CHAPTER 9

Dengan langkah lemas Elzara berjalan keluar dari pintu Salon. Kaki nya sudah tidak sanggup berjalan karena menerima kenyataan rambut pirangnya. Apakah Elzara pantas membenci dirinya sendiri hanya karena rambut pirangnya sendiri.

Hingga Elzara terduduk di teras keramik depan salon, duduk sembari menunduk dan memeluk kedua lutut. Kenapa nasib nya sesial ini, ini semua terjadi hanya karena bertemu pria rambut pirang yang di jodohkan dengannya itu.

Andai semua ini tidak terjadi, pasti Elzara masih bisa bersenang-senang dengan kehidupannya. Elzara masih bisa bebas dan bekerja menjadi Influenzer hingga cita-cita nya untuk menjadi Influenzer terkenal di seluruh pelosok dunia tercapai.

"Berhentilah bersikap sok dramatis, kita masih harus pergi ke butik."

Suara berat serak basah yang tentu saja Elzara sangat kenal sekali, siapa pemilik suara berat serak basah itu. Pemilik suara serak basah itu adalah milik seorang Elvaro Ambaregav Harder. Setelah mengatakan itu, Elvaro berjalan meninggalkan Elzara sendirian menuju mobilnya yang sedang terparkir.

Jika kemarin adalah hari terburuk bagi Elzara, berarti kini adalah hari over terburuk, bahkan dua kali lipat dari hari-hari kemarin.

Tidak bisa saja Elvaro membuat perasaan hati kecilnya bahagia. Mobil mahal Elvaro sudah berhenti di depan Elzara yang masih duduk berdiam diri meratapi nasibnya.

Tinnn

Elvaro membukakan pintu mobil, terlihatlah sangat jelas Elzara dengan wajah sendu nya yang akan segera menangis menatap ke arah Elvaro. Jujur saja, jika rambut Elzara berwarna pirang begini, kecantikan Elzara semakin bertambah saja.

"Cepat lah selagi aku masih baik hati, daripada kau kena marah oleh Daddy mu" Kata Elvaro menatap Elzara datar.

Elzara berdiri dan duduk di sebelah kursi pengemudi, atau sebelah Elvaro. Baik hati apanya, bahkan bagi Elzara, Elvaro sudah tidak memiliki hati nurani sama sekali.

Hati nya sudah terlanjur sakit, Elzara hanya diam saja sembari menatap ke kaca mobil. Berharap dirinya akan ikhlas dengan sendirinya.

"Apa kau tidak lapar?" Tanya Elvaro, karena memang sekarang sudah siang hari.

Sebenarnya Elvaro juga sangat menyayangi waktu berharganya dengan menemani perawatan ke Salon, namun yang akan ditemani nya kali ini adalah orang yang salama ini dirinya cari-cari dan rindukan.

"Tidak."

"Sungguh?"

"Ya."

Elvaro menghela nafasnya, dirinya berhenti di sebuah minimarket untuk membelikan Elzara sebuah makanan, jika tidak gadis itu akan jatuh sakit, apalagi besok-besoknya mereka sudah akan menikah.

Elvaro membeli dua roti tawar rasa cokelat, dua Jus wortel kotak, dua susu kotak, dan tidak lupa juga kebutuhan para pria, yaitu rokok yang paling mahal. Selesai membayar semuanya, Elvaro kembali ke mobil dan melemparkan kantong barang belanjaannya kepada Elzara.

Elzara yang sedang melamun pun jelas terkejut. Elzara membuka dan melihat isi kantong tersebut. Ternyata Elvaro membeli sebuah makanan sekaligus minuman. Elzara kira, Elvaro memang sudah tidak memiliki hati nurani lagi.

Jujur saja perut Elzara sudah lapar sejak tadi, karena memang sekarang adalah waktu jam makan siangnya. Elzara adalah tipe orang yang tidak pernah terlambat makan, apalagi jam makannya memang juga sudah teratur oleh Ketua Maid yang mengurusnya sejak kecil.

