Mata ternoda

Ana bangun pagi pagi sekali, setelah menjalankan ibadah wajib nya ia keluar dan pergi kedapur,melihat bik wati

ia menyapa dengan semangat.

"Pagi bik." Ucap nya menghampiri bik wati yang juga baru saja menjejaki dapur.

"Eh, ana, pagi sekali kamu bangun na."

"Uda biasa bik, oh ya apa yang harus ana kerjakan bik?" tanya nya semangat. Ia sangat senang karena bik wati sangat baik dan ramah, ia jadi merasa tidak dimusuhi.

"Kamu bantu bantu saja mina dulu, nanti kalau kalian sudah selesai baru bantu bibik." jelas bik wati

"Baik bik!" ana langsung pergi meninggalkan bik Wati dan menemui teh Mina dibelakang.

"Teh!" panggilnya mengejutkan sontak membuat teh mina kaget.

"Eh kamu ana, ngagetin teteh aja,untung gak punya sakit jantung, kalo nggak wes mati aku." Teh mina kesal memukul lengan ana, bukannya kesakitan saat dipukul, ana malah ketawa melihat teh Mina.

"Hahahha...maaf teh, ana gak bermaksud buat teteh kaget."

"Ya sudah, ayo kita bersih bersih, teteh sebelah sini dan kamu sebelah ruang depan yah, abis itu kita keatas." ucap teh Mina.

Ana langsung mengambil sapu dan alat bersih bersih lainnya, ia membersihkan bagian ruang depan sebagaimana yang disuruh teh mina, ia membersihkan dengan telaten. Semua meja dan kursi ia bersihkan dan Pigura-Pigura yang berjejer di dinding maupun di atas meja ia lap, tak lupa guci guci keramik yang pasti harganya sangat mahal itu ia lap dengan hati hati.

"Heran yah sama orang kaya, buat apa coba koleksi guci-guci gini? Malah harganya pasti mahal lagi, kan sayang duitnya." Monolognya seorang diri. Bagi dirinya yang orang kampung dan juga miskin pasti merasa sangat sayang membeli barang seperti itu.

Saat ia mengelap Pigura ia tersenyum melihat foto Stevan, ia meraba wajah difoto itu. "Ternyata kamu tampan banget jika tersenyum seperti ini." Selama ini ia tidak pernah melihat senyum Stevan, yang ada hanya wajah datar dan dingin.

Ia melanjutkan membersihkan semua ruangan, sehingga ruangan tersebut menjadi lebih rapi dan wangi.

"Selesai" ia menemukan kedua telapak tangannya " ternyata sangat mudah dan begitu cepat membersihkan ruangan seluas ini." ucapnya tersenyum melihat ruangan yang sudah bersih itu. Dengan cepat ia pergi menghampiri teh Mina.

"Teh Mina, aku Uda selesai, trus mana lagi yang harus aku bersihkan mbak?" tanya ana menghampiri teh Mina.

'Sudah selesai na? ternyata kamu kerja nya cepat juga yah." teh Mina tersenyum melihat ana.

"Ah, teteh, itu mah rumah nya saja yang memang sudah bersih jadi gak susah dan lama untuk membersihkannya." jawab ana.

"Ya sudah, ayo kita keatas." Ajak teh mina dan ana mengekori dari belakang.

sesampainya di lantai atas ana dan teh mina membersihkan seluruh ruangan yang ada diatas, memang tidak terlalu besar ruangan diatas karena ruangan atas ini diisi dengan kamar para majikan mereka.

"Teh, orang rumah biasanya bangun jam berapa? kok belum ada yang keluar?" tanya nya penasaran, karena ia tidak melihat seorang pun tuan rumah ini keluar.Apa semua orang kaya memang bangun siang pikirnya.

"Bangun sih mungkin sudah na, mereka cuma diam dikamar nunggu saat jam sarapan nanti baru keluar, ya wong orang kaya na, kerjaan rumah semua kan sudah ada para pekerja yang kerjain. Gak seperti kita orang susah, yang harus bangun sebelum ayam berkokok dan tidur saat larut." jawab teh Mina panjang lebar. Ana terbahak mendengar nya.

