Mina.

"Ha?" ana melongo mendengar nya. Jadi kerjaan mereka hanya itu saja? enak bener kerja disini pikir ana, kerja gak berat dan gaji juga lumayan. Benar benar mengejutkan.

Setelah itu ana pergi ke taman belakang melihat pak Asep merapikan rumput halaman. "Pak, boleh aku bantu?" tanya ana menghampiri.

"Eh, ana. tidak usah na, makasih. Ini sudah tugas bapak na." jawab pak Asep.

"Gak papa pak, lagian aku bosen gak ada kerjaan lagi. Boleh ya pak."

Pak Asep memikirkan apa yang bisa dibantu ana. "Emmm...kalo kamu mau kamu sirami bunga nyonya besar di taman depan saja na." ujar pak Asep.

"Baiklah pak." ana langsung pergi kedepan melihat banyaknya bunga mawar dan anggrek berbagai warna.

"Cantik sekali! ternyata nyonya besar menyukai bunga juga." gumamnya, ia mencium bunga mawar yang sangat harum itu, ia sangat menyukai bunga bahkan dirumahnya dikampung pun ia tanami berbagai bunga, walau tak secantik dan seindah mawar yang ia lihat ini. Ia mengambil selang air dan menghidupkan keran nya, dengan bersemangat ia menyirami bunga bunga itu sambil bernyanyi.

Separuh nafasku

Ku hembuskan untuk cintaku

Biar rinduku sampai kepada bidadari ku huu...

Kamu segalanya

Tak terpisah oleh waktu

Biarkan bumi menolak

Ku tetap cinta kamu

Biar mamamu tak suka

Papamu juga melarang

Walau dunia menolak ku tak takut

Tetap ku katakan ku cinta dirimu

Dengan heboh ana menyanyi tanpa sadar ada sepasang mata yang mengamatinya dari tadi.

Kamu segalanya

Tak terpisah oleh waktu

Biarkan bumi menolak

Ku tetap cinta kamu

Biar mamamu tak suka

Papamu juga melarang

Walau dunia menolak ku tak takut

Tetap ku katakan ku cinta dirimu hoo.....

Ana terhenti saat berbalik dan ternyata ada stevan berdiri dengan tangan ber_sedekap di dada.

"Ups, mas, sejak kapan mas disitu?" tanya nya penasaran, ia merasa malu jika Stevan dari tadi mendengar ia benyanyi.

Tanpa menjawab Stevan langsung berjalan melewati ana dan masuk kedalam mobil nya.

"Ya elah, tu orang jutek amat sih, gak ada manis manis nya sedikit pun." gerutu nya kesal.

Selesai menyirami bunga, ana kembali bergabung dengan bik Wati dan teh Mina, mereka menikmati sarapan mereka di gazebo belakang, mereka bercanda dan tertawa bersama, ana yang lebih aktif memberikan candaan membuat dua wanita itu memijat pipinya karena lelah tertawa. Ana gadis yang sangat ceria, dia begitu aktif tak heran hanya baru sehari ia disini sudah akrab dengan yang lain.

"Ana, sudah. bibik capek tertawa terus." bik wati mengelus perutnya sakit karena tertawa terus.

"Biar awet mudah bik, banyak banyak lah tertawa." balas ana.

"Nanti dikira gila karena tertawa terus na." timpal teh Mina.

**

"Stev, bagaimana bini lho?" tanya Andre.

"Ngapain lho nanyain dia?" jawab Stevan tanpa melihat Andre, ia tetap fokus melihat dan membaca kertas didepannya.

"Bagaimana perasaannya nanti jika kamu menikah dengan Stella? dia pasti terluka" ucap Andre.

"Bodoh amat, itu resiko dia yang minta dinikahin."

"Trus bagaimana jika Stella tahu kamu sudah menikah dengan ana?"

"Untuk Stella aku yakin tidak akan jadi masalah,aku bisa tangani. Selagi gadis kampung itu tidak bicara semua akan baik, hingga waktu nya nanti aku akan mengembalikan ia pada orang tuanya."

"Huffff" Andre mengusap wajah nya, merasa bingung. "Ribet banget hidup kamu stev, aku takut kamu bakal kena api nya."

