Balapan sekaligus night drive ??

..."Menjadi lemah tidak selalu buruk. Kadang itu diperlukan saat bersama orang yang kamu sayangi."...

...----------------...

"Kapan lo bangun??"

Suara Devandra menginterupsi Hazel yang sudah membuka matanya dan tengah duduk sambil memegangi kepalanya yang sedikit terasa pening.

Hazel sedikit kaget karena kehadiran Devandra, dilihatnya pria itu yang kini berjalan semakin mendekat ke arahnya dan bersiap untuk duduk disamping ranjang yang ia miliki.

"Kenapa lo masih disini ??"

Hazel mengedarkan matanya ke sekeliling ruangan kamarnya tersebut dan mendapati Riri dan Vania yang tengah terlelap di sofa panjang itu. Hazel melihat sebuah jam kecil berbentuk bintang yang kini jarum jam tersebut menunjukkan pukul dua dini hari, Ia lalu mengalihkan pandangannya menatap pria dihadapannya yang sedang menatap dirinya dengan intens.

"Kenapa lo disini?"

Pertanyaan yang lagi-lagi ditanyakan oleh Hazel kepada Devandra dan dibalas dengan senyuman manis milik Devandra.

Hazel manaikan alisnya melihat senyuman yang diberikan Devandra untuknya. Hazel merasa aneh terhadap pria ini karena bukannya menjawab tapi pria itu malah tersenyum tidak jelas seperti saat ini.

"Nemenin calon istri gue lah."

Tanpa dosa, setelah mengatakan hal itu Devandra hanya memamerkan deretan gigi putihnya pada Hazel, sementara Hazel terlihat sudah kenal dengan sikap Devandra yang tengil padanya.

Hazel tidak ingin terlalu memusingkan perkataan Devandra yang menurutnya hanya sebatas lelucon belaka. Dia tidak terlalu banyak bicara karena kepalanya masih pusing sekarang.

Melihat Hazel yang kembali diam membuat Devandra sedikit khawatir, apalagi dengan wajah pucat Hazel yang kini ia lihat membuat Devandra rasanya tidak ingin pergi untuk balapan dan meninggalkan gadis cantik pujaannya ini.

"Lo nggak apa-apa?"

Hazel mengangguk menjawab pertanyaan Devandra. Ia tidak ingin membuat siapapun khawatir lagi sekarang terutama Devandra yang tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Hazel tahu bahwa Devandra sudah tau semuanya dan melihat Hazel saat dalam kondisi memprihatinkan karena masa lalunya.

Ponsel Devandra yang bergetar menganggu aktifitas Devandra yang tengah menatap Hazel.

Ia menggeram kesal karena teman-temannya sungguh tidak bisa membuat Devandra santai sebentar saja.

Hazel yang melihat Devandra hanya menatap layar ponselnya pun menyuruh Devandra untuk mengangkat panggilannya tersebut. Hazel tidak suara getaran itu membuat Riri dan Vania nantinya terbangun.

Hazel memperhatikan Devandra yang kini berdiri agak jauh darinya. Pria itu kini sedang berbicara dengan seseorang dengan nada yang dingin, sangat berbeda ketika pria itu berbicara dengannya.

Hazel merasa Devandra adalah gambaran dari dirinya ketika bersama orang lain dan bersama dengan orang terdekatnya.

Perubahan sikap, nada bicara dan tatapan yang selalu ditujukan ke setiap orang akan berbeda.

Merasa seperti diperhatikan, Devandra menutup panggilan tersebut dengan cepat dan mendapati Hazel yang ketahuan menatapnya. Mendapati dirinya ketahuan oleh Devandra membuat Hazel gelagapan seperti seorang yang ketahuan mencuri sesuatu.

Devandra mengulum bibirnya melihat tingkah Hazel saat ini. Sial, Devandra merasa Hazel begitu menggemaskan saat ini. Ia bertaruh bahwa Hazel tetap sempurna dimatanya bahkan masih terlihat sangat cantik dimata Devandra meskipun wajah gadis itu sedikit pucat.

Ia pun menghampiri Hazel dan menatap nya lekat-lekat. Hal itu tentu saja membuat Hazel salah tingkah dengan sikap Devandra.

Devandra terkekeh melihat gadis pujaannya bisa salah tingkah dihadapannya sekarang.

"Gue pergi dulu. Lo lanjut tidur lagi."

Mendengar itu entah mengapa membuat sesuatu didalam diri Hazel sedikit sedih. Rasanya Hazel ingin Devandra terus bersamanya disini dan tidak pergi kemanapun.