"Aku membelinya untuk di makan, bukan hanya untuk dijadikan tontonan" Kata Elvaro, karena dirinya jengah sendiri melihat Elzara yang sedari tadi hanya melihat isi kantong belanjaannya. "Jika kurang banyak, bilang saja, aku akan membelikannya lagi."

"Tidak, aku sedang tidak lapar" Gengsi Elzara, memberikan kantong belanjaan itu kepada Elvaro kembali.

kruykk kryukk

Sial sekali! Perut Elzara mulai berbunyi disaat yang tidak tepat, mengapa tidak sedari tadi saja berbunyi, mengapa baru disaat-saat seperti ini. Persetan tentang itu, bagaimana nasib muka nya di depan Elvaro!?

"Makan lah, tidak usah sungkan" Kekeh Elvaro.

"Pria rambut pirang, aku ingin ice cream ..." Mohon Elzara dengan puppy eyes nya.

Awalnya Elvaro tidak mau, karena sejujur-jujurnya dirinya tidak pernah berhenti di minimarket seperti ini. Lalu Elzara menyuruhnya kembali lagi masuk ke dalam demi membelikannya sebuah ice cream.

Karena keimutan wajah seorang Elzara Hazelgrant James, membuat hatinya selalu goyah dan melakukan apapun yang belum dilakukan olehnya sendiri sebelumnya. Elvaro pun turun kembali dari mobilnya, menuju minimarket untuk membeli ice cream sesuai dengan permintaan Elzara.

Saat Elvaro membuka lemari es khusus ice cream disana, Elvaro di sambut oleh berbagai macam rasa ice cream. Elvaro lupa bertanya kepada Elzara tentang ice cream rasa apa yang sedang Elzara inginkan.

Karena tak mau ambil banyak pusing, Elvaro akhirnya mengambil satu persatu ice cream dari banyaknya berbagai macam varian rasa dan langsung membayarnya di kasir.

"Totalnya 445.000, Tuan" Kata Penjaga Kasir berjenis kelamin perempuan itu. Sedari awal penjaga kasir itu terus saja menatap Elvaro dengan tatapan kagum.

Memang sangat lah sangat banyak wanita di luar sana yang mengagumi Elvaro, namun apa boleh buat jika hatinya hanya terisi oleh nama seseorang.

Elvaro membayarnya menggunakan BlackCard. Selesai membayarnya, Elvaro pun keluar dari minimarket menuju mobilnya kembali.

Sebuah pemandangan, bukan senja, bukan bintang-bintang di malam hari. Hanya seorang gadis yang berjongkok di depan anak kecil berkelamin laki-laki berumur sekitar empat tahun. Gadis itu mengusap lembut dan gemas kepala anak kecil yang tersenyum ke arah gadis itu.

"Kembalilah, Ibumu pasti akan mencari mu" Elzara tersenyum gemas menatap anak kecil bernama Ken itu, dibalas anggukan dari Ken yang juga tersenyum sumringah.

"Aku mencintaimu, Kakak cantik bye-bye" Kata Anak kecil itu melambaikan tangannya.

Diam-diam Elvaro tersenyum melihat interaksi Elzara bersama dengan anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu. Melihat Anak kecil itu akan pergi, dengan langkah cepat Elvaro juga memanggil anak kecil itu.

"Heii, anak kecil!!"

Elzara dan Ken pun mengalihkan pandangannya ke arah Elvaro yang berjalan ke arah mereka. Elzara mengerutkan keningnya, entah apalagi yang akan dilakukan oleh Elvaro dengan wajah datarnya itu.

Elvaro mengambil tiga bungkus ice cream di dalam kantong belanjaannya, lalu dirinya berikan kepada anak kecil itu. Dengan senyum yang menampakkan gigi kelincinya, anak kecil itu menerimanya.

"Telima kasih, Paman."

Dibuat menahan tawanya hingga sakit perut, Elzara oleh Ken. Memang Elvaro lebih tua lima tahun darinya, tapi Ken sudah memanggilnya dengan sebutan Paman?

HAHAHAHA, Elzara tertawa sangat puas mendengarnya, segera juga mendapatkan sentilan dari Elvaro di dahi Elzara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!