Stevan mengernyitkan dahi nya mendengar ucapan Andre, kemudian ia kembali melanjutkan membaca laporan laporan yang didepan nya.

**

Mama Inggrid membawa ana ke mall untuk menemani ia belanja, ia juga membelikan ana beberapa pasang pakaian, ana sudah menolak namun mama Inggrid tidak menerima penolakan. Ia juga membelikan ana kosmetik dan parfum. Ana sangat sungkan menerima semua itu,karena mama Inggrid memintanya jangan menolak ia hanya pasrah.

"Ya Allah nyonya, ini sudah banyak, aku rasa tidak perlu lagi nyonya." ana menolak saat nyonya memberikan beberapa set alat kosmetik pada nya.

"Jangan menolak ana, saya sangat tidak suka penolakan."

Ana hanya mengekor mama inggrid kemana pun kaki nya melangkah, hingga mereka pun selesai berbelanja dan segera pulang kerumah.

"Ini punya kamu ana." ucap mama inggrid memberikan beberapa paper bag pada ana. Dengan berat ana menerima dan membawanya nya kekamar ya.

Teh Mina dan bik Wati menghampiri ana di kamarnya, mereka begitu kaget melihat banyak nya belanjaan ana.

"Banyak banget ana" ucap teh Mina.

Ana menghela nafas. "Iya teh, nyonya besar maksa membelikan ini. Ia tidak Nerima penolakan kata nya." Ucap ana, ia juga merasa tidak enak dengan bik Wati dan teh Mina,ia takut mereka merasa nyonya besar pilih kasih terhadap mereka.

"Gak apa atuh na, nyonya besar memang begitu, dia orang yang baik. Kami juga sering dibelikan pakaian bagus dan mahal oleh nyonya." Ucap bik Mina.

"Benarkah bik?"

"Iya na, apa lagi gadis muda seperti kamu, nyonya tu sangat ingin punya anak perempuan, tapi ya takdir cuma memberikannya putra tunggal." sambung teh Mina.

"Iya, pernah juga ada gadis muda yang kerja disini, nyonya besar juga membelikan banyak barang seperti kamu ini, nyonya sangat sayang dengannya, namun rasa sayang nyonya itu dimanfaatkannya, dia mengambil beberapa benda berharga milik nyonya dan kabur."

"Benarkah bik?" tanya nya dan bik Wati hanya mengangguk menjawab. "Kasihan nyonya besar, pasti dia sedih."

**

Ana, kamu antar kan minuman ini diruang kerja Stevan yah." Perintah bik Wati memberikan nampan pada ana.

"Baik bik" Ana mengambil nampan dari tangan bik wati, lalu dia melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Stevan.

Tok..tok.. ana mengetuk pintu, mendapat perintah masuk baru ana masuk. Ia meletakkan nampan itu diatas meja tempat Stevan bergelut dengan laptop nya.

"Ini mas kopi nya" ucap ana meletakkan gelas di meja.

"Hem.." Stevan hanya berdehem menjawab. "oh ya, ambilkan saya buku itu." tunjuk Stevan pada rak buku nya.

Ana berjalan menuju rak buku, dia menatap bingung bagaimana caranya ia mengambil buku yang letak nya sangat tinggi itu. Ia berjinjit dan mengulurkan tangannya namun tidak sampai. Hingga ada sosok tubuh tinggi berdiri dibelakangnya mengambil buku itu.

Deg

Jantung ana langsung berpacu saat ia sedekat ini dengan Stevan.

"Harum banget" batin Stevan, ia mengendus bau harum ditubuh ana, tak mau larut ia menepis pikirannya. "Anj*r" umpatnya karena terhanyut dengan bau vanila dari tubuh ana.

"Pendek banget sih jadi orang. Sudah sana,gak guna." ucap Stevan sarkas.

.

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Cewek lemah🙃

Cewek lemah🙃

pasti bakalan kepincut sama ana

2024-04-06

2

Alifah Azzahra💙💙

Alifah Azzahra💙💙

Steven aku Do'ain kmu bucin sama Ana

2024-03-17

1

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

bucin tau rasa lo stev

2024-03-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!