Sesuai permintaan bos nya itu, Elzara kini telah berada di Paris menikmati pemandangan sore hari menara Eiffel yang sangat terlihat indah dari balkon apartemen yang sudah di sewa oleh Perusahaan Cleo, bosnya.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, bagaikan kereta yang berjalan di atas rel kereta. Elzara sangat merindukan kedua orang tua nya, terkadang Elzara perlu meneteskan air matanya untuk itu.
Karena Elzara harus mandi dan bergegas menuju salah satu kulineran yang ada di Paris, Elzara kembali masuk ke dalam apartemen dari balkon.
Disisi lain, Elvaro baru sampai di apartemen yang telah disewa nya, berjalan menuju balkon untuk melihat betapa indahnya menara Eiffel. Andai dirinya telah menikah dengan Elzara sejak dahulu, mungkin saat ini mereka berdua sedang berbulan madu.
Diam-diam Elvaro tersenyum memikirkannya, dirinya merasa sangat tidak sabar untuk menemukan Elzara dan menikah memiliki anak hingga tua bersama.
Elvaro juga di temani oleh satu cup kopi susu yang tadi dirinya beli saat berada di perjalanan. kamar Serketaris nya berada di depan kamarnya, karena Elvaro tidak pernah ingin satu apartemen bersama dengan pria.
Elzara kini sudah selesai bersiap-siap dan berpakaian rapi, tidak lupa juga memakai kacamata hitam kesukaannya. Gaun putih selutut nya itu terlihat sangat pas di tubuhnya, rambut sepinggang yang Elzara sengaja urai.
Elzara keluar dari pintu apartemen, lalu berjalan menuju lift. Ternyata lift sedang di gunakan, jadi Elzara harus sedikit menunggu agar dirinya dalat menggunakan lift itu.
Sebuah sepatu pantofel yang terlihat lebih besar dari sepatu Elzara mendarat tepat di belakang sepatu sneakers putih milik Elzara. Elzara bisa merasakan bunyi langkahnya, namun Elzara merasa tidak peduli, lagian kawasan disini telah penuhi oleh CCTV.
Setelah pintu lift terbuka, Elzara pun masuk ke dalam lift. Pemilik sepatu pantofel itu pun juga masuk ke dalam lift. Tidak sengaja Elzara lihat rambut dan sekilas wajahnya, sekilas mirip dengan orang yang dirinya kenal.
"Elzara?"
Degg
Bak di sambar petir sore bolong, suara yang sangat amat Elzara kenal, sedang memanggil dirinya. Ternyata pria itu adalah benar Elvaro, mantan calon suaminya 2 tahun yang lalu.
Elzara memilih untuk tidak membalikkan badannya, karena jika dirinya berbalik, bukankah akan semakin ketahuan jika ia adalah Elzara.
"Maaf, Nona Vanira?" Tanya Elvaro kembali. Mendengar nama samarannya di panggil, barulah Elzara membalikkan badannya menghadap Elvaro.
"Tuan Elvaro? Senang bertemu dengan anda" Sapa Elzara bersikap formal sedikit menundukkan kepalanya.
"Senang juga telah bertemu dengan mu" Jawab Elvaro dengan ekspresi tersenyum tipis.
Dalam hati Elzara sungguh bersyukur karena tidak jadi menikah dengan Elvaro. Elvaro terlihat sangat santai menyapa dan bertanya kepadanya, tidak seperti dulu yang selalu berekspresi sedatar penggaris. Dasar playboy sok dingin agar bisa merasa di segani.
"Melihat dirimu, diriku menjadi seperti mengingat seseorang yang sangat amat aku cintai hingga selama ini" Kata Elvaro mengantongi tangannya di saku celananya.
"Waww benarkah? Baiklah" Jawab Elzara tersenyum lebar menampakkan gigi putih bersihnya, malas meladeni Elvaro.
"Kau akan pergi kemana?" Tanya Elvaro.
"Menikmati pemandangan Paris, tentunya."
"Kita dalam posisi yang sama, bagaimana jika kau bersama dengan mobilku dan aku?" Tawar Elvaro.
"Tidak Tuan, terima kasih atas ajakannya" Jawab Elzara sopan.
Elvaro tersenyum smirk, Elzara sangat berhati-hati dengan identitas aslinya. Karyawan Cleo yang dimaksud Elvaro mirip dengan Elzara adalah Vanira Hazjam. Setelah di selidiki juga, ternyata identitas masa kecil Vanira sama sekali tidak pernah ditemukan.
Semakin membuat Elvaro yakin saja, namun bukan Elvaro namanya jika tidak memastikannya sendiri. Elvaro berencana untuk mengajak Elzara keluar menuju taman bunga, yang dimana disana sangat banyak berbagai macam warna bunga Mawar.
"Bagaimana bisa salah satu investor Perusahaan bosmu tidak dilayani dengan baik seperti ini, ditolak secara terang-terangan pula" Cibir Elvaro menyindir Elzara.
Elzara menghembuskan nafasnya gusar lalu membalikkan tubuhnya menghadap Elvaro. Elvaro hanya menatap Elzara dengan menyeringai. Bagi Elzara, mungkin Elvaro sudah gila karena semakin tua semakin seperti manusia freak saja.