"Lo mau kemana??"

Tatapan sayu yang kini diberikan Hazel semakin membuat Devandra yakin bahwa sebenarnya gadis ini juga tidak ingin ia pergi. Devandra tersenyum dan mengusap pipi kanan Hazel yang terasa hangat ditelapak tangannya.

"Kenapa?? Lo nggak mau gue pergi?"

Pertanyaan yang sengaja Devandra ajukan untuk Hazel, Ia ingin tahu apa yang sebenarnya gadis ini rasakan padanya dan sangat berharap Hazel juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.

"Nggak usah kepedean, gue cuma nanya"

Lagi-lagi Devandra mengulum bibirnya, ia tahu bahwa saat ini Hazel tengah berperang dengan sifat gengsinya itu. Tidak mungkin bagi seorang Hazel dengan terang-terangan mengatakan ia tidak ingin Devandra pergi.

"Oh gitu. Yaudah kalau gitu gue pergi dulu."

Devandra mulai berdiri dan kini ia mencondongkan sedikit tubuhnya kearah Hazel. Ia benar-benar ingin melihat sampai mana gadis cantiknya ini bisa mempertahankan gengsinya.

"Lanjut tidur, gue gak mau cewek gue sakit."

Suara lembut dengan kata-kata yang mengklaim Hazel adalah milik Devandra membuat jantung Hazel semakin tidak karuan. Jujur saja, Hazel sangat menyukai saat Devandra mengklaim dirinya sebagai miliknya.

Pipi Hazel kini menampakan semburat merah yang tentu saja dapat terlihat oleh penglihatan Devandra.

"Arrrghh Sial cewek gue blushing"

Batin Devandra terus berontak seakan ingin membawa gadis itu kedalam pelukannya semalaman penuh.

Hazel benar-benar manis dan luar biasa cantik saat ini dimatanya.

Tidak ingin membuang waktu, Devandra pun menegakkan tubuhnya kembali dan berbalik untuk pergi. Namun, baru selangkah tiba-tiba tangan Hazel menggenggam pergelangan tangan Devandra. Hati Devandra saat ini bersorak dangan penuh sukacita. Gadis ini, Hazel-nya akan menjadi miliknya.

"Kalau boleh, apa gue boleh ikut?"

Devandra kini menghadap Hazel dan melihat Hazel yang kini menundukkan kepalanya.

Devandra senang karena Hazel menghentikannya tapi ia juga tidak ingin Hazel ikut bersama nya apalagi ke tempat dimana banyak pria yang bisa melihat Hazel.

Devandra tidak suka miliknya dilihat oleh pria lain yang ada di arena balap tersebut.

"Gue nggak akan bisa tidur lagi kalau udah bangun kayak gini, Riri Vania juga lagi tidur sekarang dan gue nggak mau ganggu tidur mereka."

Kini mata indah itu menatap mata Devandra, Devandra sedang menimbang apakah ia akan membawa Hazel bersamanya atau tidak.

Fakta bahwa banyak laki-laki disana dan banyaknya musuh dari Devandra membuat dirinya cemas. Ia tidak ingin membawa Hazel dalam masalah karena membawanya.

Tapi, tatapan sayu yang terlihat sangat menggemaskan seperti seekor kucing itu juga membuat Devandra tidak akan bisa menolak permintaan gadis yang ia puja selama ini.

"Kalau lo nggak bolehin juga nggak apa-apa, gue bisa telfon mama buat ngobrol nanti."

Ada nada sedih dalam ucapan tersebut membuat Devandra mengusap rambut halus tersebut dengan sayang. Ia tidak mungkin meninggalkan Hazel jika seperti ini.

"Ganti baju. Gue tunggu diluar."

Mendengar ucapan tersebut membuat mata Hazel berbinar. Hazel pun mengangguk antusias dan turun dari ranjangnya.

"Pake baju tertutup. Gue nggak mau milik gue diliat orang-orang"

Lagi-lagi tidak ada penolakan dari Hazel. Ia mengangguk dengan cepat dan berlari menuju walk in closet miliknya. Hal tersebut masih dalam penglihatan Devandra dan membuat pria itu kini tersenyum dengan sangat lebar.

"Sial! Gitu aja bikin gue makin jatuh cinta"

Gumam Devandra.

Malam ini akan menjadi saksi bahwa hubungan Devandra dan Hazel akan semakin dekat kedepannya.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!