Selesai beberes rumah ana dan teh Mina membantu bik Wati masak didapur,selesai memasak ana menata nya dimeja makan, dan ia juga menyusun piring serta sendok diatas meja.

"Banyak banget bik, apa semua makanan ini dihabisi?" tanya ana karena melihat banyaknya makanan diatas meja. tidak hanya satu macam makanan, ada roti bakar, buah dan nasi beserta lauk dan sayur.

"Semua beda selera na, kalo tuan Stevan suka nya makan ringan di pagi hari, kalo nyonya besar hanya makan buah dan roti, kalo tuan besar makan berat." teh Mina menjawab.

Ana melongo mendengar nya, satu rumah makannya beda beda, ia tak habis pikir dengan orang kaya. Kalau dia dikampung mah jarang sarapan pagi, jika pun sarapan hanya sepotong gorengan.

Tepat jam tujuh pagi majukan mereka sudah duduk diruang makan, hanya Stevan yang belum turun. Mama Inggrid menyuruh ana membangunkan Stevan dikamar nya. Ana hanya mengangguk menerima perintah, sesampainya diatas tepatnya depan pintu kamar Stevan ia mematung. Ragu untuk memanggil Stevan, ia takut Stevan akan memarahinya.

Dengan ragu ia mengetuk pintu kamar Stevan namun tidak ada sahutan dari dalam. Karena tidak ada sahutan ana menarik handle pintu dan membuka nya sedikit,ia memasukkan kepala nya mengintip keadaan didalam. Ia melihat Stevan yang masih betah dalam tidurnya dengan tubuh ditutupi selimut.

Ana merasa canggung masuk kamar seorang pria, seumur umur ia hanya pernah masuk kamar ayahnya, ia juga terkesan melihat kamar Stevan yang cukup luas dan sangat rapi sebagai kamar laki laki.

"Mas, mas Stevan." Ana menggoyangkan tubuh Stevan dibalik selimut. Sekali dua kali ana memanggil tak ada pergerakan sama sekali, ana mencoba menggoyang sedikit kencang dan ternyata berhasil, Stevan langsung bangun dan membentak ana. Stevan sangat marah melihat ana yang membangunkannya.

"Kamu! ngapain kamu dikamar saya?" tanya nya berang.

"Ma..maaf mas, saya disuruh nyonya besar bangunkan mas, mereka sudah menunggu di ruang makan. Tanpa menjawab ana, Stevan menyingkirkan selimut nya dan turun dari tempat tidur. Sontak membuat ana membulat kan mata syok melihat kondisi Stevan didepan matanya.

"Aaaa..." teriaknya namun langsung mulutnya dibekap Stevan.

"Kamu gila teriak teriak ha? Orang orang bakal salah paham nanti."

Sedikit tenang, Stevan melepaskan tangannya dari mulut ana. Ana langsung menutup mata nya. Ia berjalan dengan mata tertutup sehingga menabrak kursi yang ada dikamar Stevan.

"Awwh" lirihnya karena kaki nya tersandung kursi, ia meringis memegangi jari kakinya dan langsung berlari keluar kamar Stevan.

Stevan yang melihat tingkah ana menggelengkan kepala,dan bibirnya sedikit melengkung.

"Ah, dasar cowok aneh. Mata suci ku jadi ternoda gara gara dia" ana mengusap dadanya merasa lega setelah keluar kamar Stevan, bagaimana tidak? ia merasa susah bernafas melihat Stevan yang hanya menggunakan celana bokser. Seumurnya ini pertama kali ia melihat tubuh seorang pria, ya walaupun yang ia lihat suaminya sendiri.

.

.

.

Bersambung.

~Happy reading 🥰🥰 semoga para readers suka dengan cerita nya yah😊

Jangan lupa juga tinggalkan jejak nya yah, semoga yang sudah meninggalkan jejaknya awet muda😊 digerakkan selalu membaca cerita ku😁😁

Jangan lupa,like coment dan vote nya ✌️🥰🥰 🥰

Terpopuler

Comments

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

semangat ana

2024-04-08

3

Fauzi

Fauzi

yg sabar Ana

2024-04-05

0

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

bagus ceritanya

2024-03-01

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!