"Maafkan tindak laku saya, Tuan Elvaro. Baiklah saya akan jalan-jalan ikut dengan mobil anda untuk Sore hari ini" Ucap Elzara tersenyum palsu.
Elvaro tau jika Elzara tersenyum palsu kepadanya, namun persetan karena yang terpenting Elzara mau pergi jalan-jalan bersamanya. Takdir mempertemukan mereka berdua untuk kedua kalinya.
Pasalnya tadi tujuan Elvaro adalah pergi ke parkiran mobilnya, Handphone nya tertinggal di mobil mewahnya. Tidak sengaja bertemu dengan Elzara, yang kini berubah identitas nya menjadi Vanira.
Sampai di parkiran mobil, Elvaro membukakan pintu mobil untuk Elzara. Namun, Elzara malah membuka pintu mobil lain dan duduk di kursi mobil penumpang.
Elvaro hanya tersenyum tipis melihat tingkah Elzara yang menggemaskan itu menurutnya. Hanya Elzara yang berulang kali terus menolaknya, jika wanita atau gadis lain pasti akan senang hati duduk di pinggir Elvaro.
"Kita akan kemana?" Tanya Elvaro menatap Elzara dari kaca spion mobil dalam.
"Kemana saja."
Elvaro menancap gas mobilnya, dan mereka pun berjalan menuju tempat tujuan. Sebenarnya bukan mereka, namun Elvaro sendiri yang menentukan tujuan mereka sekarang, karena Elzara mengatakan kemana saja.
Sampai di tempat yang Elvaro tuju, Elvaro pun memarkirkan mobilnya disana. Elzara langsung turun, sebelum Elvaro hendak membukakan pintu mobilnya untuk Elzara.
Elzara berjalan meninggalkan Elvaro. Dirinya berjalan dengan sangat cepat, bahkan hampir berlari. Agar Elvaro kehilangan jejaknya, Elzara tidak ingin jalan-jalan dengan Pria rambut pirang mesum, playboy.
Dengan nafas yang tidak teratur, Elzara melihat ke semua sisi arah, memastikan bahwa sudah tidak ada Elvaro yang mengikutinya. Sepertinya Elvaro memang benar-benar kehilangan jejaknya. Elzara mengelus dadanya berulang kali agar nafasnya kembali tenang.
Banyak Restoran makanan dan minuman yang berjejer rapi. Elzara mengeluarkan kamera kecil nya, untuk mengabadikan semua momen ini. Dimana, banyak orang yang mengantri di depan Restoran itu.
Sampai di toko bunga, Elzara masuk ke dalamnya untuk membeli bunga Mawar putih kesukaannya. Selesai mendapatkannya, Elzara berfoto-foto dengan bunga Mawar putih nya di kamera.
Cekrekk
Elzara melihat hasil foto dirinya bersama bunga Mawar putihnya. Elzara mengerutkan keningnya ketika ada wajah Elvaro di belakang punggungnya. Elzara langsung membalikkan badannya. Elzara terkejut bukan main menatap wajah Elvaro hingga hampir terjatuh ke lantai.
Namun, ada sebuah tangan yang melingkar di pinggang ramping Elzara agar tidak terjatuh. Dengan segera, Elzara bangkit dan membebaskan tubuhnya dari lingkaran tangan Elvaro.
"Bukankah tidak baik jika meninggalkan rekan bisnis, seperti tadi?" Kata Elvaro melipat kedua tangannya.
"Em-em ya sudah, jalan lah sendiri, aku ingin jalan sendiri, permisi Tuan" Gugup Elzara langsung membalikkan tubuhnya berjalan cepat.
Merasa sudah berjalan cukup jauh, Elzara pun menghembuskan nafasnya pelan-pelan berharap tidak ada yang mengikutinya lagi. Setelah Elzara melihat ke arah belakang, ternyata memang tidak ada lagi penampakan keberadaan Elvaro.
Elzara lanjut berjalan sembari menggendong bunga Mawar putih nya keliling. Merasa haus, akhirnya Elzara memutuskan untuk berhenti di salah satu Kafe yang juga sedikit ramai pengunjung pembeli kopi.
Selesai memesan satu cup kopi kepada kasir dan sekaligus membayarnya, Elzara pun mencari tempat duduk yang kosong untuk dirinya tempati.
Hufftt
Untung saja Elvaro sudah tidak mengikutinya, mungkin Elvaro sudah paham dengan perkataan Elzara yang mengatakan ingin jalan sendiri, tadi. Jika tidak, pasti sekarang Elzara sudah duduk bersama menikmati kopi di Kafe ini bersama dengan Elvaro, dan Elzara tidak menginginkannya.
Titinunit Titinunit
Handphone Elzara berbunyi, setelah Elzara lihat layarnya ternyata sahabatnya bernama Lyni itu menelepon video. Dengan segera Elzara menggeser icon telpon nya ke atas. Tampak lah wajah full Lyni yang sedang tidur-tiduran di kasurnya.
"Elzaraa! aku merindukanmuu" Rengek Lyni, kini Lyni sudah tidak lagi menggunakan Bahasa Inggris untuk berbicara dengan Elzara, karena Elzara sudah sangat fasih berbahasa Indonesia.
"Aku jugaa, aku akan membawakan dirimu oleh-oleh yang sangat banyak dari Paris ketika aku pulang, katakan kau ingin aku belikan apa, hm?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments